Iklan

Iklan

,

Iklan

Cahaya-Cahaya dari Panggung Berbeda, Ketika Dua Pendekar Utama Berlaga

Redaksi
Minggu, 27 Juni 2021, 01:54 WIB Last Updated 2021-06-26T18:55:28Z
Foto: dok/fanpop (Istinewa)



Penulis : Amir Machmud NS Ketua PWI Jawa Tengah


OPINI BOLA, harian7.com - Panggungkah yang membedakan manusia menemukan harga? untuk menjadi berbeda dari manusia lainnya pendar cahaya, dia mencarinya menguasai cahaya, dia menemukannya memainkan cahaya, dia memahkotakannya semburat cahaya dari dirinya dan, dialah sang langka


(Sajak ‘Manusia Langka Sepak Bola’, 2021)


APA yang terjadi ketika dua pendekar utama berlaga di dua panggung yang berbeda?


Pada saat yang hampir bersamaan, Lionel Messi memimpin Argentina di Copa America, sedangkan Cristiano Ronaldo menjadi komandan Portugal di Euro 2020.


Dua medan dengan kualitas yang nyaris tak berbeda, mendekati kedahsyatan Piala Dunia. Bedanya, Piala Dunia memanggungkan jago-jago dari Copa dan Euro, sedangkan dua turnamen itu menjadi ajang pertarungan tim dan bintang antarbenua masing-masing.


Toh sama saja, yang terpanggungkan adalah duel-duel dengan parameter dunia. Yang dihasilkan adalah sang pemenang, “perguruan” dengan aliran yang selama empat tahun akan menguasai “dunia persilatan sepak bola”. Dan, pendekar paling menonjol menjadi lelananging jagat yang bakal dikenang dengan semburat sinar sepanjang masa.


Messi-kah yang bakal menguasai Copa America, untuk menatah performanya dalam prasasti bercahaya?


Atau Ronaldo-kah yang mendominasi sebagai lelaki paling perkasa di Euro 2020?


Atau kedua-duanya menjadi pahlawan bagi negaranya?


Hingga selesainya babak grup, Ronaldo melewati capaian Messi. Dia memimpin dan membawa Selecao das Quinas lolos ke babak 16 besar, untuk menjumpai peringkat satu dunia Belgia.


Pemain kelahiran Madeira, 36 tahun silam ini bukan hanya menginspirasi, tetapi berjalan dengan rekor-rekor. Ia menyamai catatan pencetak gol terbanyak untuk tim nasional atas nama Ali Daei yang bertahan sejak 2006. Legenda Iran yang pernah memperkuat Bayern Muenchen itu membendaharakan 109 gol sepanjang 1993-2006 dari 145 pertandingan.


Dan dengan dua gol ke gawang Prancis, Ronaldo membukukan catatan yang sama. Sejak 2003 dia menabung gol demi gol, walaupun membutuhkan lebih banyak laga, 178. Dia makin menjauhi catatan spektakuler Pele untuk klub dan tim nasional sebanyak lebih dari 770 gol.


Catatan plus lainnya, Ronaldo menjadi pemain pertama yang mencetak minimal 20 gol di Piala Dunia dan Piala Eropa. Yakni 21 gol, 14 di Euro dan tujuh di Piala Dunia.


Lalu bagaimana dengan Leo Messi?


Kebergantungan Albiceleste kepada La Pulga, yang juga menjadi “manusia rekor” di Barcelona, itu masih tinggi. Namun kini Messi tampak kesulitan mencetak gol dari open play. Meskipun demikian, kontribusinya tetap vital. Ia mencetak satu gol lewat free kick khas, dan satu assist dari tiga laga tim Tango. Belum pernah mengangkat Piala Dunia dan Copa America, prestasi maksimal Messi untuk timnas baru Piala Dunia U-20 2005, dan medali emas Olimpiade 2008.


Dari dua panggung itu akan muncul klaim, siapa yang kali ini lebih baik. Indikator yang sejauh ini punya kekuatan argumentasi masing-masing. Messi dengan enam trofi Ballon d’Or minus gelar untuk timnas dan empat Liga Champions, sementara CR7 dengan lima Ballon d’Or, trofi Euro 2016, juara UEFA Nations League 2018, dan lima Liga Champions.


* * *


DENGAN sisa petualangan di Copa dan Euro 2020, kedua pesepak bola terhebat itu masih berpeluang mengisi pundi-pundi karier. Messi tentu lebih menghendaki sukses tim, untuk menjawab keraguan peran kompetensi individualnya dalam timnas. Sedangkan Ronaldo lebih ke ambisi melengkapi perbendaharaan prestasi dengan sekali lagi gelar Eropa sebelum berpikir tentang Piala Dunia 2022.


Dia bahkan berpeluang melewati rekor Ali Daei andai mampu meneruskan produktivitas dalam laga melawan Belgia atau seterusnya jika Portugal lolos. Semula, torehan Ali Daei dinilai sulit disamai, mengingat peringkat di bawah Ronaldo saja berselisih jauh, yakni 86 gol milik Mochtar Dahari. Legenda Malaysia era 1970-an itu, antara lain mengisi pundi-pundi golnya lewat gol tunggal ke gawang Indonesia dalam final SEA Games 1979 di Jakarta.


Berikutnya, 84 gol dicatat Ferenc Puskas (Hungaria), 79 gol (Godfrey Chitalu, Zambia), 78 gol (Hussein Saeed, Irak), 77 gol (Pele, Brazil), dan setelah rentang beberapa pemain baru Lionel Messi dengan 70 gol.


Kali ini panggung Euro dan Copa bukan hanya tentang rivalitas dua megabintang, namun lebih ke konsistensi dominasi Portugal dan Argentina di masing-masing benua.


Bagaimana laju Portugal di hadapan Belgia yang pasti berambisi mempertaruhkan reputasi sebagai peringkat satu FIFA? Bagaimana pula Argentina memulihkan harga diri di Amerika Latin untuk menegaskan rivalitas abadi versus Brazil?


Bagaimanapun, masih menjadi kewajiban Ronaldo dan Messi untuk menjawabnya. Mereka adalah lelananging jagat yang belum tergantikan oleh apakah Kylian Mbappe, Phil Folden, Ferran Torres, atau siapa pun yang digadang-gadang menjadi bintang di pergelaran Eropa kali ini.

Iklan