UNGARAN – Harian7.com, Jika tetap dibiarkan dan tidak ada
sentuhan pengelolaan secara maksimal dan profesional, maka cepat atau lambat
membuat danau Rawa Pening semakin kritis. Hingga kini, hampir separuh danau
atau rawa, sudah dipenuhi dengan tumbuhan enceng gondok. Selain enceng gondok,
ada tumbuhan liar yang juga tumbuh subur di danau tersebut. Pembersihan akan
enceng gondok, dari tahun ke tahun hanya
sebuah wacana dan sekarang ini dinilainya sudah sulit dibersihkan.
Dengan kondisi tersebut, permasalahan lain muncul diantaranya jumlah
nelayan, petani ikan maupun jasa penyewaan perahu mulaii menurun. Ini nampak
dari banyaknya pengusaha penyewaan perahu yang mengalami gulung tikar. Bukan
itu saja, saat enceng gondok belum memenuhi danau, rata-rata setiap rumah memiliki
3 sampai 4 karamba, namun sekkarang ini satu RT yang punya karamba hanya 3
sampai 4 orang. Permasalahan ini akhirnya mendera desa di sekitar Rawa Pening
karena banyaknya pengangguran.
Yoyok (27) warga Sumurup, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang yang
kesehariannya membuak usaha warung makan maupun penjual lumut menyatakan, bahwa
pertumbuhan enceng gondok di area Rawa Pening itu sudah sangat memprihatinkan. Tidak
jarang, para petani, nelayan maupun penambang kompos terjebak di enceng gondok.
“Niatnya untuk membuka jalan mencari kompos, namun justru terperangkap di tengah
enceng gondok. Jika hanya tumbuhan enceng gondok saja tidak akan kesulitan
namun kkini ada tumbuhan liar yang lainnya ikut tumbuh subur. Tumbuhan lain itu
muncul seiring dengan matinya enceng gondok yang kebanyakan diambil untuk
dibuat pupuk,” kata Yoyok, Kamis (26/2).
Hal senada dikatakan Narto (52) warga yang lain. Melihat enceng gondok yang
sekarang ini mulai menutupi area rawa, harusnya Pemkab Semarang maupun Pemprov
Jateng lebih tanggap terhadap kelangsungan dan kelestarian Rawa Pening. Selain
itu, harus lebih serius dalam membersihkan enceng gondok. Bukan hanya, berencana ini itu maupun wacana program ini itu saja.
Banyak diketahui warga, pembersihan yang melibatkan kontraktor diduga banyak
terjadi kecurangan. Pasalnya, telag direncanakan melakukan pembersihan seluas 15
hektar, namun akhirnya hanya digarap 6 sampai 7 hektar.
“Meski enceng gondok tidak semuanya dibasmi, karena para perajin dan ikan
juga butuh tumbuhan enceng gondok ini. Namun, jika memang pemerintah serius
akan membersihkan enceng gondok, paling tidak dapat dimulai dari sekarang.
Semakin ditunda, akan semakin memenuhi area danau atau rawa. Untuk itu,
pemerintah harus menata dari awal rencana maupun manajemennya,” ujar Narto
Camat Tuntang Gunadi melalui Sekcam Suwardi menyatakan, bahwa untuk
meminimalisir tumbuhan enceng gondok yang terus saja atau semakin merebak
menutupi dana atau rawa, salah satu langkah yang harus dilakukan dapat melalui padat
karya. Dalam padat karya ini dapat melibatkan Kecamatan Ambarawa, Banyubiru,
Bawen dan Tuntang.
Keempat kecamatan tersebut dapat bersinergi dalam penanganan enceng gondok,
pihaknya menilai masalah ini dapat terpecahkan. Sebagai contoh nyata
diantaranya, para perajin di empat kecamatan tersebut digalakkan, mendapatkan
pembinaan serta pemasarannya maka akan dapat mengambil eceng gondok yang
semakin meningkat. Juga dapat mengatasi masalah pengangguran khususnya di empat
kecamatan itu.
“Sejak beberapa bulan ini, pertumbuhan enceng gondok di Rawa Pening ini
sudah sangat mengkhawatirkan. Hingga membuat ppara nelayan maupun pengusaha
karamba yang mulai kehilangan pekerjaannya. Kami menilai, permasalahan enceng
gondok ini bukan hanya masalah yang harus diselesaikan oleh Pemkab Semarang
maupun Pemprov Jateng. Namun, pemerintah pusat harus segera turun tangan
menyelamatkan Rawa Pening,” tandas Suwardi. (SAN)
Editor : Harvi Chandra
Laporan : Heru Santoso