Iklan

Iklan

,

Iklan

Kisah Sunardi Warga Muncar, Hampir 35 Tahun Tekuni Kerajinan Kuda Lumping

Redaksi
Selasa, 28 Maret 2023, 21:26 WIB Last Updated 2023-03-28T14:26:52Z


Laporan: Muhamad Nuraeni


UNGARAN | HARIAN7.COM - Tak banyak perajin yang konsisten membuat jaran kepang. Sunardi salah satunya. Warga Dusun Dukuhsari, Desa Muncar, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang sudah puluhan tahun menekuni kerajinan ini.


Sunardi tak patah semangat kerajinan ini meski tengah kemajuan teknologi dan informasi. Hal itu semata untuk menjaga kelestariannya agar tetap eksis di era derasnya teknologi saat ini.


Selain menjadi perajin, Sunardi juga tergabung kelompok kesenian reog Langen Turonggo Kartiko Sari.


Pria yang juga Pembina Kelompok Reog Turonggo Kartiko Sari ini mengaku bahwa dirinya telah memproduksi kuda lumping secara mandiri sejak tahun 1990-an. Berawal dari niat menghidupkan kembali kesenian reog di dusunnya yang sempat vakum.


“Pada waktu itu saya jadi pamong di sini, sudah ada kesenian kuda lumping. Tapi sudah macet berpuluh-puluh tahun. Saya hidupkan kembali, saya tidak tahu prosesnya membuat kuda lumping. Tapi orang-orang tua itu mengajari cara membuatnya,” ungkap Sunardi  kepada wartawan belum lama ini.


Setelah mendapatkan dukungan dari para orang tua, akhirnya Sunardi berhasil menghidupkan kembali grup Reog yang sempat vakum di dusun Dukuhsari tersebut.


Diakuinya awalnya membuat kerajinan kuda lumping hanya untuk keperluan kelompoknya. Namun berkembangnya waktu, kelompok lain akhirnya tahu dan memesan ke tempat Sunardi.


“Sebagian pada waktu itu dipakai oleh generasi muda anak-anak Dukuhsari. Setelah anak-anak sudah clear itu ada orang pesen kepada saya, ya dijual,” terang Sunardi.


Berawal dari situ, saat ini Dusun tersebut juga dikenal sebagai sentra pembuat kerajinan kuda lumping. Produksinya juga sudah dipasarkan di wilayah sekitar Kecamatan Susukan sampai Kabupaten Boyolali.


“Kalau satu bulan kalau bikin terus 10 buah kuda lumping,” akunya.


Bahan baku yang digunakan untuk membuat kuda lumping sendiri adalah bambu, tali plastik, cat, dan rambut kuda. Dikatakan Sunardi, untuk rambut kuda sendiri mengikuti permintaan pemesan.


“Rambut kuda itu selera. Ada yang minta rambut kuda asli, ada juga yang mintanya rambut sapi. Ada juga yang minta sintesis,” terang Sunardi.


Diakui Sunardi, kuda lumping buatannya dijual mulai harga Rp200.000 untuk bahan yang masih mentah. Hanya berupa anyaman bambu berbentuk kuda lumping. Sedangkan yang sudah jadi lengkap dengan aksesori, pengecatan, dan siap untuk pentas dibanderol Rp 750 ribu.


Saat ini, Sunardi sudah mulai menularkan keahliannya membuat kuda lumping kepada generasi muda. Tujuannya agar Dusun Dukuhsari tetap terjaga dan lestari kesenian kuda lumping dan reognya.


“Ya kalau di rumah sini anak-anak muda banyak yang belajar membuat kuda lumping. Selain juga sebagai pemain kuda lumping,” tandas Sunardi.(*)

Iklan