Iklan

Iklan

,

Iklan

Lestarikan Tradisi, Syawalan di Kaliwungu Didesain Dengan Konsep Modern, Para Pedagang : Tak Masalah Untung Rugi Saya Cari Berkah

Redaksi
Selasa, 16 April 2024, 21:39 WIB Last Updated 2024-04-16T14:42:35Z

 



Laporan: Noviyanto



KENDAL | HARIAN7.COM - Untuk melestarikan agar tradisi syawalan yang ada di Kaliwungu tetap ada hingga anak cucu nanti, Kades Krajan bersama forkopincam Kaliwungu, menyajikan desain secara modern.


Ditunjuk sebagai ketua panitia penyelenggara, Muhamad Latif kepala desa Krajan menjelaskan, bahwa kelestarian budaya atau tradisi sangat perlu untuk dijaga, agar bisa dilestarikan turun temurun hingga anak cucu nanti.


"Alhamdulillah saya diberi amanah oleh pak camat sebagai ketua panitia penyelenggara tradisi syawalan yang biasa kami laksanakan setiap setahun sekali," jelasnya saat dikonfirmasi harian7.com dirumahnya, Selasa (16/04/2024).


Latif juga mengatakan, jika tradisi syawalan pada tahun ini berbeda dengan tahun tahun sebelumnya, dikarenakan pada tahun ini sudah terbangun RTH alun alun Kaliwungu, yang tidak bisa untuk didirikan wahana bermain. Agar tradisi tersebut tidak hilang, bisa diteruskan anak cucu kami nanti, makanya kami mendesainnya secara modern 


"Tentunya pada tahun ini akan berbeda dengan tahun kemarin dan tahun sebelumnya, karena ditahun sebelumnya tradisi syawalan berfokus pada wahana permainan nya, namun ditahun ini, kami desain secara modern, yaitu dengan melibatkan para pedagang yang sudah terbiasa berdagang saat tradisi dimulai dan forkopincam dan ulama yang ada di Kaliwungu".


Dengan menampilkan artis dan band asal Kaliwungu, dalam tradisi syawalan tahun ini juga menampilkan tayangan dalam layar lebar asal usul sejarah adanya tradisi syawalan ini. 


"Konsep kami, untuk melestarikan budaya tradisi syawalan di Kaliwungu, untuk menarik para pengunjung supaya bisa datang dalam acara tradisi syawalan ini, kami menampilkan seni budaya yang ada di Kaliwungu, asal usul sekarang tradisi syawalan ini dimulai, dan mengenalkan musisi musisi yang ada di Kaliwungu, agar anak muda bisa mengetahui asal usul tradisi syawalan dikotanya, sehingga mereka nanti yang akan meneruskan perjuangan kami untuk melestarikannya hingga sampai anak cucu kami nanti".


Sejumlah pedagang pun nampak antusias untuk ikut serta dalam meramaikan tradisi syawalan yang ada di Kaliwungu ini, terlihat dari keinginan mereka walaupun dengan biaya sewa lapak Rp. 1.750.000 ( satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) Meraka langsung setuju dan malah banyak yang merasa nyaman dengan konsep yang dibuat pada tahun ini.


"Biaya segitu masih terbilang wajar, karena dengan kebutuhan desain modern ini, tentunya membutuhkan biaya yang sangat banyak, kami gunakan untuk sewa panggung, sewa tenda, kebersihan dan masih banyak kebutuhan lainnya, dan kami mengonsep ini agar tradisi syawalan tahun ini nampak bersih dan nyaman, sehingga pengunjung maupun yang berjualan disitu bisa nyaman,"tegas Latif.


Sementara itu, salah satu pedagang yang ikut meramaikan tradisi syawalan pada tahun ini Dodik menyampaikan, sudah sejak tahun 1987 dirinya selalu berdagang pada saat tradisi syawalan di Kaliwungu, dan dengan konsep terbaru seperti ini, dirinya sangat setuju.


"Setiap tradisi syawalan di Kaliwungu ini saya bersama istri saya selalu ikut partisipasi menjadi pedagang mas, karena selain mendapatkan untung, saya juga sekalian mencari berkah dari tradisi syawalan ini, kalau tidak untung mana mungkin saya berjualan mas,"terangnya.


Dodik juga menambahkan, jika untuk biaya sewa lapak dengan harga Rp 1.750.000 itu masih terbilang relatif, karena bukan masalah untung ruginya, namun tentang berkahnya, bisa ikut meramaikan tradisi syawalan di kota santri Kaliwungu," tambahnya.

Iklan