Iklan

Iklan

,

Iklan

Kontroversi Antara Opang Lama dan Opang Baru di Kawasan Wisata Gedongsongo Belum Menuai Titik Temu, Paeko Minta Kedes Candi Mengambil Tindakan Bijaksana

Redaksi
Senin, 18 Maret 2019, 03:37 WIB Last Updated 2019-03-19T05:48:09Z
Ungaran,harian7.com - Gejolak antara pengendara ojek pangkalan (Opang) lama dengan opang baru di kawasan area wisata Gedongsongo, Kecamatan Bandungan terus bergulir dan belum menuai titik temu hingga saat ini.

Sengketa tersebut terkait penumpang kerap menjadi faktor utama yang memicu konflik keduanya seperti yang terjadi di baru - baru ini, yakni seorang pengendara Ojek Lama mendapat perlakuan kasar dari pengendara opang baru.

Paeko (52) warga Dusun Talun RT 02 RW 06 Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang selaku ketua opang lama Perkumpulan Transportasi Wisata Mobil dan Sepeda Motor Trans Wisata G9 Candi saat ditemui kepada harian7.com mengatakan, permasalahan ini bermula sejak adanya tempat wisata baru yakni Taman Bunga Celosia dan Ayanaz. Dengan adanya tempat wisata tersebut banyak pengunjung yang datang,  sehingga munculah ojek pangkalan yang baru.

"Saya sudah lama mangkal di tempat tersebut, seharusnya jika akan mendirikan ojek pangkalan yang baru/amatir harusnya terlebih dahulu koordinasikan dengan kami,"ungkap Paeko.

Kami sangat menyayangkan kepada pihak Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang,  yang telah memberikan izin tanpa adanya koordinasi terlebih dahulu. Sehingga dengan adanya keputusan yang kami nilai sepihak ini menimbulkan  permasalahan atau suasana yang tidak kondusif.

"Sebenarnya kami tidak menyoal dengan munculnya ojek pangkalan yang baru/amatir, namun tentunya harus mematuhi AD/ART yang sudah ada, sehingga dapat terkoordinir karena satu aturan dan tidak tumpang tindih,"jelas Paeko.

Paeko menambahkan, jika dari awal ada koordinasi terlebih dahulu tentunya konflik seperti ini tidak terjadi. Saat itu kami juga sudah berupaya meminta pihak desa untuk memediasi persoalan ini, namun hingga saat ini belum ada tanggapan yang pasti, sehingga persoalan ini mengambang tanpa adanya kejelasan.

"Kami (Opang lama-red) sebenarnya sudah memberikan kelonggaran terkait aturan untuk anggota baru, yakni yang semula wajib membayar iuran ke anggotaan sebesar Rp 10 Juta, saat ini hanya di minta Rp 5 Juta saja. Namun kebijakan tersebut juga belum ditanggapi atau mendapat respon,"terang Paeko.

Ketika ditanya harian7.com iuran tersebut diperuntukan untuk apa, Paeko mengungkapkan, Iuran tersebut nantinya juga dipergunakan untuk kesejahteraan dan kepentingan bersama, semisal untuk kegiatan sosial dan membantu para anggota jika ada yang kesusahan atau mengalami musibah.

"Jadi uang iuran keanggotaan tersebut nantinya juga digunakan untuk kepentingan bersama. Selain itu kami sejak dulu juga berkontribusi kepada masyarakat di Desa Candi setiap ada kegiatan, diantaranya, saat perayaan 17 san dan kegiatan-kegiatan lainya,"tandasnya.

Paeko berharap agar permasalahan ini tidak terus berlanjut, mengajak para anggota ojek pangkalan baru/amatiran untuk bergabung ke ojek pangkalan yang lama dan mematuhi AD/ART yang sudah ada.

"Disini kita semua mencari rezeki, jadi marilah kita bergabung dan patuhi aturan yang sudah ada sejak dulu,"ajaknya.

Hal senada juga diungkapkan Amridin (43) anggota opang lama. Ia berharap pihak Desa Candi untuk segera menanggapi persoalan ini agar suasananya kondusif. Pasalnya upaya mediasi untuk musyawarah berulangkali dilakukan namun selalu kandas tidak menemui titik temu.

"Saat itu kita mendatangi Sudarwanto mantan kepala desa yang kebetulan terpilih kembali untuk menyelesaikan dan memediasi persoalan ini, namun juga belum ada titik temu. Namun saat itu Pak Sudarwanto berjanji jika nanti dirinya sudah dilantik akan memediasi persoalan ini, namun setelah dilantik hingga saat ini belum ada tindak lanjut,"katanya.

