Iklan

Iklan

,

Iklan

Dijanjikan Diterima Kerja di RSUD Salatiga, Uang Rp 50 Juta Melayang

Redaksi
Jumat, 22 April 2016, 15:40 WIB Last Updated 2016-04-22T08:40:07Z
ilustrasi
SALATIGA, harian7.comMenjanjikan seseorang untuk bisa bekerja di RSUD Salatiga dengan harus memberikan setoran sejumlah sebagai 'pelicin' percepatan diterima, ternyata masih saja terjadi di Kota Salatiga. Dua orang warga Salatiga, yang benar-benar ingin menjadi pegawai RSUD Salatiga, akhirnya hanya 'gigit jari' setelah masing-masing setor Rp 25 juta sebagai uang muka kepada seseorang. Hingga kini sudah tujuh bulan lamanya tidak ada kabar berita kepastiannya.
Hasil penelusuran harian7.com, dua orang “korban” masing-masing Do dan Di, keduanya warga wilayah Kecamatan Sidorejo, Salatiga. Dua orang ini dijanjikan dapat diterima bekerja di RSUD Salatiga. Namun, ada syaratnya harus menyetorkan sejumlah uang hingga puluhan juta rupiah. Kedua 'korban' telah menyetor masing-masing Rp 25 juta dan uang itu diserahkan kepada LR yang diketahui berprofesi sebagai Bidan, warga Kabupaten Semarang.
LR, saat menerima setoran uang Rp 50 juta itu di depan RSUD Salatiga dan penyerahan uang tersebut ada tanda bukti kwitansinya. Dalam kwitansi itu, masing-masing Rp 25 juta untuk “Biaya Bimbingan Teknis, atas nama Do dan Di. Uang diserahkan pada 6 Oktober 2015 dan diterima LR, dan ditandatangani diatas meterai Rp 6000.
“Dalam kwitansi itu atas nama saya mas, karena saya sebagai ibunya. Uang itu katanya sebagai uang muka. Baik Do dan Di, ditarik biaya berbeda dan hingga Rp 65 juta – Rp 80 juta. Setelah uang kami serahkan, hingga sekarang ini tidak ada kabar berita kejelasannya. Kami pun bingung, bahkan berkali-kali telah menghubungi maupun menemui LR dan jawabnya bahwa uang tersebut telah diserahkan seseorang lagi,” terang salah satu orangtua dari dua korban tersebut kepada harian7.com, kemarin.
Ditambahkan, bahwa awal mula informasi ada lowongan pekerja di salah satu instansi di Kota Salatiga itu, diketahui dari DD. Dari informasi tersebut, kedua korban merasa berminat untuk mendaftarkan. Ternyata, justru dimintai uang sebagai 'pelicin' agar cepat diterima. Namun, itu semua hanya akal-akalan dari DD maupun LR.
Yang juga sangat aneh adalah kedua korban saat ingin meminta uang kembali justru malah mendapat tekanan untuk membuat pengunduran diri dari lamaran di salah satu instansi itu. Surat pernyataan pengunduran diri itu, ditulis tangan dihadapan DD, yang juga pegawai di instansi tersebut. Namun, jika surat itu benar-benar diberikan kepada pimpinan instansi itu, akan sangat janggal dan ada kesalahan besar dalam surat itu.
Sementara, LR ketika dihubungi harian7.com melalui telepon selulernya, terdengar nada sambung namun tidak mau menerima. Bahkan, saat di sms ke nomor Hpnya, juga tidak dibalas. (tim harian7.com)

Iklan