Iklan

Iklan

,

Iklan

Sadranan dan Ziarah di Gunung Balak Tahun ini Diliburkan Untuk Umum

Minggu, 30 Agustus 2020, 00:22 WIB Last Updated 2020-08-29T17:51:30Z
Penulis : Ady Prasetyo Ka-Biro Kedu

Juru kunci Gunung Balak mbah Janadi (86) saat memanjatkan doa memenuhi permohonan para peziarah dan orang yang melakukan sadranan pada tahun lalu.

MAGELANG, harian7.com - Setiap hari Minggu dengan pasaran Kliwon di bulan Suro (Kalender Jawa Red:) warga disekitar Gunung Balak (800 Mdpl) yang berlokasi di Dusun Pakis kulon Desa Pakis Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang melakukan Tradisi "Nyadran" yang biasanya juga di diikuti ribuan masyarakat dari berbagai daerah terutama di Magelang, Jawa Tengah. Namun pada tahun ini prosesi tersebut akan diliburkan karena masih dalam suasana adanya pandemi Virus Covid-19, 

Tahun ini acara "Nyadran Gunung Balak" Tidak dilaksanakan seperti tahun tahun sebelumnya, Papar Triyono (49) Kepala Dusun Pakis Tengah saat ditemui harian7.com pada sabtu (29/08/2020).


" Hal ini dimaksudkan untuk mentaati anjuran pemerintah dan Menjaga penyebaran virus Corona, kepada warga masyarakat umum khususnya di wilayah Desa maupun Kecamatan Pakis dan sekitarnya kami memohon maaf dan kesadaranya karena ini demi kebaikan bersama " Harapnya.


Tradisi yang sudah berjalan turun temurun dari para nenek moyang ini selalu kami lakukan kelangsunganya karena ini suatu kearifan lokal dan termasuk budaya yang tetap harus kita jaga kelestarianya. Imbuhnya.


" Secara umum acara yang kami laksanakan setiap hari Minggu Kliwon yang seharusnya jatuh minggu depan pada tanggal 6 September 2020 di bulan Suro tahun ini tidak digelar, namun kami dari perwakilan Warga maupun pemerintah Desa Pakis akan mewakili dari ribuan orang yang biasa melakukan sadranan dan Ziarah di Puncak Gunung Balak walau hanya beberapa orang yang naik dengan membawa kelengkapan selamatan serta memanjatkan Doa seperti biasanya " Katanya.

Triyono, Kepala Dusun Pakis Tengah. 

Tradisi Panjat Doa dan mengambil Air di Watu Lumpang

Dalam acara panjat Doa, biasanya beberapa orang yang datang dengan membawa bungkusan dari daun berisi bunga mawar, melati, kenanga dan kemenyan, mereka mengantre di sekitar petilasan untuk memohon doa melalui juru kunci Gunung Balak yakni Mbah Janadi (86), berbagai hajat dan keperluan yang dipanjatkan selalu di bacakan secara khusuk memenuhi permohonan para pendatang.


Tampak juga beberapa warga mendekati sebuah petilasan berupa Batu (Lumpang) untuk mengambil air guna mencuci muka, tangan, dan kaki, sementara Puluhan warga lainnya terlihat bersila dan bersimpuh di petilasan tokoh spiritual yaitu Syeh Maulana Muhammad al-Baqir atau  biasa dikenal dengan sebutan Syekh Subakir yang dikelilingi pagar tembok untuk membaca tahlil dan melantunkan Shalawat Nabi.


" Menurut ceritanya di dalam petilasan itu berisi keris yang dikubur oleh Syekh Subakhir pada masa lalu, saat di kawasan ini masyarakat menghadapi pagebluk, Itu jauh sebelum penjajahan Belanda," Pungkas Triyono.

Iklan