Iklan

Iklan

,

Iklan

 


 


 


Lokakarya Cerita Tutur, Didik Nini Thowok Mengharapkan Tradisi Lisan Di Temanggung Lebih Terarsipkan

Biro Kedu: Ady Prasetyo
Selasa, 19 September 2023, 2:44:00 AM WIB Last Updated 2023-09-19T04:37:14Z


 Penulis : Wahono

Kontributor | Temanggung

Gerakan Myths Weave Festival (MWF) ketika mengadakan lokakarya di gedung Dwija Bakti, Kedu, Temanggung

TEMANGGUNG | HARIAN7.COM - Masyarakat Kabupaten Temanggung hidup dan tumbuh dengan banyaknya cerita rakyat dan mitos yang mengikuti. Namun, semua itu merupakan cerita tutur yang belum memiliki pengarsipan yang jelas dan hanya beredar turun temurun dari generasi ke generasi. Akan tetapi, belum adanya arsip tulisan yang mencatat semua itu menjadi keprihatinan tersendiri. 


Berangkat dari keprihatinan ini, beberapa komunitas yang peduli dan tertarik dengan pelestarian cerita tutur ini menggagas sebuah gerakan yang kemudian dinamai Myths Weave Festival (MWF) mengadakan lokakarya di gedung Dwija Bakti, Kedu, Temanggung, Jumat dan Sabtu (15 - 16/9/2023).


Gerakan ini didukung oleh Kemendikbudristek dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Temanggung dan diikuti anggota komunitas, penggiat seni budaya dan tokoh daerah setempat. Narasumber sendiri yaitu Didik Nini Thowok, seorang penari professional yang memberikan materi tentang Alih Media Tari. Agni Malagina jurnalis National Geographic, memberikan materi Riset dan Penulisan yang Berbasis Tutur Lisan dan Ahmad Khoirudin, Kurator Pekan Kebudayaan Nasional, memberikan materi tentang Perluasan Jejaring Komunitas dalam Festival.


Rega Bagoes, Direktur MWF mengatakan bahwa kegiatan ini selain bertujuan untuk pengarsipan, juga ingin menyampaikan mitos dengan media baru. Narasi-narasi yang terkumpul akan dijadikan sebuah alih seni yang dialih media secara baru dan menjadikannya jenis edukasi yang tidak membosankan.

"Rangkaian kegiatannya akan diawali dengan diadakannya lokakarya mengenai riset, penguatan jejaring dan alih media, yang hasilnya nanti akan digelar dalam festival yang bisa disaksikan seluruh masyarakat. Sehingga melalui kegiatan ini, penyelenggara juga menyelipkan pesan edukasi bahwa mitos merupakan penunjang peradaban dan sejarah yang belum terjelaskan secara metode. Maka, kelestariannya merupakan tanggung jawab bersama karena mitos sebagai cerita tutur lisan menjadi salah satu objek pemajuan kebudayaan," jelas Rega.


Sementara itu, Didik Nini Thowok menyampaikan, dengan adanya festival ini harapannya tradisi lisan di Temanggung lebih terarsipkan dan sharing tentang pengalamanya menginterpretasi cerita atau naskah untuk menjadi sebuah karya seni.


Rencananya bulan Oktober akan digelar pentas seni berupa wayang dengan dalang anak, tarian jaran kepang juga pagelaran makukuhan di Kecamatan Tembarak.

Iklan