Iklan

Iklan

,

Iklan

Unik, Hanya Laki-Laki Yang Diperbolehkan Hadiri Tradisi Susok Wangan

Kamis, 11 Februari 2021, 00:03 WIB Last Updated 2021-02-10T17:04:29Z

  • Penulis : Fera
  • Editor : Abdurrochman


SEMARANG, Harian7.com
– Setiap bulan Rajab hari Rabu Pahing warga di Dusun Jeruk Wangi, Karang Anyar, dan Wawar Lor Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang melakukan ritual tahunan Susok Wangan. Susok Wangan merupakan bentuk rasa syukur warga atas rejeki yang diperoleh dari sumber mata air yang mengaliri ketiga dusun tersebut.

Ritual Susok Wangan kali ini dilaksanakan Rabu, (10/02/2021) di Kali Bulu, Dusun Jeruk Wangi, Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang.


"Susok Wangan atau dandan kali ini memang digelar setiap tahun sejak jaman dahulu sebagai wujud rasa syukur warga terhadap manfaat dari mata air Kali Bulu," ungkap Joko Susanto, Kadus Jeruk Wangi kepada Harian7.com.


Lebih lanjut Joko menjelaskan bahwa prosesi ritual Susok Wangan selalu diawali dengan kegiatan bersih-bersih kali yang mengalir melewati ketiga dusun tersebut.


"Sehari sebelum Susok Wangan dilangsungkan setiap RT yang ada di Jeruk Wangi, Karang Anyar dan Wawar Lor diwajibkan membawa satu ekor ayam kampung yang akan dimasak bersama di area Kali Bulu. Ayam-ayam yang sudah dimasak ini nantinya akan dimakan bersama-sama saat acara Susok Wangan," imbuhnya. 


Saat acara Susok Wangan berlangsung warga ketiga dusun membawa nasi tumpeng dari rumah masing-,masing. Setelah itu mereka akan saling bertukar tumpeng, selanjutnya di makan bersama-sama di lokasi. Tak hanya makan bersama, acara yang berlangsung sejak pagi ini juga dihadiri oleh 3 modin dari ketiga dusun yang akan memimpin doa dan tahlil secara bergantian. 


Keunikan lain dari tradisi ini adalah semua yang hadir dalam acara ritual tersebut adalah laki-laki. Lebih dari 250 warga dari Jeruk Wangi, Karang Anyar dan Wawar Lor yang mengikuti acara ini kesemuanya laki-laki mulai dari anak-anak hingga lanjut usia.


Saat disinggung mengenai hal tersebut, Joko menjelaskan, bahwa acara ini memang dikhususkan untuk warga laki-laki. Bukan karena mitos atau apa. Acara ini kan di gelar pagi hari. Secara logika kalau pagi kan para perempuan khususnya ibu-ibu sedang repot-repotnya. Ya masaklah, ngurusin anak lah, beberes rumah lah. Karena itu para suami lah yang melakukan ritual.


“Istilahnya sing lanang dandan kali sing wedhok nggunakke banyu neng omah (yang laki-laki memperbaiki sungai, yang perempuan memakai airnya di rumah, red). Jadi saling kerja sama antara suami istri, saling berbagi tugas. Dan intinya Susok Wangan itu  genduren atau khajatan jadi memang harus laki laki," pungkasnya. (*)

Iklan