Subarno, owner Kopi Bima. |
Laporan: Shodiq/Andi
UNGARAN,harian7.com - Semua kalangan dari remaja, dewasa, sampai orang tua menjadi bagian dari pecinta kopi di Indonesia. Hal tersebut seiring dengan tren budaya yang masih bertahan hingga sekarang. Seperti kita ketahui, bahwa di negara kita ini, ketersedian komoditas kopi dengan kualitas tinggi.
Membahas soal kopi, di Kabupaten Semarang, juga terdapat daerah yang kaya akan kopi, yakni di Gunung Kelir, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Kopi dari daerah ini juga mampu menembus pasar internasional.
Penasaran dan pingin menyruput kopi asal Gunung Kelir, harian7.com menyambangi Subarno (40) salah satu pengusaha kopi, warga Dusun Kalimalang RT 01 RW 06, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang.
Saat ditemui harian7.com baru - baru ini, Subarno mengatakan, usaha kopi miliknya ia beri nama Kopi ‘Bima’ dan kini pemasarannya sudah merambah di sejumlah daerah di Jawa Tengah, bahkan sampai luar jawa.
ist. |
Disinggung alasan usahanya di beri nama Kopi Bima, Subarno mengungkapkan,"Maksud dari nama Bima ini saya ambilkan dari nama anak yang nomor tiga,"ungkapnya.
Dijelaskanya, bahwa nama Bima tersebut karena ia berada di kawasan Gunung Kelir. "Arti Kelir itu diambil dari salah satu lakon pewayangan yakni Werkudara. Kemudian disandingkan nama Bima. Itulah yang mendasari mengapa usahanya ia beri nama Kopi ‘Bima’ dan terdapat gambar wayang dalam kemasanya,"jelasnya.
Lebih lanjut, Suami dari Yusnita Lubis (35) ini membeberkan, ia mengawali usahanya dengan bekal hendak memajukan masyarakat sekitar yang mempunyai keahlian dalam mengolah kopi. Selain itu, karena daerah kami penghasil kopi terbaik dan berkualitas.
"Di daerah saya ini, banyak potensi masyarakat yang ahli dalam mengolah kopi. Maka saya berfikir ingin mengembahkan SDM masyarakat agar hasil panen kopi dapat diolah dan dipasarkan luas. Sehingga perekonomian menjadi pesat,"terang Subarno.
Subarno mengaku, baru dua tahun ini ia bersungguh sungguh mengelola usahanya."Dua tahun ini usaha kopi saya mengelola secara sungguh - sungguh. Ya sekitar awal - awal tahun 2020 lalu, diawal pandemi Covid 19 mewabah,"ungkapnya.
Sebelum menggeluti usaha kopi, Subarno sempat bekerja menjadi sales suatu produk kerajian dan selang beberapa tahun kemudian, dirinya memutuskan kembali ke kampung halaman.
"Di kampung halaman saya sempat menjabat sebagai Kepala Dusun Kalimalang. Belum habis masa jabatan, saya memilih mengundurkan diri dari kadus dan memutuskan untuk memulai usaha produksi kopi olahan ini,"bebernya.
Memilih bahan baku berkualitas
Untuk menjaga kualitas hasil produksi Kopi Bima, Subarno Subarno mengatakan, untuk menghasilkan kopi berkualitas, kita nggak bisa sembarangan memilih biji kopi, karena hasilnya pasti akan berbeda. Maka kita benar benar memilih biji kopi dengan kualitas yang bagus.
"Dan tak hanya bahan bakunya yang bagus, tapi cara pengelolaanya juga harus benar. Karena jija proses penanganannya salah justru merusak kualitas kopi, baik rasa maupun aromanya,"katanya.
"Karena biji kopi yang diproses dengan salah, maka akan mengurangi kenikmatan kopi. Untuk itu kami benar benar sangat teliti dan hati hati saat memprosesnya,"tuturnya dengan gamblang.
Robusta menjadi produk unggulan Kopi Bima
Meski ada beberapa varian yang dipasarkan, Robusta yang menjadi produk unggulan Kopi Bima, karena di sini Kopi robusta menjadi kopi khas Gunung Kelir.
Ketika disinggung soal pemasaranya, Subarno mengunggkapkan, dirinya dibantu empat orang ‘sales’ motoris. Para salesnya memasarkan Kopi Bima di beberapa wilayah Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga serta daerah lain.
"Untuk harga jual produk Kopi Bima dipasaran, Rp 19 ribu dengan kemasan 200 gram. Selain itu juga ada kemasan 500 gram dan 1 kilogram. Sedangkan khusus untuk para reseller kita sediakan ukuran 500 gram dan 1 Kg dengan kemasan hitam diberikan tanda premium,"terangnya.
Diakhir berbincang dengan harian7.com, Subarno menyampaikan, bahwa dirinya siap untuk belajar bersama dengan para pelaku UMKM khususnya para pemula.(*)