Iklan

Iklan

,

Iklan

Kopdar Pemerhati Keris, Nguri-Nguri Budaya Jawa Itu Wajib dan Jangan Sampai Budaya Kita di Akui Negara Lain

Redaksi
Kamis, 25 Oktober 2018, 01:45 WIB Last Updated 2018-10-24T19:08:07Z
Salatiga,harian7.com - Keberadaan Keris saat ini menjadi barang langka yang mulai jarang ditemukan. Hal ini mengundang beberapa pecinta keris di Salatiga yang tergabung dalam Paguyuban Paguyuban Pemerhati Keris Salatiga (Pamerkersa Joko Tingkir)  untuk terus melestarikan keberadaan keris.

Ditemui di lokasi pertemuan yakni di kedai D'Baso,  Jalan Hasanudin No 125, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga tepat depan Mapolsek Sidomukti,  terdapat beberapa keris yang dibawa para anggota memiliki corak, bentuk, hingga umur yang berbeda-beda.

Menurut keterangan Supri salah satu anggota Pamerkasa Joko Tingkir mengatakan keberadaan paguyuban Pamerkasa ini bertujuan untuk menguri-uri budaya Jawa khususnya tentang keris. Pasalnya keris yang menjadi warisan budaya asli Nusantara kini mulai hilang ditelan zaman.

”Dengan adanya paguyuban Pamerkasa ini, kami ingin melestarikan keris sebagai bagian nguri-nguri budaya Jawa. Jangan sampai keris yang menjadi milik Nusantara diakui negara lain,” terangnya.

Berbagai jenis keris dari zaman ke zaman dimiliki anggota Paguyuban Pamerkasa. Dari keris-keris zaman Kerjaaan Islam hingga Kerajaan Hindu Budha, bahkan yang paling tua yakni keris dari zaman Kerajaan Singosari. Karena kekayaan sejarah budaya inilah, menjadi kewajiban setiap orang untuk melestarikan keris.

Pasalnya, lanjut Supri, jika kita berkaca dari peristiwa sebelumnya beberapa budaya Nusantara diakui negara lain karena mulai terlupakan. Selain itu dengan melestarikan keberadaan keris dimaksudkan agar generasi muda mengenal keris sebagai warisan budaya Nusantara.

”Keris ini juga agar generasi muda tahu dan kenal budaya Nusantara yang diwariskan orang-orang terdahulu,” tandasnya.

Paguyuban Pamerkasa  sendiri memiliki anggota sekitar 30 orang dan di perkirakan banyak pemilik keris di Salatiga lainnya. Namun kebanyakan enggan menunjukkan keris miliknya.

”Lagi-lagi ini soal klenik, mindset masyarakat yang memiliki keris itu dukun, punya ilmu padahal tidak,” ujarnya.

Lanjut Supri, Paguyuban Pamerkasa  melestarikan keris diluar unsur mistis yang kerap digunakan orang-orang tertentu. Menurutnya Pamerkasa lebih sering berkumpul untuk berdiskusi tentang sisi seni, jenis, hingga asal zaman keris tersebut.

”Sejak kami terbentuk, kami lebih sering diskusi dan sharing pengetahuan tentang keris dari zaman ke zaman,” katanya.

Selain itu juga kerap membahas nilai filosofis dari masing-masing keris. Setiap keris yang menjadi koleksi anggota Pakertiku berasal dari zaman yang berbeda, bentuk hingga pamor yang berbeda-beda. Itu memiliki makna filosofi yang berbeda pula.

”Kami juga sering membahas makna filosofi keris dan tujuan dari si empunya membuat keris,” pungkasnya Supri.
Donal saat menunjukkan salah satu koleksinya.

Hal Senada juga di ungkapkan Donal, paguyuban Pamerkasa ini di bentuk dengan maksud dan tujuan untuk menguri-uri budaya Jawa khususnya tentang keris.

Saat ditanya mulai kapan dirinya mulai suka dengan keris, Donal mengaku jika dirinya mulai suka dengan dan mengamati serta mengkoleksi keris sejak ia masih kecil. Bahkan ia saat ini mempunyai koleksi keris sekitar 100 biji.


"Sudah sejak kecil mas, saya suka merawat dan mengkoleksi keris,"ungkap Donal. (Indra)

Iklan