Iklan

Iklan

,

Iklan

Tren Berkebun Meningkat, Pesona Anthurium Mulai Bangkit Pasca Turun Tahta Dipasaran

Redaksi
Senin, 17 Agustus 2020, 03:43 WIB Last Updated 2020-08-16T20:44:56Z
Foto istimewa.


Laporan: Indra W
Editor: Agus S

KARANGANYAR,harian7.com - Bagi mereka yang bukan penggemar tanaman hias, nama jenis tanaman anthurium tentu masih sangat asing untuk didengar. Tetapi, bagi mereka yang merupakan penggiat ataupun para penghobi, tanaman ini merupakan salah satu tanaman hias yang memiliki sejuta nilai dan kepuasan tersendiri.

Dahulu, tanaman anthurium itu umumnya sangat banyak diperuntukkan menjadi hiasan taman serta istana khususnya bagi kerajaan-kerajaan di tanah Jawa. Dan konon, tanaman tersebut juga begitu dipuja sebagai tanaman milik para raja-raja.

Pada tahun 2005 hingga 2014, tanaman hias Anthurium sempat mengalami masa kejayaan. Namun sejak tahun 2014 kejayaan itu mulai redup bahkan tak Lagi dipuja.

Namun meski kejayaannya tak lagi menduduki tahta, jenis tanaman hias Anthurium dimata para kolektor dan pecinta tanaman hias masih memiliki sejuta pesona.

Diantaranya di wilayah Karanganyar. Sejak  turun tahta, sebagian pencintanya masih tampak aktivitas membudidaya tanaman Anthurium.

Dari pantauan harian7.com Minggu (16/08/2020) saat menyambangi di kediaman Pardi (55) salah seorang pembudidaya tanaman hias di RT 06 RW 26 Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, ternyata masih ada variant Anthurium yang memiliki harga fantastis.

Disebutkan Pardi,  Anthurium Mangkok dengan Karakter yang sering disebut Grand Pa kini mulai bangkit lagi. Jenis Grand Pa  mulai mencuat namanya di tahun 2010 lalu.

"Saya mulai membudidayakan Anthurium di tahun 2005 silam. Sudah merasakan juga menjual satu pot tanaman Anthurium hingga di angka Rp 90 juta, di tahun 2007 untuk anthurium jenis kobra," ungkapnya.

Dikisahkan Pardi, suka duka pada masa saat membudidayakan Anthurium adalah saat pergantian musim. Disamping itu juga harus memutar otak  bagaimana memijahkan tanaman sesuai dengan kondisi tempat tinggal kita.

"Seperti tempat saya ada di tempat panas, saya memijahkan anthurium dengan metode vegetatif," imbuhnya.

Menurut Pardi, pemijahan dengan cara vegetatif atau dengan stek batang lebih cepat dibanding dengan pemijahan dari mulai biji.

"Untuk waktu memijahkan kisaran 6 bulan hingga 1 tahun. Itupun tergantung dari cara kita merawat tanaman yang kita pijahkan," tuturnya.

Dijelaskan oleh Pardi, saat ini anthurium dengan karakter kuat yang masih bertahan dan memiliki pasar terbuka. Selain itu, kondisi pencabangan atau yang diistilahkan oleh para pembudidaya anthurium dengan istilah roset, juga menjadi penentu nilai jual tanaman hias.

Ungkapan senada juga dituturkan Lilik dan Aris Suharto (50), yang juga pembudidaya Anthurium kawakan di wilayah Solo Raya.

Saat berbincang dengan harian7.com ia membeberkan, "Sebetulnya penilaian teman - teman terhadap saya yang menganggap saya master penyilangan, itu hanya kebetulan saja. Kebetulan saya tinggal di daerah Tawangmangu, yang iklimnya dingin dan cocok untuk pemijahan anthurium dengan teknik silang,"beber Aris.

"Untuk proses penyilangan serbuk sari dan tongkol bunga yang mengeluarkan madu dilakukan di pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB hingga pukul 09.00 WIB."

"Diwaktu tersebut, proses fotosintesa tumbuhan sedang berjalan. Untuk pengembangan secara generatif, di iklim dingin akan lebih efektif dibanding di daerah beriklim panas,"ucapnya dengan gamblang.

Geliat pasar anthurium, masih menurut Aris dirasakan terjadi sejak kurun waktu 3 bulan terakhir. Hal ini juga di dorong oleh maraknya pasar tanaman hias seperti aglonema dan philo.

"Saat ini, pasar tidak seperti jaman tahun 2007, karena stok barang sudah seimbang dengan permintaan pasar, dan ini bagus untuk petani karena harga stabil," paparnya.

Namun demikian, dari tahun 2007 lalu, masih ada jenis anthurium yang harganya masih tinggi, seperti halnya jenis anthurium mangkok varigata.

Investasi Menguntungkan

Saat ini harga anthurium cenderung naik, dan bagus untuk alternatif investasi bagi orang - orang yang memasuki masa - masa purna tugas.

"Saat ini, kestabilan harga karena bukan banyak kolektor. Sekarang ini banyak konsumen yang berpandangan membudidayakan tanaman hias untuk investasi. Mereka akan mendapatkan keuntungan yang lumayan," terang warga Lurah, Tawangmangu.

Aris berpesan untuk pembudidaya pemula untuk lebih hati - hati saat bertransaksi secara online. Dan yang mendasar, tanamkan rasa senang saat menjalani budidaya tanaman hias.

"Jangan tergiur dengan harga murah, hati - hati saat bertransaksi. Dimasa pandemi ini akan lebih nyaman bertransaksi via online. Namun saat bertransaksi online harus memahami betul tentang tanaman," imbuhnya.

Dirinya mencontohkan, bila ada pemula yang akan membudidaya anthurium harus tahu induknya. "Contoh seperti anthurium jenis mangkok, anakan yang tanaman hias ini akan bisa dilihat seperti inangnya saat usia remaja dimana jumlah daun sekitar ada 10 lembar," ungkap Aris.

Harapan Pembudidaya Tanaman Hias

Baik Aris, Pardi dan Lilik, berpesan kepada masyarakat, bila saat ini menekuni tanaman hias, jangan bosan saat harga tidak seperti yang diharapkan. Tetap merawat tanaman, karena harga akan bisa naik secara signifikan dalam waktu - waktu tertentu.

"Untuk para pecinta tanaman hias pemula, jangan bosan merawat tanaman saat harga turun. Karena kondisi tanaman biar tetap terjaga dan pasar tidak vakum (kosong-red). Kami akan selalu mengembangkan variant dan mencoba menyemarakkan harga tanaman hias untuk bisa jadi raja di negeri sendiri," pungkasnya. (*)

Iklan