Iklan

Iklan

,

Iklan

Sepenggal Kisah Sang Maestro Lukis Asal Salatiga Yang Terkenal Sampai Mancanegara, Keterbatasan Fisik Bukan Halangan Untuk Meraih Mimpi

Redaksi
Jumat, 10 Agustus 2018, 02:33 WIB Last Updated 2018-08-09T19:50:09Z
Salatiga,harian7.com - Tak ada mimpi yang tak mungkin. Kisah seorang pelukis asal Kota Salatiga, yang saat ini karya lukisnya banyak di gandrungi para pecinta seni, kususnya seni lukis. Ia adalah Sabar Subadri (39) seorang pria, putra dari pasangan Subadri (alm.) dan Wiwit Rahayu.

Meskipun dia hanya anak seorang penjaga sekolah di SMP Negeri 3 Kota Salatiga dan terlahir dengan keterbatasan fisik yang dimilikinya, namun keadaan ini tak menyurutkan semangatnya, tapi  justru membuat dirinya bangkit dan terus berlari mengejar mimpi.

Saat ditemui harian7.com di Galerinya yang beralamatkan di Jalan Merak No 56 Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Salatiga, Kamis (9/8/2018) sore, Sabar Subadri membeberkan kisah singkat perjalanan hidupnya.  Dengan kondisi keterbatasan fisik sejak lahir, kedua orang tuanya saat itu harus berfikir keras untuk dapat memberikan wahana yang tepat bagi dirinya.

"Sejak kecil oleh orang tuanya saya diminta untuk menggeluti dunia seni lukis  yang tanpa saya sadari menjadi naluri hidup saya,"ungkapnya.
Galeri Lukisan Sabar Subadri.

Sejak berusia tiga tahun, saya memiliki kebiasaan mencorat-coret dengan kapur, sama seperti anak kecil pada umumnya. Meskipun dengan kebiasaannya orang - orang di sekitarnya menganggap jika apa yang saya lakukan tak akan mampu melakukan hal lain, kecuali hanya sebatas mencorat-coret saja.

"Saat itu saya hanya memanfaatkan ceceran kapur tulis di sekitar sekolah, saya mulai berlatih corat coret. Hingga tanpa saya sadari saat menginjak usia remaja, akhirnya menemukan jati diri di dunia seni lukis,"tutur Subadri.

Masa itu, lanjut Subadri, saya harus kehilangan masa kecil lantaran harus intens mengikuti les melukis. Namun saya  menyadari jika apa yang dilakukan adalah sebagai sebuah proses hidup untuk mencapai keberhasilan serta meraih mimpi.

Dengan keteguhan dan ketekunanya berbagai prestasi pernah ia raih di dunia seni lukis dari peringkat nasional hingga internasional. Selain itu ia juga tergabung dalam asosiasi pelukis mulut dan kaki (Assosiation of Mouth and Foot Painting Artist) yang berpusat di Swiss dan gelaran award dari insan media elektronik khususnya stasiun televisi.

Berkat kesabaran dan ketekunanya,  maha karyanyapun telah mengikuti di berbagai pameran lukisan hinga manca negara.

"Pada tahun 2012 saya mengikuti pameran lukisan di Singapura dan  tahun 2013 mengikuti pameran di Wina, Austria, tahun 2017 mengikuti pameran di Barcelona, Spanyol,"bebernya.

Tak hanya di manca negara, maha karyanyapun juga sering mengikuti pameran di dalam negeri seperti halnya event Salatiga Expo baru - baru ini.
Ketika di tanya harian7.com  siapa saja yang telah membeli maha karyanya Sabar mengatakan, "Sewaktu saya menghadiri acara Liputan 6 Award tahun lalu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Aktifis HAM Hendri Yosodiningrat dan mantan Bupati Purwakarta Dedy Mulyadi, membeli lukisan saya di acara lelang di Liputan 6 Award SCTV,"tuturnya.

Saat ini Sabar Subadri membandrol maha karya lukisan dari Rp 5 Juta hingga puluhan juta rupiah.

Ketika di singgung apakah semua maha karya lukisanya itu di jual, Subardi menjawab tidak, pasalnya ada salah satu lukisan yang menjadi master selama dirinya menggeluti dunia seni lukis. Menurutnya ada salah satu karya lukisanya yang dianggap paling fenomenal yakni lukisan batu di tengah kali.

"Ada salah satu lukisan yang tidak saya jual. Karena lukisan itu saya anggap menjadi master karena ada fenomenal tersendiri selama saya menggeluti seni lukis,"ucapnya.

Alasan kenapa lukisan itu di anggap salah satu maha karyanya yang fenomenal, saat itu ia datang ke Sungai Senjoyo bersama rekanya yang kebetulan membawa kamera. Kemudian ia melihat sebuah batu di tengah kali lalu rekanya memotretnya. Setelah di lihat hasil potretan rekanya, gambarnya dirasa ada yang fenomenal, ia pun berinisiatif melukisnya.

"Saat saya memutuskan untuk melukisnya, saya sempat mengalami kesulitan saat membuat detail lukisan dengan riak air. Oleh sebab itu yang menjadikan saya tidak menjual karya tersebut dan saya memilih menyimpan di ruang bawah galerinya,"terang suami dari Fachrunnisa saat mengakhiri perbincanganya dengan harian7.com.

Sepenggal kisah kesuksesan yang diraih sang master lukis tentunya tak semudah yang kita bayangkan. Selain tekat yang bulat, juga kesabaran, keuletan, keteguhan dan semangat tanpa mengenal putus asa itu juga harus ditanamkan dalam diri kita.

Seperti pepatah meraih kesuksesan bukan hal yang mudah serta setelah meraih kesuksesan untuk mempertahankannya pun  jauh lebih sulit. Maka kita harus menyadari  bahwa semua kesulitan itu memang sebuah kelayakan untuk orang hebat seperti mereka yang telah meraih mimpinya.

Namun apapun segala upaya dan apapun sebagai mana kita mewujudkan mimpi kita, tentunya tak luput rasa syukur atas karunia yang telah kita dapat. Manusia berkewajiban untuk berusaha, mengenai hasil kita serahkan kepada sang pencipta. (M.Nur/Shodiq)

Iklan