Iklan

Iklan

,

Iklan

 


Musim Kemarau, Berkah Bagi Pengrajin Batu Bata di Tegal, Begini Penjelasanya?

Redaksi
Selasa, 08 Juni 2021, 20:14 WIB Last Updated 2021-06-08T13:15:03Z
Batu bata memasuki proses pembakaran.(Foto: Suherman/harian7.com)


Laporan: Suherman/Susilo

Editor: Bang Nur


TEGAL,harian7.com - Batu bata merupakan salah satu bahan bangunan pembuat dinding. Batu bata terbuat dari tanah liat yang dibakar sampai warnanya kemerah-merahan.


Nah? membahas soal batu bata, ternyata dalam proses pembuatanya juga menunggu musim kemarau. Karena datangnya musim kemarau menjadi berkah tersendiri bagi perajin batu bata, di Desa Pasangan Kecamatan Talang Kabupaten Tegal.


Sebab, jika pada musim penghujan proses pembuatan batu bata merah membutuhkan waktu satu minggu lebih, di musim kemarau seperti saat ini prosesnya hanya perlu tiga-empat hari.


Maka pada musim penghujan para pengerajin pengolahan batu bata merah memilih  tak beroperasi, lantaran proses pengerjaannya menyita banyak waktu dan tenaga.

Asikin, salah seorang pengrajin batu bata.


Asikin (42) salah satu pengrajin pengolahan batu bata merah mengaku, saat musim kemarau produksi bisa meningkat hingga 100 persen, karena  proses pengeringannya hanya butuh 3 sampai 4 hari saja, yang kemudian masuk dalam tahapan pembakaran.


"Dalam sehari kita bisa mencetak 500 buah bata merah mentah. Alhamdulillah mas, hasil meningkat,"katanya kepada harian7.com, Selasa (08/06/2021).


Asikin menjelaskan, untuk proses pengolahan batu bata merah sangatlah mudah, yakni  tanah liat ditambah air secukupnya lalu dicampur dengan serbuk gergaji kayu dan sekam (cangkang padi - red). Setelah tercampur rata dicetak lalu dijemur 3 sampai 4 hari.


"Setelah kering disusun guna tahap pembakaran yang memakan waktu 24 jam guna mendapatkan hasil batu bata merah yang maksimal,"jelas Asikin.


Asikin menambahkan, yang membedakan batu bata merah daerah sini (Tegal - red)  kualitas tanah liatnya yang beda dengan daerah lain.


"Terbukti ko mas banyak tukang bangunan dan warga Brebes Tegal Pemalang yang memakai batu bata merah kami karena kuat dan sangat lengket dengan adonan semen pasir,"tuturnya.


Batu merah yang sudah siap digunakan untuk bahan bangunan biasa dihargai 800 rupia perbuah belum termasuk ongkos kirim pendapatan perbulan bisa mencapai Rp 6 juta rupiah itu masih kotor.


"Harga perbuah batu bata merah 800 rupia pendapatan perbulan bisa mencapai 6 juta rupia itu kotor belum dipotong biaya pengeluaran,"imbuhnya 


Dizaman era teknologi dewasa ini sudah jarang pemuda yang mau menekuni bisnis ini kebanyakan memilih kerja di pabrik.(*)

Iklan