Kasat Reskrim Polres Blora AKP Hery Dwi Utomo, saat memberikan keterangan kepada wartawan. (Foto: Humas Polres Blora Polda Jateng) |
Kasat Reskrim Polres Blora AKP Hery Dwi Utomo mengungkapkan bahwa pelaku berhasil ditangkap di wilayah Kendal dan Blora.
“Mendapat laporan tersebut, langsung kami lakukan penyelidikan, dan tersangka berhasil kita amankan, berikut barang buktinya,” ucap Kasat Reskrim, kepada wartawan, Jumat (10/01/2020).
Selain menangkap pelaku, polisi juga mengamankan barang bukti berupa dua buah akta cerai yang telah di gunakan, satu buah stempel Pengadilan Agama, serta satu buah Hape Merk Nokia warna biru kombinasi hitam.
Lebih lanjut, Kasat Reskrim menjelaskan, pelaku mencuri blangko akta cerai dan akta cerai dengan cara menggunakan kunci duplikat, dimana pelaku bisa membuat kunci duplikat lantaran salah satu pelaku adalah karyawan honorer di Pengadilan Agama Blora, yang telah bekerja selama enam tahun, namun setelah peristiwa tersebut, karyawan tersebut telah di non aktifkan.
“Pelaku ASB ini adalah mantan karyawan honorer di Pengadilan agama, sehingga bisa mendapatkan kunci untuk diduplikatkan,”jelas Kasat Reskrim.
Kasat Reskrim menambahkan, Dalam peristiwa tersebut Pengadilan Agama mengalami kerugian kurang lebih lima belas juta rupiah, dimana akte yang hilang sejumlah 150 lembar akte kosong dan 17 lembar akte cerai milik penggugat dan tergugat.
"Adapun dokumen yang berhasil di curi pelaku adalah tiga bendel blangko akta cerai, yang terdiri dari satu bendel 13 dengan seri K no.36351-36400, satu bendel 31 dengan seri K no.37251-37300, satu bendel 32 dengan seri K no.37201-37350 dan tujuh belas lembar akta cerai,"tambahnya.
Dari pengakuannya tersangka mengatakan, bahwa blangko cerai tersebut di jual kepada masyarakat yang ingin mengurus proses perceraian tanpa mengikuti sidang, dimana pelaku menjual satu akta cerai seharga dua juta hingga dua setengah juta rupiah. Hingga ditangkap petugas, tersangka telah berhasil menjual delapan akta cerai tersebut.
Untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya, tersangka dijerat pasal 363 dengan hukuman penjara maksimal tujuh tahun penjara.(Aiz/hms)