Iklan

Iklan

,

Iklan

Tangisan Haru Saat Diskusi "Aku Anak ABK Aku Bisa", Ibu S: Anakku dikeluarkan sekolah saat kelas 2

Redaksi
Minggu, 26 Maret 2023, 17:32 WIB Last Updated 2023-03-26T10:32:20Z


Laporan: Muhamad Nuraeni


SALATIGA | HARIAN7.COM - Pilu seorang ibu berinisial S mencurahkan isi hatinya tentang kisah anaknya yang berkebutuhan khusus dikeluarkan dari sekolah saat berada di kelas dua beberapa waktu yang lalu.


Ini menjadi pukulan yang telak sebagai orang tua dalam menghadapi anaknya yang berkebutuhan khusus.


Pernyataan haru dari Ibu S salah satu peserta yang hadir mengemuka dalam diskusi "Aku ABK Aku Bisa" yang diadakan oleh Yayasan Gadah Ati, Dinas Pendidikan dan Fakultas Psikologi UKSW.


Kegiatan yang dilaksanakan di Ruang Theatre DPRD pada Sabtu 25 Maret 2023 itu merupakan serangkaian kegiatan penutup mahasiswa Fakultas Psikologi yang sedang melakukan kegiatan magang di beberapa sekolah Sekolah Inklusi dan Yayasan Gadah Ati Salatiga.


Kegiatan tersebut dibuka oleh PJ Walikota Salatiga yang diwakili oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Salatiga Nunuk Dartini  menyampaikan bahwa Salatiga sudah mendeklarasikan diri sebagai Salatiga Kota Pendidikan Inklusi sejak ditetapkan melalui Perwali No 11 Tahun 2013, kemudian ditindaklanjuti dengan menerbitkan Perwali No 12 Tahun 2019 tentang Unit Layanan Disabilitas Bidang Pendidikan Inklusif.


Namun harus diakui masih banyak persoalan yang harus segera ditindak lanjuti.


“Saya menyambut baik kegiatan ini dan meminta Kepala Dinas Pendidikan untuk dapat menerima masukan dalam diskusi hari ini dan menjadikan bahan kajian untuk membuat rencana perbaikan kedepannya,“ Kata Pj Walikota yang dibacakan oleh Kadinas Pendidikan Kota Salatiga tersebut.


Sebagai pengantar diskusi, anak anak magang dari Fakultas Psikologi UKSW melakukan pementasan yang alur ceritanya berasal dari kejadian nyata yang mereka temui selama mereka magang di Sekolah dan Yayasan Gadah Ati.


Mulai dari anak yang dikeluarkan dari sekolah, anak yang harus disendirikan belajarnya sampai pada kejadian anak yang tidak mendapatkan perhatian dan layanan khusus dr sekolah dan orang tuanya.


"Kami tergelitik dengan fenomena yang dihadapi oleh ABK di sekolah, di rumah maupun di masyarakat, sehingga kami angkat cerita ini dalam pementasan sebagai pemantik diskusi pagi ini," Kata Felipe Porsa Jason Pamasela salah peserta magang.


"Seperti kasus yang dihadapi anak yang datang kepada kami di Yayasan, beberapa waktu lalu ada seorang ibu yang mengantarkan anaknya untuk mendapatkan layanan di Yayasan karena Si Anak dikeluarkan dari sekolahnya," Begitu Imbuhnya.


Ketua Yayasan Gadah Ati Indra Budiman berharap setelah ini ada diskusi lanjutan dengan pemangku kebijakan, karena pendidikan inklusi ini harus menjadi komitmen dan harus dikerjakan secara sistemik.


"Kita tidak bisa mengandalkan diskusi orang per orang, harus dibangun sebuah sistem sehingga pendidikan inklusi ini bisa maksimal dijalankan mulai dari program dan penganggarannya,"tambahnya.


Beberapa dosen Fakultas Psikologi yang hadir dalam kesempatan tersebut sangat memahami peran dan fungsinya sebagai perguruan tinggi yang menjadi bagain dari pentaholix pembangunan sebuah wilayah.


"Kami siap dilibatkan, banyak hal yg bisa dikerjasamakan, baik melalui magang seperti ini maupun program pengabdian masyarakat yang juga menjadi tanggunga jawab para dosen di Fakultas Psikologi UKSW Salatiga, “ Kata Dr. Wahyuni Kristinawati Psikolog dan Kepala Laboratorium S2 Fakultas Psikologi UKSW.


"Kami juga senang apabila bisa berkontribusi sehingga Salatiga sebagai Kota Inklusi bisa benar benar terwujud dan bisa mengahrumkan nama Salatiga," Katanya menutup acara diskusi.(*)

Iklan