Iklan

Iklan

,

Iklan

Material Berserakan, Pembangunan Drainase di Jalan Palagan - Ambarawa Rugikan Pedagang dan Pengguna Jalan - Berharap Dinas Terkait Turun Tangan

Redaksi
Minggu, 11 Oktober 2020, 22:27 WIB Last Updated 2020-10-11T15:39:30Z
Kondisi toko salah satu pedangang nampak sepi, karena diduga akibat adanya pembangunan drainase.



Laporan: Bang Nur


UNGARAN,harian7.com - Sejumlah pedagang di sekitar kawasan Jalan Palagan - Ambarawa Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang mengeluhkan adanya pembangunan saluran drainase di sisi Jalan tersebut. Pasalnya selain puing-puing material berserakan juga tidak ada akses atau  jembatan, sehingga kendaraan pembeli ataupun pengunjung toko yang hendak berbelanja tidak bisa masuk dihalaman parkir sehingga mereka mengurungkan niatnya berbelanja. Akibatnya para pedagang mengalami penurunan omset serta merugi.


Puji (35) warga Bringin, selaku kepala Toko Vijay Decoration Gordyn,  yang beralamatkan di Jalan Raya Palagan - Ambarawa tepatnya di Ruko Emperiom No 5 Ngrawan Bawen mengaku sangat terganggu dengan tumpukan bekas material proyek pembangunan saluran drainase dan trotoar yang berserakan dan dibiarkan begitu saja. Selain itu juga berdampak pada pendapatan.


"Adanya pengerjaan proyek drainase dampaknya sangat sepi sekali dibanding hari hari biasa. Kalau dirata rata dari segi pendapatan turun drastis. Bahkan turunnya lebih dari 50 persen,"kata Puji saat ditemui harian7.com, Minggu (11/11/2020).


Disampaikanya, ia sangat berharap agar segera diselesaikan serta dibuat jembatan agar para pengunjung atau calon pembeli bisa masuk ke area parkir ruko tempat kita membuka usaha/berjualan.


"Kami minta segera dibuatkan jembatan kalau memang pekerjaan belum segera diselesaikan,"ungkap Puji.


Kondisi material berserakan dan membahayakan pengguna jalan.

Ditambahkanya, ia sesekali juga pernah menanyakan ke pihak mandor proyek menanyakan terkait pekerjaannya. Namun dijawabnya itu nanti pengerjaannya bertahap. Dan mandor tersebut juga menyampaikan jika akan dibuatkan jembatan sementara dulu.


"Apa yang dikatakan oleh mandor proyek jika akan dibuatkan jembatan sementara dulu hingga saat ini tidak pernah ada realisasinya,"terangnya.


Kita mengalami penurunan omset kurang  lebih sekitar tiga minggu ini sejak ada pengerjaan proyek tersebut kita. Biasanya sebelum ada pengerjaan drainase ini rata rata hasil penjualan kita perhari mencapai kurang lebih Rp 3 sampai Rp 3,5 juta. Namun saat ini paling hanya sekitar Rp 500 ribuan dan terkadang tidak sampai.


"Penurunan omset karena banyak calon pembeli yang tidak jadi beli lantaran tidak ada tempat untuk parkir. Terlebih calon pembeli yang mengendarai mobil, mereka saat hendak mampir kesulitan untuk parkir,"jelas Puji.


Puji menyampaikan, sebenarnya pihaknya berinisiatif akan membuat jembatan  dengan sendiri dengan biaya sendiri. Namun pihak mandor tidak mengijinkan.


"Bos saya sebenarnya ingin membangun jembatan sendiri. Kasihan calon pembeli setiap mau belanja tidak jadi karena tidak ada lahan parkir. Sedangkan mau masuk area parkir tidak ada jembatannya,"pungkasnya.


Ungkapan senada juga disampaikan sejumlah pedagang di kawasan jalan tersebut yang enggan disebutkan namanya.


"Materialnya berserakan menutupi akses jalan masuk ke kios saya. Selain itu tidak ada jembatan , jadi pelanggan tidak bisa masuk,"katanya yang diamini pedagang lainya.


Dinilainya jika pembangunan saluran/drainase tersebut terkesan lambat dan tidak profesional. Bahkan, dalam beberapa hari terakhir aktifitasnya juga terkasan 'leda lede'. Dan  tumpukan material dibahu jalan sehingga jelas mengganggu kenyamanan pengendara.


"Sebenarnya tidak hanya kami yang mengeluh tetapi pengendara yang akan melalui jalur ini juga mengeluhkan hal serupa," kata dia.


Sementara itu, salah seorang pengendara yang biasa melewati jalan tersebut, Wardi (43)  warga Jambu menyayangkan pembangunan yang cenderung lama dan terkesan kurang profesional. Selain itu, cuaca akhir-akhir ini yang hujan menyebabkan kekhawatiran.


"Saat hujan membahayakan pengguna jalan. Apalagi materialnya sampai ke jalan. Saya setiap hari melintas kesini, karena kerja saya di Semarang. Dan sesekali juga berhenti melihat hasil pengerjaanya. Saya sangat kaget, kok hasilnya kurang maksimal. Ini pengawas pelaksanaanya kemana dan kerjanya apa. Kok hasilnya amburadul begitu. Padahal itu dibangun dari uang rakyat," tandas Wardi.


Dia berharap pihak pelaksana pengerjaan proyek tersebut segera menyelesaikan, atau paling tidak segera menyingkirkan material yang berada di bahu jalan serta membuatkan jembatan. Agar para pedagang juga tidak terganggu.


"Saya ini juga paham terkait bangunan, karena saya S 1 dibidang tersebut. Saya berpesan kepada pejabat terkait agar turun ke lokasi untuk mengecek. Lihat hasilnya sungguh mengecewakan,"pungkasnya.


Sementara itu, pihak dinas terkait hingga berita ini ditrunkan belum bisa di konfirmasi.(*)

Iklan