UNGARAN-Harian7.com,Pekerja pencabutan pohon kamboja di makam umum terpaksa harus di hentikan,pasalnya
warga Lingkungan Dliwang dan
Sembungan, Kelurahan Ungaran, Kecamatan Ungaran Barat, Sabtu (26/4) pagi ramai ramai mendatangi makam di wilayah kampung tersebut.warga
marah karena makam leluhurnya rusak akibat proses pencabutan pohon kamboja,wargapun
nyaris membakar truk yang digunakan untuk mengangkut pohon kamboja.
Amarah wargapun semakin memanas,beruntung
kemarahan warga dapat diredam setelah Babin kamtibmas Polsekta
Ungaran dan aparat Kelurahan Ungaran serta anggota DPRD Kabupaten Semarang,
Mas'ud Ridwan datang ke lokasi sehingga tidak terjadi keributan,untuk
meredam situasi pekerja serta kedua truk pengangkut pun di suruh pulang,namun
warga juga meminta 5 pohon yang sudah selesai di cabut untuk ditinggal.untuk
menyelesaikan permasalahan agar tidak panjang pihak perwakilan warga dan
pembeli, Hartoyo, 55, warga
Desa Klero, Tengaran di pertemukan di kantor kelurahan Ungaran
Barat guna untuk musyawarah.
Sementara itu salah seorang warga
Sembungan Maman (50),merasa jengkel,pasalnya makam leluhurnya rusak dan di acak
acak,selain itu Maman juga jengkel mengenai poses jual beli pohon yang berada
di pekarangan makam tanpa terlebih dahulu musyawarah terhadap warga,menurut
maman pohon yang berada di pekarangan makam tidak usah dijual saja.
"Lihat
saja,akibat proses pencabutan
beberapa pohon beberapa makam leluhur pada rusak,selain ada salah satu makam
leluhur saya malah hilang karena batu nisan sebagai penanda hilang tidak jelas dimana,bagi masyarakat ini sudah sangat
melukai hati,pembelipun kami minta tanggung jawab untuk memperbaiki dan meminta
maaf,” jelas Maman
Kepada
warga Hartoyo selaku pembeli pohon
mengatakan, dirinya sudah membeli pohon dari Ketua RW 3, Agung Wibowo dan sudah membayar masing
masing pohon seharga Rp 300 ribu."saya itu sudah membeli pohon dan sudah
saya bayar melalui Ketua RW 3, masing masing pohon saya beli Rp 300 ribu. Setelah
itu akan dijual lagi di kota-kota lain dengan harga yang lumayan tinggi,satu
pohonya bisa sampai harga Rp 9 juta an,"
ungkap Hartoyo.
Ketua Rw 3 Agung Wibowo terkait jual beli pohon di makam,mengakui bahwa dirinya menjual dan memberikan izin kepada Hartoyo untuk mencabut pohon yang berada di pekarangan makam karena
pihaknya membutuh biaya untuk perawatan makam makadi makam tersebut asal mengisi kas pengelolaan
makam.
" Sebenarnya mengenai penjualan beberapa pohon yang berada di
pekerangan makam saya sudah melakukan musyawarah ke pada sebagian warga saja
terutama ahli warisnya,memang saya tidak melakukan musyawarah kepada semua warga,mengenai
hasil penjualan pohon tersebut rencananya sebagai biaya membuat tempat untuk
nyadran,dan yang sudah saya jual ada lima pohon dengan harga keseluruhan Rp 1,5
juta,”jelasnya.
Kini lima pohon kamboja dan pakis di sita warga,pembeli belum boleh untuk
membawa 5 pohon sebelum bertanggung jawab atas rusaknya makam dan semuanya di
beresi.(lanny)
Editor
: Muza