Iklan

Iklan

,

Iklan

Corona Mewabah, Pedagang Pasar Pagi Salatiga Menjerit, Ibu Nawang: Selama Ini Baru Sekali Dapat Bantuan Pemerintah, Itupun Tidak Merata

Redaksi
Jumat, 29 Mei 2020, 16:07 WIB Last Updated 2020-05-29T09:18:32Z
Rondiah seorang pedagang sayur.(Foto: M.Nur/harian7.com)
Penulis: M.Nur

SALATIGA,harian7.com - Akibat wabah virus corona alias Covid-19 berdampak pada banyak sektor kehidupan. Bahkan pengaruh besar begitu terasa di lapisan masyarakat bawah seperti kepada para pedagang bermodal kecil.


Para pedagang ini mengalami penurunan omset bahkan merugi karena pembeli sangat jarang bahkan tak ada. Apalagi gerakan #DiRumahAja demi mencegah penyebaran virus corona menggerus perekonomian pada pedagang  yang notabene menggantungkan biaya hidup sehari-harinya lewat berjualan.


Seperti diungkapkan salah satu pedagang di Pasar Pagi Jalan Jendral Sudirman Salatiga, bernama Rondiah (40) warga Canden  Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Salatiga, mengakui jika dirinya mengalami penurunan omset karena sepi pembeli. Bahkan semenjak semenjak diliburkan selama lima hari sejak menjelang lebaran dia hanya bisa pasrah dirumah dan tidak berjualan.


"Sejak diliburkan lima hari saya dirumah aja. Dan hanya bapak,e (Suami Rondiah - red) yang bekerja, itupun kerja serabutan. Alhamdulillah dihari pertama ini Pasar Pagi dibuka saya bisa mencari rezeki kembali, meski pembeli sepi tidak seperti sebelumnya,"ungkapnya saat ditemui harian7.com, Jumat (29/5/2020) di lapak jualannya.


Rondiah menuturkan, semenjak wabah Covid-19 ini, dagangannya sepi pembeli. Ia pun mengungkapkan suka dukanya."Sebelum wabah Covid-19, biasanya menjelang ramadhan  ramai pembeli. Tapi sekarang sepi,"tutur pedagang sayur ini sembari melayani pembeli.

Asih pedagang daging ayam potong.(Foto: M.Nur/harian7.com)

Ungkapan senada juga disampaikan Asih (45) seorang penjual daging ayam potong warga Kecamatan Sidorejo. Semenjak adanya pandemo Covid-19 ini dia mengaku sangat sepi. Selain itu dirinya merasa was-was dan takut terpapar Covid - 19.


"Saat berjualan rasanya takut dan tidak nyaman. Dan selalu hati-hati agar tidak terpapar Covid-19,"ucapnya kepada harian7.com.

Ketika ditanya harian7.com, apakah selama pandemi Covid-19 ini pasokan ayam tersendat dan mengalami perubahan harga, Asih mengungkapkan,"Untuk pasokan daging ayam berkurang dan omset menurun sekali mas,"terangnya.


Selain mengalami penurunan pasokan daging ayam potong  juga ada kenaikan harga."Harga sekarang mahal, dan saya menjual kembali antara Rp 36 - 37 ribu,"ungkapnya.


Ditambahkanya, selama lima hari aktifitas Pasar Pagi diliburkan dirinya hanya dirumah saja. Dan yang lebih menyedihkan, selama libur berjualan kususnya dihari lebaran ia mengaku sangat sedih karena tak ada kunjungan dari kerabatnya lantaran suasana Covid-19.


"Saya sedih banget mas. Biasanya saat hari raya keluarga kumpul, adik kumpul, namun ini tidak. Saya keloro-loro dan sesak rasanya hingga nangis,"ungkap Asih.


Dengan adanya kondisi saat ini, Asih hanya bisa berharap keadaan bisa kembali pulih seperti sediakala.


Kesedihan itu juga dirasakan oleh ibu Nawang penjual bumbu dapur warga Karangduwet. Ia menyampaikan selain jualanya sepi juga lapaknya sering dipindah-pindah."Tempat jualan saya selalu dipindah-pindah. Dan selama diliburkan lima hari ini saya berpindah jualan di Pasar Sapi. Tapi ya tahu sendiri mas, disana sepi,"katanya.


Saat ditanya harian7.com, apakah selama pandemi Covid-19 ini ada bantuan pemerintah, Nawang mengungkapkan, untuk bantuan satu kali berupa sembako.

"Bantuan itu juga tidak merata kok mas, tidak semuanya dapat. Bagi yang belum dapat ditunggu tunggu kok belum dapat.  Atau mungkin memang belum dapat,"terangnya.


"Saya hanya bisa berharap kondisi bisa pulih seperti semula,"pungkasnya.(*)

Iklan