Iklan

Iklan

,

Iklan

Penataan Sekitar TWC Borobudur Dinilai "Cak-Cakane Sakpenake Dewe"

Admin : Ady Prasetyo
Minggu, 28 Februari 2021, 10:09 WIB Last Updated 2021-02-28T03:10:56Z

Penulis : Ady Prasetyo | Kabiro Kedu

Kepanikan warga ketika banjir melanda kawasan TWC Borobudur


MAGELANG, harian7.com - Musim penghujan yang melanda Kabupaten Magelang sering mengakibatkan beberapa bencana seperti tanah longsor, pohon tumbang hingga banjir yang menggenangi sebagian wilayah ini,


Tak luput salah satu ruas Jl. Medangkamolan dan Jl. Pramudyawardani kawasan Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur sempat terjadi luapan air yang menggenang, hal itu  diduga akibat turunya hujan dari lokasi seluas 87 hektar ini hanya diarahkan ke satu titik, Sebenarnya hal ini sudah dikeluhkan masyarakat sejak 8 (delapan) tahun belakangan ini karena saluran air yang ada dinilai terlalu kecil untuk menampung luapan air hujan.


Seperti yang di keluhkan Sucoro (69) warga Jl. Medangkamolan No.7 Borobudur bahwa adanya luapan dan genangan air hujan ini dirasa sangat merugikan beberapa pihak utamanya diri dan keluarganya, 



" Kalau saya melihat ini terjadi karena pihak pengelola yang terus menerus mengurangi resapan air yang ada, embung - embung yang ada disekitar Polisi Pariwisata (Polpar) maupun museum sepertinya tidak pernah diurus atau dikeruk dengan baik akan tetapi air diarahkan keluar di jl. Medangkamolan atau depan warung saya ini, " Paparnya. Pada Minggu 28/02/21).


Beberapa foto ketika banjir yang sempat didokumentasikan Sejak beberapa tahun terahir.


Dirinya merasa prihatin disaat pemerintah sedang menggalakkan pariwisata agar  menjadi sektor unggulan yang sangat diharapkan untuk pertumbuhan ekonomi masyarakat tapi justru para pemangku -pemangku kepentingan malah seolah-olah tidak sadar diri ( Sakpenake dewe. Red), 


" Borobudur yang notabene menjadi skala prioritas internasional bidang pariwisata di indonesia apabila kondisinya seperti ini jelas sangat memprihatinkan," Imbuhnya. 


Disisi lain, pemerintah dalam menggelontorkan dana sangat tidak sedikit untuk mengembangkan salah satu destinasi wisata warisan dunia ini, tapi ternyata tindakan (Cak-cakane) hanya seperti itu, pemerintah harus benar - benar menata kelola area ini sebaik mungkin, adapun solusinya perlu penyadaran dan tidak saling menyalahkan satu dengan lainya, tapi sadar diri itu penting." tukas seorang kakek berambut gondrong ini. 


Kapan pariwisata kita ini bisa bangkit kalau kondisinya masih seperti ini, kita sudah terpuruk adanya pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, bahkan usaha warung saya sudah selama satu tahun tidak bisa buka kok sekarang ditambah menahan lapar lagi karena banjir. Pungkasnya. (*)

Iklan