Pernyataan ini disampaikan dalam Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) tentang Strategi Peningkatan Produksi Daging Ruminansia dalam rangka Menuju Swasembada Daging Nasional: Seri I, yang digelar secara daring pada Kamis (25/04/2024).
Bhakti mencatat bahwa pada 1970-an, Indonesia adalah eksportir daging sapi namun kini tingkat ketergantungan pada impor daging sapi sangat tinggi. Menurut data BPS tahun 2022, impor daging sapi mencapai 225 ribu ton dengan nilai mencapai 861,5 juta Dolar Amerika Serikat, dengan mayoritas impor berasal dari Australia dan India.
Bhakti menyoroti tingginya harga daging sapi di dalam negeri yang berhubungan dengan ketergantungan pada impor. Dia mendorong peningkatan produksi daging nasional untuk mengatasi masalah ini. Diskusi tersebut diharapkan dapat menghasilkan solusi konstruktif untuk mencapai swasembada daging nasional.
Diskusi tersebut dihadiri oleh berbagai kementerian/lembaga terkait, dengan narasumber seperti Asisten Deputi Bidang Pengembangan Agribisnis Peternakan dan Perikanan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, serta perwakilan dari Kementerian Pertanian dan Badan Pangan Nasional. Tantangan seperti outbreak virus penyakit mulut dan kuku (PMK) juga menjadi fokus dalam upaya mencapai swasembada daging nasional.(Yuan)
