Iklan

Iklan

,

Iklan

Masyarakat Jangan Gengsi Makan Ubi Rebus, Itu Kata Walikota Salatiga

Redaksi
Kamis, 30 Oktober 2014, 17:14 WIB Last Updated 2014-10-30T10:14:07Z
SALATIGA - Harian7.com, Serikat Paguyuban Petani Qoryah Thoyyibah (SPPQT) Salatiga meminta kepada para ibu untuk memasak kembali hasil lokal demi terwujudnya ketahanan pangan. Demikian salah satu hal yang ditekankan dalam Seminar Kedaulatan Pangan dan Festival Pangan Lokal di Sekretariat SPPQT Jalan Ja'far Shodiq No.30,  Tingkir, Salatiga, Kamis (30/10).

Tidak kurang 300 peserta yang hadir dari kelompok tani, NGO, pemerintah maupun para pegiat tani di Jawa Tengah ini mengikuti seminar yang dibuka langsung Walikota Salatiga Yuliyanto SE MM. Tema yang diangkat "Ra Tuku Ra Utang Gawe Dewe," (tidak beli tidak hutang Buat sendiri).

Ketua Panitia, Nurul Munawaroh menyatakan, bahwa latar belakang seminar ini salah satunya dengan masih banyaknya petani yang menanam namun setelah berhasil memanen hasil tidak lagi untuk konsumsi. Namun, justru untuk dijual dibelikan makanan pabrik.

"Para petani sayur kita menanam bayam, adas, wortel dan sebagainya namun mereka jarang mengkonsumsinya. Justru yang mereka makan atau konsumsi adalah mie instant. Alasannya, makan sayur telah bosan dan tidak memiliki nilai gengsi,” terang Nurul.

Sementara, Walikota Salatiga Yuliyanto SE MM mengatakan, bahwa seminar ini mengandung makna yang dalam sehingga harapannya para peserta dapat menyimak paparan pemateri hingga usai serta mengamalkannya di rumah serta menularkan ilmunya kepada para tetangga.

"Saya suka ubi, ketela juga kacang rebus. Semua makanan tradisional hampir saya mengetahui dan suka. Saya kira itu baik bagi kesehatan karena tidak mengandung kolesterol jahat, oleh karena itu bapak dan ibu semua jangan gengsi makan ubi rebus," tandas Yuliyanto.

Usai seminar, para peserta maupun nara sumber telah disediakan dan disuguhkan makanan tradisional seperti nasi jagung, karamel ubi, pizza labu, stik brokoli, kripik daun labu, galantin jamur dan sebagainya. Ada juga minuman sirup wortel, beras kencur dan jamu gebyuran. (SAN)

Editor     : M.Nur
Laporan : Heru Santoso

Iklan