SALATIGA
–
Harian7.com, Muhammad Hanif Dhakiri yang merupakan putra asli Salatiga kini
menduduki jabatan Menteri Ketenagakerjaan dalam “Kabinet Kerja”
Jokowi – Jusuf Kalla. Penetapan alumni IAIN Salatiga ini telah
dilakukan Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Minggu (26/10)
kemarin. Kemunculan nama ini, membuat warga yang berdomisili di
sekitar rumah orang tua Hanif Dhakiri di Blotongan, Kecamatan
Sidorejo, Kota Salatiga sontak membuat gembira bercampur haru.
Pasalnya, seolah mereka semua tidak percaya jika suami dari Marifah
dan bapak dari tiga orang anak ini didaulat menjadi Menteri
Ketenagakerjaan 'Kabinet Kerja'.
Lelaki
yang dilahirkan di Kabupaten Semarang, 6 Juni 1972 ini merupakan anak
dari pasangan suami istri yang hidupnya sederhana namun supel di
tengah kehidupan masyarakat. Ayah kandungnya yang seorang pensiunan
PNS ini, tidak percaya jika anak lelakinya kini menjadi Menteri
Ketenagakerjaan. Alumni IAIN Salatiga yang juga mantan aktifis PMII
Cabang Salatiga maupun Jawa Tengah ini, juga sebagai anggota DPR RI
periode 2009-2014 dan 2014-2019 dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Meski
putra asli Salatiga, namun pencalonannya di DPR RI mewakili daerah
pemilihan Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan dan
Kabupaten Pemalang. Di DPR RI, Hanif masuk di Komisi X DPR RI bidang
Pendidikan, Olahraga, Pariwisata, Kesenian serta Kebudayaan.
Dikemahasiswaan,
Hanif merupakan aktivis organisasi Nahdlatul Ulama (NU), Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat IAIN Salatiga
(1991-1992), Ketua PC PMII Salatiga (1994-1995), Anggota Pleno
Koordinator Cabang PMII Jawa Tengah (1995-1996) dan Ketua Lembaga
Studi dan Advokasi Buruh (LSAB) Pengurus Besar (PB) PMII (1997-2000).
Mantan
calon Ketua Umum PB PMII di Medan ini juga aktif di Dewan Koordinasi
Nasional Gerakan Pemuda Partai Kebangkitan Bangsa (DKN Garda Bangsa)
periode 2006-2011 sebagai Wakil Ketua Umum. Bergerbung ke PKB tahun
1998 dan merupakan anggota perumus dasar-dasar kepartaian PKB, juga
penulis AD/ART PKB, naskah deklarasi, platform politik PKB yang
dinamainya Garis-garis Besar Perjuangan Partai (GBPP).
Bahkan,
logo PKB pun, Hanif juga ikut mendesainnya, yang didalamnya diilhami
warna PMII dan gambar dasar khas NU, yakni bola dunia dan bintang
sembilan. Alumni S-2 Universitas Indonesia (UI) ini ternyata juga
tekun dalam melakukan penulisan buku-buku. Diantaranya, Menggagas
Fiqih Perburuhan (1999), Paulo Freire, Islam dan Pembebasan (2000),
Post-tradisionalisme Islam (2000), Politik Melayani Basis (2001),
Menjadi Politisi Manajer (2001), Kiai Kampung dan Demokrasi Lokal
(2007), Mengapa Memilih PKB? (2008).
Riwayat
pendidikan Hanif Dhakiri, Madrasah Tsanawiyah Negeri (Mts) Salatiga
1988, Madrasah Aliyah Al Muayyad Solo 1991, Akademi Politik
Kebangsaan (Akpolbang) DPP PKB 2006, IAIN Walisongo di Salatiga 1996,
S2 di UI Jakarta. Untuk organisasi, Hanif kenyang menjadi aktifis
mahasiswa di salatiga maupun Jawa Tengah dan tingkat nasional.
Mantan
pemimpin redaksi majalah Mahasiswa Dinamika IAIN Walisongo Salatiga
1994, ini juga merupakan Ketua PMII Salatiga 1995-1996, Koordinator
Pleno PMMI Jateng 1995-1996, Pendiri Dewan Daerah WALI Jateng 1997,
Ketua Lembaga Studi Advokasi Buruh PB PMII 1997-2000, Wakil Sekjend
DPP PKB 2005-1010 serta Wakil Ketua Umum DKN Garda Bangsa 2006-2011
serta Staf Khusus Menteri Tenaga Kerja.
Beberapa
warga Blotongan daerah tempat tinggal orangtua hanif Dhakiri mengaku
bangga memiliki tetangga yang selama ini boleh dikatakan pendiam,
ternyata dapat meraih sukses menjadi menteri. Hal ini semoga memicu
warga yang lain khususnya generasi muda untuk lebih giat dan tekun
dalam belajar dan berorganisasi maupun berpolitik.
“Kami
terus terang bangga, setelah mendengarkan pengumuman Presiden RI,
Jokowi yang menyebutkan Muhamad Hanif Dhakiri akhirnya menjadi
Menteri Ketenagakerjaan 'Kabinet Kerja'. Semoga, apa yang diraihnya
itu benar-benar akan dijalankan sesuai dengan jalan kebenaran dan
jangan sampai mencoreng nama besar PKB. Bagi generasi muda khususnya
di Blotongan ini, kiranya nama hanif Dhakiri dapat memicu untuk giat
belajar, aktif organisasi dan politik dengan melalui jalan yang
benar,” tandas Haryadi (55) salah seorang tokoh masyarakat
Blotongan, Senin (27/10) siang.
Hal
senada dingkapkan beberapa mahasiswa STAIN Salatiga, dikatakan bahwa
kini salah satu alumninya berhasil menjadi Menteri Ketenagakerjaan.
Harapannya, masalah tenaga kerja benar-benar dapat diperhatikan dan
Hanif benar-benar mengerti permasalahan yang terjadi sebenarnya pada
tenaga kerja secara menyeluruh.
“Sebagai
mahasiswa STAIN Salatiga, kami merasa bangga dan senang ada alumni
yang kini jadi menteri. Semoga saja, setelah menjabat menteri, Pak
Hanif tidak lupa dengan perjuangannya selama ini bahkan siap
membesarkan partai maupun mengharumkan nama almamaternya maupun Kota
Salatiga. Selamat bekerja Pak Hanif, kapan datang di almamatermu
STAIN Salatiga?,” tandas Nur Laylaa (25) dan Siti Nurba'ati (28)
keduanya mahasiswa STAIN Salatiga, Senin (27/10). (SAN/Harian7.com)
Editor : M.Nur
Laporan : Heru Santoso