Iklan

Iklan

,

Iklan

Kadisporapar Jateng : Jawa Tengah Salah Satu Provinsi Kontributor Tingkat Pandemi Skala Nasional

Redaksi
Kamis, 17 September 2020, 19:52 WIB Last Updated 2020-09-17T13:52:42Z


Ket foto: Dari kiri Dosen UKSW Salatiga,Eko Suseno, Kadisporapar Jateng,Sinoeng Rahmadi, Sekretaris Komisi B DPRD  Jateng, M.Ngairin Richardl, Host Prast (Foto: M.Taufiq).


Laporan: M Taufiq || Kontributor Semarang

Editor: Andi Saputra


SEMARANG,harian7.com - Paradigma pariwisata, saat ini telah bergeser seiring perkembangan zaman dalam tempo yang relatif lama mulai dari “quantity tourism”  kemudian bergeser menjadi “alternative tourism” di tahun 1980,  lalu paradigma beralih ke “quality tourism” pada tahun 2010 di fokus pendekatannya lebih kepada partisipatif ketimbang profit.


Memasuki tahun 2020 muncul paradigma pariwisata baru yang lahir akibat pandemi COVID-19 yakni paradigma “Next Normal Tourism”, yang terdiri atas  keselamatan sebagai andalan utama, kemudian surprising dalam pengembangannya dan peningkatan kesadaran diri. Memang, pariwisata merupakan sektor pertama dan paling terdampak atas pandemi COVID-19.


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kunjungan wisman pada Maret 2020 turun sebesar 45,50 persen dibandingkan bulan Februari 2020. Dibandingkan pada Maret 2019, jumlah kunjungan wisman pada Maret 2020 mengalami penurunan sebesar 64,11 persen.


Sejumlah pengamat pariwisata beranggapan, pandemi COVID-19 telah mempercepat perubahan paradigma pariwisata secara global. Mereka juga melihat bahwa pandemi COVID-19 juga telah mengubah perilaku wisatawan baik domestik maupun mancanegara secara signifikan. 


Sebelumnya perilaku wisatawan dalam berwisata adalah mencari ketenangan atau serenity, namun sekarang wisatawan tidak lagi cenderung mencari ketenangan melainkan keselamatan atau safety sebagai fokus utama ketika hendak berwisata.


Menparekraf, Wishnutama Kusubandio sendiri menyatakan, protokol kesehatan hingga keamanan nantinya menjadi perhatian wisatawan. Ia juga optimis, sektor parwisata Indonesia dapat lebih cepat pulih dari diprediksi sebelumnya. Beberapa studi menunjukkan bahwa sektor pariwisata membutuhkan sekitar 5 tahun untuk kembali ke keadaan normal pascapandemi COVID-19. 


Bila benar demikian,tentu di Jawa Tengah juga harus menyelaraskan untuk sektor pariwisata dengan paradigma yang baru. Hal ini tentu tidak hanya menyentuh objek wisata saja, namun juga kegiatan ekonomi di sekitar objek wisata.


Sekretaris Komisi B DPRD Jateng, M.Ngainir Richadl mengatakan ada kurang lebih 690 destinasi wisata di jawa tengah ysng sebelum covid-19 semua dalam kondisi on the right, pengunjungnya banyak ,sarana prasarananya cukup lumayan bagus.


"Karena adanya covid19 yang merambah disektor wisata ini menjadikan kaget sekali pelaku wisata ini karena terdampak baik pedagangnya, bus wisata  tour n travel, pihak hotel dan lainnya."


"Tetapi dengan mulainya dibuka tempat wisata di jateng sekitar 200 san tempat, maka bagaimana kedepannya tidak hanya kita bicara soal pariwisata tidak hanya kita bicara terkait menghibur diri baik keluarga maupun masyarakat tetapi bicara wisata diera pandemi juga harus bicara soal edukasi artinya dimana anak anak selama pandemi belajar daring saja ketika kita mau wisata dimana  edukasi harus ada," ujar Richadl.


Lanjut Richadl, kami contohkan bagaimana sekolah yang dulu diterapkan itu sekarang mulai kita contoh juga.Ini yang harus kita lakukan diera ini.


" Kami berharap Dinas Pariwisata bisa membuka paket wisata dalam sehari, terutama yang ada unsur edukasinya," terang Richadl.


" Saya belum pernah melihat pola mengembangkan wisata antar provinsi terutama didaerah perbatasan. Ini bisa menjadi salah satu alternatif bagaimana paradigma wisata hanya bersifat kesenangan kreatif, tetapi bagaimana kemudian pendidikan itu bisa menjadi salah satu upaya untuk berwisata tetapi juga mencerdaskan anak," pungkasnya saat menjadi narasumber pada acara Dialog bersama Parlemen Jawa Tengah di Prime Topic dengan tema " Mengembangkan Paradigma Pariwisata " yang disiarkan langsung MNC Trijaya FM bertempat di Gravity Indoor Trampolin Park, Rabit Resto, Jl Dr Cipto 226, Semarang, Kamis (17/9/2020).


Sementara itu Kepala Disporapar Prov. Jateng, Sinoeng Rahmadi mengatakan     bahwa saya mengikuti jurnal pemberitaan  media sama dengan para pakar tetapi dengan asumsi sampai dengan hari ini catatan statistiknya destinasi wisata saat ini terjun bebas hingga 70 persen, ini baru pengurangan aktifitas dengan adanya pandemi covid-19.


Menurutnya dari 1083 hotel tutup sekitar 115 hotel. tetapi hari ini hotel sudah buka meskipun bukanya 35-40 persen, yang dirumahkan hampir 60 persen sehingga betul betul dampak sektor kepariwisataan terhadap pandemi covid 19 luar biasa," ujar Sinoeng.


Lanjut dia, dalam perkembangannya muncul apa yang disebut paradigma new normal, bagaimana semua pihak menciptakan orkestra untuk ambil peran.


Dalam perkembangan akhir akhir ini yang menjadi keprihatinan, jawa tengah menjadi salah satu provinsi kontributor tingkat pandemi skala nasional.


"Di jawa tengah ada sembilan kabupaten yang perlu diwaspadai.Ternyata ada variabel yangvsukit dikontrol yaitu perilaku masyarakat. Bagaimana kita bisa mengukur perubahan tingjah laku new normal ini dengan new life style dengan normal baru new nourm sehingga kalau ada aktifitas dimasa pandemi ini orang menjadi sadar diri," terang sinoeng.


Pada Kesempatan sama Dosen FEB UKSW Salatiga, Eko Suseno HRM memaparkan bahwa neraca satelit daerah berbicara tentang sejauh mana uang yang beredar."Disitu kita bisa memilah lima jenis wisatawan diantaranya orang jawa tengah yang pergi ke jawa tengah, orang jawa tengah yang pergi keluar tapi masih di Indonesia, orang jawa tengah yang pergi ke luar negeri atau wisatawan mancanegara yang datang ke jawa tengah," paparnya.


Menurutnya problem terbesarnya adalah wisatawan mancanegara yang datang ke jawa tengah, karena betul betul TKO nol persen alias tidak ada kunjungan sama sekali. Yang lebih menarik lagi kita tidak akan pernah kehilangan momentum karena apa? karena pandemi saat ini ada yang disimpan masyarakat dan sangat ditunggu tunggu untuk dilakukan yaitu piknik itu saja," ungkap eko.


Lebih lanjut ia menambahkan," Dan itu terbukti salah satunya rame ramenya saat ada satu gunung yang dikunjungi ribuan orang," pungkasnya.(*)

Iklan