Iklan

Iklan

,

Iklan

Pemerintah Batasi WhatsApp? Banyak Pengguna Akali Dengan VPN, Bahaya Mengintai

Redaksi
Kamis, 23 Mei 2019, 05:02 WIB Last Updated 2019-05-22T22:02:33Z
Tekno,harian7.com - Dengan adanya pengumuman pemerintah terkait pembatasan jejaring sosial salah satunya adalah WhatsApp, beredar informasi penggunaan VPN (Virtual Private Network) bisa mengakali pembatasan tersebut. Namun tentunya bagi pengguna VPN tidak tahu akan bahaya yang mengintai.

Alfons Tanujaya seorang praktisi keamanan internet dari Vaksincom mengungkapkan,  VPN pada prinsipnya sama tidak jauh beda dengan server proxy.

"Bagi para pengguna VPN,  apapun trafik yang lewat ke server itu bisa dipantau oleh pemilik server,"ungkapnya.

Maka bagi pengguna VPN terlebih yang gratisan maka kalau tidak hati-hati akan muncul permasalahan. "Di ibaratkan VPN gratisan itu di ibaratkan seperti menawarkan permen kepada anak kecil yang tidak jelas komposisinya,"terangnya.

"VPN gratisan itu diibaratkan anak kecil yang tidak mengerti dan paham serta tidak kenal  semua data (trafiknya) dilewatkan ke server VPN tersebut dan tidak mengerti akan bahayanya," terang Alfons.

Lanjut Alfons, Pemilik server VPN jika menginginkan atau berniat ingin merekam data,bisa saja melakukan tapping (merekam) atas trafik yang lewat ke servernya. Maka sudah barang tentu berbagai risiko mengancam pengguna VPN gratisan tersebut,"paparnya.

Maka dalam kondisi tersebut, bagi pengguna VPN gratisan sangat berisiko dan bahaya mengintainya. Adapun bahayanya yakni data penting di dalam ponsel pintar seperti kredensial akun, data kartu kredit dan login internet banking yang tidak dilindungi dengan baik, maka bisa saja akan bocor.

Misalnya data tersebut sudah diamankan dengan baik dan tidak bocor, akan tetapi profil dari pengguna VPN, seperti browsing , bisa terlihat dari situs-situs yang dikunjunginya dan terekam dengan baik di server VPN.

"Ini bisa dimanfaatkan  untuk kepentingan iklan dan lebih parahnya dapat digunakan untuk mempengaruhi user. Semisal diketahui pengguna tersebut masih bimbang memilih, lalu ditampilkan iklan-iklan yang miring ke salah satu paslon seperti yang terjadi dalam kasus Cambridge Analytica," jelas  Alfons.

Dijelaskan, Trafik VPN yang masuk ke user maka akan dengan mudah untuk disusupi malware dan iklan  yang jika digunakan untuk menginfeksi user yang mana risikonya tidak kalah bahaya dengan kasus Spyware Israel di WhatsApp kemarin.

"Saya tidak bilang semua penyedia VPN gratisan buruk/jahat. Akan tetapi secara logika untuk menyediakan layanan VPN tentunya membutuhkan server dan biaya operasional serta bandwidth. Maka tidak logis kalau ada VPN gratisan yang reliable. Kalaupun ada yang relatif aman tetapi performanya/ speednya rendah, maka aksesntya akan lemot," pungkasnya.(Yuan/net)

Iklan