Iklan

Iklan

,

Iklan

Upayakan Ketahanan Pangan Dikala Bencana Covid-19, Desa Banyuadem Berinovasi di Bidang Pertanian

Senin, 24 Agustus 2020, 22:46 WIB Last Updated 2020-08-24T22:11:51Z
Lahan Pertanian Desa Banyuadem
Penulis : Ady Prasetyo Ka-Biro Kedu

MAGELANG, harian7.com - Sebuah Desa di lereng merapi sisi barat ini patut diapresiasi terkait upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan masyarakatnya. Berbagai upaya inovasi dalam hal pertanian ditingkatkan oleh pihak Pemerintah Desanya, sehingga hasilnya sangat fantastis.


Desa Banyuadem yang berlokasi di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang ini memang hebat dalam hal pengembangan pertanian. Tentunya yang disesuaikan dengan daerah geografisnya di daerah lereng gunung Merapi dimana tanahnya cukup subur.


Sebuah Desa dengan sekitar 700an Kepala Keluarga ini memang mayoritas bekerja sebagai petani. " Sekitar 85 persen sebagai petani, sisanya sebagai pegawai dan lain-lain, " ungkap Kepala Desa Banyuadem, Supriyadi saat ditemui di rumahnya (24/08/2020).


Ia mengungkapkan bahwa tanah kas desa Banyuadem sendiri mencapai ratusan hektar yang dipergunakan untuk lahan pertanian. " Sekitar 240 hektar totalnya, 167 hektar sendiri untuk tanaman salak yang sisanya untuk pertaniam tumpang sari seperti jagung, ketela, kelapa, pisang dan lainnya,"  ungkapnya.


Potensi Desa Banyuadem sangat tinggi, kata dia seperti jumlah pohon kelapa sendiri di wilayahnya yang siap panen ada sekitar 1200 pohon. " Itu setiap hari dideres (Red: Diambil Niranya) oleh 167 penderes (Red: pengambil nira). Dan bisa diproduksi menjadi gula merah rata-rata 85-120 kg perharinya, " ujarnya.


Untuk tanaman pertanian lainnya memang bisa dibilang unggul. Hasil panennya dan ukuran hasil panennya bisa dibilang tidak seperti umumnya. Bisa dikatakan cukup super, tidak seperti umumnya padahal bibitnya sama.


" Hasil panennya super semua, mulai jumlah dan ukuran. Contoh kelapa yang ukurannya cukup besar, dan hasil setiap pohonya antara 25-30 buah dalam satu janjang. Ada buah pisang juga yang ukurannya panennya mencapai 2,5 meter atau bisa laku Rp. 500-700 ribu saat musim laku. Ketela juga super, setiap panen satu pohon aja ukurannya cukup besar, bisa laku Rp 25 juta setiap 1 hektarnya," paparnya.


Kalau untuk salak, jangan ditanyakan lagi. Kata dia setiap sekali panen misal saat musimnya bisa mencapai 100 ton setiap harinya untuk salak Nglumut maupun Madu. " Dan penjualanya sudah cukup luas, ada yang ekspor luar negeri juga namun hanya beberapa persen dari total panen yang lolos seleksi karena memang ketat," ujarnya.


Supriyadi dengan bangganya juga menyampaikan soal salak tidak hanya ada saat musim panen saja. Ia bersama Pemerintah Desanya membuat program panen salak dikala tidak musim panen raya.


" Kita ada program penanaman salak. Jadi saat nanti para petani wilayah lain sudah panen raya, kami beberapa juga ada. Namun saat tidak ada panen pasti kami tetap ada panenan salak. Itu salah satu startegi kami," cetusnya.


Intinya, semua proses keberhasilan tersebut dimulai mulai proses persiapan bibit dan perawatannya. " Lalu cara tanam dan perawatan ada strategi sendiri yang banyak orang belum tahu. Kalau mau belajar siapapun bisa kesini, kita kasih contoh dan bukti di lapangan seperti apa hasilnya. Kita kasih tahu juga saat panen raya, bisa dihitung jumlahnya dan  ukuran hasil panen kami," tegas Surpyadi yang sering juga jadi narasumber seminar atau pelatihan pertanian.


Cuman, lanjut dia terdapat kendala para petani di Desa Banyuadem sendiri meskipun hasil pertaniannya seperti itu. " Selain utamanya soal pemasaran, ada juga terkait penyediaan pupuk subsidi yang susah didapat. Ada pupuk non subsidi harganya tiga kali lipat," keluhnya.


" Tidak hanya itu, soal irigasi perairan kami juga terkendala karena pada mati alirannya. Hal ini karena memang saluran irigasi perlu dibangun sesegera mungkin untuk memaksimalkan hasil pertanian kita. Namun itu belum bisa terwujud karena saya Kepala Desa baru, dan hanya menjalankan program Kades sebelumnya," ceritanya.


Ia juga berharap kepada pemerintah untuk membantu para petani disini untuk turun tangan melihat langsung hasil kami dan kendala kami. " Kita tunjukan usaha dan hasil kami, dan pemerintah mengsuportnya dengan kendala yang ada. InsyaAllah semua bisa maksimal dan bisa meningkatkan ketahanan pangan," harapnya.


Supriyadi ini tidak pelit ilmu, siapapun yang ingin belajar bisa datang menemuinya di Desa Banyuadem Kecamatan Srumbung Magelang. " Saya bangga bisa jadi contoh dan dicontoh hasil usaha petani kami. Dan itu tidak merugikan, justru menambah ketahan pangan di Kabupaten Magelang maupun Indonesia. Silahkan kami tunggu kita belajar bersama," pintanya. (*)

Iklan