Lebih lanjut Amridin menceritakan, sebelumnya mediasi ini juga pernah dijembatani oleh Said Anggota DPRD Kabupaten Semarang, saat itu Said mengundang kami untuk diadakan pertemuan di Gedung Purbakala Gedongsongo dengan catatan kita (Opang lama dan opang baru /red) dan dari pihak wisata memberikan satu lokal tempat parkir untuk mangkal bersama. Namun kemudian tidak menemukan mufakat, akhirnya dari pihak kita meminta untuk duduk bersama dengan di fasilitasi dari pihak desa, akan tetapi pihak desa tidak merespon.

"Kita juga pernah menawarkan beberapa opsi, namun tidak ada respon, bahkan menurut kami pak Said yang saat itu mengundang kami juga terkesan sepihak,"terangnya.

Amridin menambahkan,"Dengan belum terselesaikan persoalan ini membuat suasana kurang kondusif, terutama saat mengambil penumpang. Apalagi jumlah kami (Opang lama) hanya sekitar 81 orang dan mayoritas anggotanya sudah tua, sedangkan opang baru/amatir anggotanya kurang lebih sebanyak 420 orang yang rata-rata masih muda. Sehingga kalau ada persilisihan tentunya sangat tidak pantas,"ungkapnya.
Sudarwanto Kades Candi saat ditemui harian7 dot com.

Terpisah, Sudarwanto Kepala Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabuten Semarang saat ditemui harian7.com di kediamanya belum lama ini mengatakan, Ojek pangkalan itu dulunya berada di bawah, namun sejak adanya wisata Celosia maka di atas awalnya ada yang mangkal, mengingat ojek pangkalan dibawah jumlahnya sedikit.

"Awalnya ojek di atas ada yang mangkal dari satu orang hingga akhirnya anggotanya menjadi banyak, lalu mendirikan organisasi. Mengingat tempat pangkalan atas juga tempat parkir, sehingga jika ada bus parkir dan penumpannya untuk ke Gedongsongo ojek yang bawah tidak mencukupi,"katanya.

Lalu entah apa penyebabnya sehingga muncul konflik dan saat itu sudah pernah dilakukan duduk bersama untuk mediasi dan sudah selesai , tidak ada permasalahan. Namun pada akhir akhir ini kembali muncul gejolak.

"Dulu ojek di atas tidak ada pangkalan, pada akhirnya yang terkhir ini Pak Said menjembatani mencarikan tempat, selanjutnya kita adakan musyawarah dan saya tanya kepada ojek lama tawaran tersebut diterima apa tidak, dan saat itu semua menerima, maka saya menyampaikan untuk digunakan bersama,''ungkap Sudarwanto.


Namun tidak tahu apa persoalanya ojek yang lama menggandeng salah satu LSM dan meminta ojek pangkalan yang baru bergabung dengan ojek pangkalan yang lama. Persoalan tersebut juga sudah dirapatkan dan ojek lama diundang tiga kali oleh pihak desa namun tidak hadir.

"Dalam hal ini saya hanya mengfasilitasi saja mas, karena saya tidak mungkin mencampuri urusan organisasi dan kapasitas saya hanya mendamaikan saja,"jelas Sudarwanto.

Mengenai persoalan ini belum menuai titik temu, lantaran ojek pangkalan baru keberatan untuk membayar iuran sebagai anggota baru di ojek pangkalan lama sebesar Rp 10 Juta. Sedangkan untuk menjadi anggota di ojek pangkalan baru cuma membayar Rp 250 ribu.

"Ojek yang baru tidak mau gabung karena mahalnya uang adminitrasi keanggotaan. Selain itu mereka juga merasa dahulunya orang tua mereka turut kerja bakti membangun jalan tersebut,"terangnya.

Dengan munculnya permasalahan ini Sudarwanto menghimbau keduanya untuk saling rukun dan jangan sampai ada gesekan. "Untuk anggota ojek lama silahkan kembali melayangkan surat kepada saya untuk mengfasilitasi persoalan ini. Kalau surat yang dikirimkan dulu saya belum menjabat, sehingga tidak ada wewenang, sekarang sudah menjabat,"pungkasnya.

Sementara itu, Said anggota DPRD Kabupaten Semarang saat dikonfirmasi mengenai persoalan ini enggan untuk memberikan komentar. "Saat ini saya tidak mau di wawancara atau berkomentar dulu,"katanya.

Sampai berita ini diturunkan pihak ojek pangkalan baru belum bisa di konfirmasi. (Shodiq/M.Nur)

Iklan