Iklan

Iklan

,

Iklan

Surprise Milad Muhadi di Teh Tubruk

Redaksi
Minggu, 14 Maret 2021, 18:46 WIB Last Updated 2021-03-14T11:46:22Z


Laporan: Suherman/Tutut | Kontributor Tegal

Editor: Susilo Biro Pekalongan Raya


TEGAL,harian7.com – Teh Tubruk, Tegal Harmoni Tegal Guyub Rukun Kantor Kementerian Agama Kota Tegal “Melangitkan Jiwa Membumikan Hati” kembali digelar, kali ini dilaksanakan di Riez Hotel Tegal, Sabtu (13/3/2021) malam.


Acara ini begitu spesial karena bertepatan dengan Milad Ayahanda Wali Kota Tegal H. Dedy Yon Supriyono, DR (HC), Muhadi Setiabudi yang ke 61 tahun.


Saat acara berlangsung, Wali Kota Tegal hadir dengan diikuti kue ulang tahun dengan diiringi lagu Ulang Tahun milik Jamrud. Para tamu undangan pun bertepuk tangan sambil melantunkan lagu tersebut. Muhadi pun diminta meniup lilin berangka 61 di atas kue tart tersebut dengan didampingi istrinya.


Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Tegal , Ahmad Farhan dalam sambutan pembukaan Teh Tubruk menyampaikan arti tema yang diambil. Menurut Farhan, pentingnya hubungan dengan Sang Pencipta dan hubungan sesama manusia atau makhluk harus seimbang.


“Kalau bahasa agamanya, habluminallah itu melangitkan jiwa dan membumikan hati adalah habluminanas,  jadi kita tidak hanya shalat saja, sembayang saja sama tetangga tidak rukun, tidak  mesem berarti sholate, sembayange ora beres. Demikian juga sesama tetangga apik nemen, pokoknya apik nemen tapi ora tau sembayang itu juga berarti tidak beres juga,” ucap Farhan.


Farhan juga mengatakan bahwa manusia yang paling mulia dan manusia yang paling bahagia adalah ketika hubungan dengan sang pencipta dan hubungan sesama manusia atau makhluk dilakukan dengan seimbang


“Habluminallah hubungan dengan Tuhan harus beres, habluminanas hubungan dengan makhluk juga harus beres itu yang disebut, manusia yang paling mulia manusia yang paling bahagia” tambah Farhan.


Ketua FKUB Kota Tegal, Firdaus Muhtadi terkait kerukunan umat beragama di Kota Tegal menyampaikan bahwa yang lebih dikhawatirkan adalah benturan umat seagama bukan antar umat beragama


“Jadi kalau saya ditanya soal kerukunan umat beragama, saya lebih khawatir benturan bukan antar umat beragama tetapi antar umat seagama. Karena dalam sejarah di Indonesia hampir tidak ada perang yang diakibatkan oleh perbedaan agama, pencetusnya pasti masalah lain. Yang mengkhawatirkan itu malah kerukunan umat seagama karena disana masih banyak orang yang sibuk beragama tapi lupa ber-Tuhan esensi Tuhan, esensi agama itu tidak tahu,” ucap Firdaus Muhtadi.


Sementara itu dalam sambutannya, Wali Kota Tegal, Dedy Yon Supriyono mengatakan bahwa ayahnya, Muhadi, adalah contoh sebagai orang tua yang demokratis tidak pernah memaksakan kehendak kepada putra dan putrinya orangtua yang tidak egois.


Wali Kota mengisahkan didalam perjalanan hidupnya salah satunya adalah ketika orang tua dengan latar belakang berwiraswasta, sebagai pengusaha, apa yang ada di benak pikiran orang tua adalah bagaimana putra dan putrinya khususnya anak yang pertama bisa menjadi pengusaha dan meniru jejak orang tuanya.


Akan tetapi didalam perjalanan hidup Wali Kota ketika menjadi legislatif dan eksekutif (kepala daerah), ketika dirinya meminta restu, dengan berat hati bapaknya terus memperbolehkan walaupun tidak seratus persen keinginan dari orang tua.


“Ketika beliau ditanya apakah putranya menjabat legislatif atau eksekutif (kepala daerah), apakah bapak saya bangga, kebanggaan itu tidak artinya sebuah kedudukan dan jabatan, yang membuat bahagia bapak ibu saya ketika putranya menjadi kepala daerah, bukan jabatan kepala daerahnya  tetapi bisa menunaikan cita-cita anak itu yang disampaikan orangtua dan bisa menepis keegoan atau memaksakan kehendak orang tua,” ucap Dedy Yon.


Sementara itu dalam ceramahnya, , DR (HC), Muhadi Setiabudi mengatakan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan.


“Tema ini adalah bagaimana kerukunana antar umat beragama di Indonesia, NKRI kita jaga, Bhineka Tunggal Ika tetap jaga persatuan kesatuan tetap dijaga sekalipun bermacam suku agama ras dan budaya tetap kita harus menghormati pancasila,” ucap Muhadi.


“Buat apa kita beragama, bila jiwa, hati, moral kita tidak sesuai petunjuk agama, ada agama saja banyak yang melanggar apalagi tidak ada agama, banyak orang yang tidak bisa menjalankan syariat agama, maka apa yang disampaikan oleh Menteri Agama mari menghormati umat beragama, kita tidak perlu dipertentangkan soal perbedaan keyakinan, kilafiyah, tidak perlu dipertentangkan,” tambah Muhadi. (*)

Iklan