Iklan

Iklan

,

Iklan

Kerajinan Batu Lereng Merapi Menarik Perhatian di Inacraft 2024

Redaksi
Kamis, 29 Februari 2024, 03:16 WIB Last Updated 2024-02-28T20:16:40Z


JAKARTA | HARIAN7.COM - Sebuah cerita menarik datang dari perajin lereng Merapi di Kabupaten Magelang, di mana sekeping batu seringkali dianggap remeh, namun dalam tangan mereka, batu-batuan tersebut diubah menjadi kerajinan yang menakjubkan.


Pada ajang International Handicraft Trade Fair (Inacraft) 2024, kerajinan dari batu tersebut berhasil menarik minat tiga juri sekaligus dalam ajang penghargaan Inacraft Award. 


Acara pameran ini berlangsung di Balai Sidang Jakarta Convention Center (JCC) dari tanggal 28 Februari hingga 3 Maret 2024 dan dihadiri oleh sekitar 1.500 Usaha Kecil Menengah (UKM) dari seluruh Indonesia.


Jawa Tengah, termasuk Kabupaten Magelang, juga turut serta dalam pameran ini. Dekranasda Jawa Tengah memamerkan karya dari 65 UKM yang berasal dari 13 kabupaten/kota dan dua Organisasi Perangkat Daerah (OPD), yaitu Dinas Koperasi dan UKM serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah.


Selain menjadi ajang pameran, Inacraft 2024 juga memberikan penghargaan kepada perajin yang menciptakan karya seni unik yang tetap memiliki nilai fungsional. 


Salah satu perajin yang menarik perhatian adalah dari Kabupaten Magelang, yang membuat kerajinan batu seperti cobek dan saringan kopi dari batuan Gunung Merapi.


Menurut Francis Surjaseputra, salah satu juri Inacraft Award 2024, kerajinan dari Kabupaten Magelang memiliki kelebihan dalam kemasan yang berbeda dengan ukiran kontemporer namun tetap fungsional. 


Kriteria penjurian didasarkan pada keindahan, kelokalan, pemasaran, dan kualitas, sesuai dengan pedoman dari World Craft Council yang berafiliasi dengan UNESCO.


Salah satu perajin, Purwono dari Qroon Art Magelang, mengungkapkan kejutan bahwa produknya masuk nominasi, termasuk saringan kopi bernama "Pour Over Stone of Temple". 


Produk ini memiliki rongga dan dapat digunakan untuk menyaring kopi, menggunakan batuan yang biasanya dianggap limbah.


Purwono menambahkan bahwa kerajinannya diminati oleh pelanggan dan telah tersebar di berbagai kota seperti Surabaya, Solo, Semarang, dan Bandung. 


Namun, ia sering kali harus menolak pesanan karena keterbatasan perajin yang memiliki keterampilan seperti itu.


Dengan harapan agar kerajinannya dapat memenangkan penghargaan, Purwono berharap bahwa karyanya akan lebih diakui dan diminati di pasaran.(Zil)

Iklan