SALATIGA
– Harian7.com, Didiskualifikasinya PSIS
Semarang dalam mengikuti kompetisi Divisi Utama tahun 2014 ini,
membuat para penggemar maupun suporter merasa kecewa dan jengkel.
Pasalnya, kesebelasan kebanggaan Jawa Tengah umumnya dan Semarang dan
sekitarnya khususnya, ternyata personilnya tidak dapat membawa nama
yang baik di kancah persepakbolaan Indonesia umumnya.
Ferry
Prasetyo SE MM (49) warga Argomulyo, Salatiga yang selama ini
penggemar setia PSIS Semarang mengaku kecewa setelah mengetahui
kesebelasan asli Semarang itu didiskualifikasi oleh PSSI. Pasalnya,
harusnya saat bertanding melawan PSS Sleman, tidak berlaku atau
berulah “menjijikkan” seperti itu. Sangat tidak masuk akal,
pemain melakukan gol bunuh diri yang benar-benar disengaja. Dengan
kasus tersebut, harusnya selain mendapat sanksi tegas dari Komdis
PSSI, Walikota Semarang harus bersikap tegas.
“Terus
terang, kami sebagai pecinta dan pendukung setia PSIS sangat kecewa.
Kesebelasan yang selama ini mendapat dukungan penuh dari suporter
Panser Biru maupun Snex ternyata, seluruh punggawa PSIS tidak
memiliki mental bertanding yang ksatria. Percuma saja mereka semua
dikontrak atau dibayar mahal, akhirnya hanya membuat noda yang
mengecewakan masyarakat Semarang khususnya dan Jawa Tengah umumnya.
Walikota Semarang harusnya berani bersikap tegas, jika perlu bubarkan
sekalian PSIS, sekali percuma dan selama ini hanyalah sia-sia,”
tandas Ferry, yang juga Dosen perguruan tinggi swasta ternama di
Semarang, yang kini bermukim di Salatiga kepada harian7.com,
Rabu (29/10).
Hal
senada diungkapkan Muh Solikin (43), warga Pabelan, Kabupaten
Semarang. Bahwa, apa yang dilakukan PSIS saat bertanding dengan PSS
Sleman ini, jelas-jelas menodai dan menciderai sepakbola di
Indonesia. Harusnya, mereka semua baik pemain hingga oficial ataupun
pelatih, mereka sadar diri jika mereka itu juga dibayar. Mengapa,
mereka nekat melakukan permainan yang diluar dugaan dan membuat marah
masyarakat khususnya yang pecinta sepakbola.
“Kalau
kami, jangan hanya menyalahkan pemain yang melakukan gol bunuh diri.
Namun, semuanya adalah salah dan jika perlu tidak usah dipakai
kembali jika PSIS masih akan ada di 'bumi Jateng' ini. Atau, bubarkan
saja PSIS dan mencari nama lain dengan materi pemain yang benar-benar
baru dan profesional. Begitu juga pelatihnya dicarikan yang
benar-benar profesional dan mengerti aturan serta mereka siap
didukung oleh suporter mania Panser Biru maupun Snex dan lainnya,”
kata Solikin, yang mengaku melihat langsung saat PSS melawan PSIS
bertanding di Sleman itu. (SAN)
Editor : M.Nur
Laporan : Heru Santoso