Iklan

Iklan

,

Iklan

PIKK Lopait Semakin Memprihatinkan

Redaksi
Selasa, 27 Januari 2015, 02:44 WIB Last Updated 2015-01-26T19:44:39Z
UNGARAN - Harian7.com, Pusat Industri Kecil dan Kerajinan (PIKK) Jateng yang berada di Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang sejak beberapa tahun ini kondisinya semakin memprihatinkan. Bahkan, telah lama pula dijauhi pengunjung maupun pedagang. Sebagian besar kios mulai tutup dan ditinggalkan oleh penyewa atau pedagangnya. Hingga kini hanya tersisa lima pedagang yang masih betah bertahan di PIKK itu. Sejumlah kios yang masih membuka usahanya di komplek PIKK diantaranya pedagang pigura, batik, galery lukisan, biro travel maupun salon. 
          Pantauan harian7.com di PIKK Lopait, bahwa para pedagang masih membuka usahanya ini sebenarnya juga mengeluhkan sepinya PIKK. Bahkan, sepertinya dinas terkait yang mengurusi PIKK ini tidak tanggap akan kondisi nyata sekarang ini. Sejak diresmikan penggunaannya beberapa tahun lalu, PIKK ini ramai dan dikunjungi pengunjung hanya sekitar setahun saja. Setelah itu, mulai sepi pengunjung hingga sekarang ini semakin memprihatinkan.
          Salah seorang pedagang, Bowo (55) warga Salatiga mengatakan, bahwa semenjak PIKK sepi, rata-rata pedagang enggan untuk membayar sewa tiap bulannya. Meski sewa tiap bulan hanya Rp 135.000, namun jika kondisinya sepi terus dan tidak ada pemasukan, untuk bayar sewa uang darimana. Sebelum hanya tinggal lima pedagang, masih ada 15 pedagang. Namun, kini hanya tinggal 5 pedagang dan yang 10 pedagang sudah pergi karena jelas merugi besar.
          “Terus terang, jika pedagang terlambayar sewa saja langsung mendapat teguran maupun doiberikan surat tagihan. Dari sini, baru pedagang membayarnya. Jika memang, PIKK kondisinya ramai, maka para pedagang tidak susah untuk membayar sewanya. Kondisi sepi ini sudah sejak beberapa tahun lalu,” kata Bowo ketika ditemui Rakyat Jateng, Senin (26/1).
          Bowo menambahkan, harusnya Dinas Perindustrian Provinsi Jateng secepatnya menyikapinya, agar bagaimana kembali meramaikan PIKK Lopait Tuntang ini. Meski gedung dipermak terus, namun tidak ada pedagang yang mau, sama saja dengan sia-sia. Selain itu, harusnya di PIKK ini ada produk yang ditonjolkan, sehingga para pengunjung akan mudah tertarik sehingga berkunjung ke PIKK.
          Disamping itu, ada hal yang kurang mendukung pada gedung PIKK, diantaranya gedung pertemuan. Adanya gedung pertemuan bercampur dengan kios pedagang, ini sangat bertolak belakang dengan misi pendirian PIKK itu sendiri. Jika menengok ke belakang, bahwa PIKK ini merupakan “pasar kerajinan”, harusnya ada yang ditonjolkan.
          “Yang jelas, jika PIKK ini akan 'dihidupkan' kembali, harusnya Dinas Perindustrian Jateng segera merubah tatanan atau rencananya. Paling tidak bagaiman PIKK ramai itu dulu, jika perlu pedagang dihadirkan sehingga orang atau pengunjung akan datang dengan sendirinya. Bisa saja, tiap seminggu sekali digelar kegiatan yang mendatangkan massa, maka akan ramai dengan sendirinya. Tidak seperti sekarang ini, sepi dan sepi,” terang Bowo lebih lanjut.
          Hal senada diungkapkan Maryadi (52) salah seorang warga Lopait Tuntang. Bahwa, harusnya setelah bertahun-tahun kondisinya sepi, pihak terkait yaitu Pemprov Jateng melalui Dinas Perindustrian segera turun tangan. Namun, hal itu nampaknya tidak dilakukan karena sampai sekarang bukannya sepi tetapi semakin memprihatinkan. Padahal lokasinya sangat strategis di jalan raya antara Bawen – Salatiga.
          “Kalau menurut saya, lebih baik pengelolaan PIKK ini dipihak-ketigakan. Sehingga, Dinas Perindustrian hanya menerima matangnya saja, sia-sia gedung yang dibangun dengan dana miliaran rupiah akhirnya tidak mendatangkan pemasukan yang optimal. Atau dirubah bukan lagi Pasar Kerajinan tetapi dibuat umum. Mungkin saja, akan menjadi ramai,” ujar Maryadi. (SAN)

Editor     : M.Nur
Laporan : Heru Santoso

Iklan