Iklan

Iklan

,

Iklan

JEJAK KESENIAN SANTRI DALAM DAKWAH ISLAMIYAH

Redaksi
Senin, 28 Desember 2020, 16:06 WIB Last Updated 2020-12-28T09:06:58Z
Sofyan Mohammad.


(Geneologi Pesantren dalam menyatukan Nusantara melalui kesenian)


Oleh : Sofyan Mohammad


OPINI

PESANTREN


Pesantren adalah kawah candradimuka

Meski seronok disebut 

Penjara suci

Pesantren adalah kedung

Yang menampung bulir bulir ilmu

Sarung, koko dan songkok

adalah uniform para peneguknya


Pesantren adalah rahim

yang melahirkan generasi pencerah

Pesantren adalah pelita

untuk penerang dalam gulita padam


Jika sang santri bersungguh sungguh

Jika sang Kyai Ridlo maka sang santripun

Dapat menjadi apapun yang diinginkan..

Bisa menjadi pencerah

Bisa menjadi panutan

Bisa menjadi Pangarep 

Bisa menjadi pioner 


Candradimuka yang memenuhi cakrawala dengan kalimah toyibah

Para khalifatullah yang merajut perdamaian dan toleransi dengan kesadaran humanisme

Para fiqroh yang menjembatani keimbangan dan harmoni alam semesta

Para ahli kitab yang tuntas nun bernas menafsirkan

Para pengusaha yang tidak mabuk keserakahan 

Para tehnokrat yang tidak penuh tipu daya

Para pendakwah yang menyejukkan tanpa vonis pengkafiran 

Para seniman yang menimbang ahlaq dalam takaran estetika 


Itulah para asketis dunia yang setiap nafasnya adalah ilahillah

setiap kedipan matanya adalah kalimatillah


Maka ketahuilah...

itulah sebenarnya keindahan pesantren

yang dari dulu hubungan kyai - santri telah merajut terbentuknya nusantara

Jika demikian maka jangan kau ragukan lagi kecintaan pesantren pada negeri ini


....................................................................................


"Bahwa Allah itu indah dan mencintai keindahan"

(Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim)


Seni adalah keniscayaan dalam hidup karena berkesenian merupakan sifat intuitif alamiah seorang manusia, keindahan dan Islam adalah satu titik yang bersumbu sama karena Islam yang Rohmatan Lil Alamien adalah bentuk lain dari keindahan.


Ajaran Islam menyangkut semua aspek kehidupan dengan menyeru agar berkreasi (mencipta) menuju keindahan sebagai manifestasi ketundukan manusia sebagai hamba - mahkluk, hal ini yang kemudian menjadikan seorang muslimin akan selalu berorientasi pada keindahan.


Persingungan antara agama dan kesenian adalah hal yang tak dapat dipisahkan meski kemudian dapat dimaknai jika agama menyangkut pengertian tentang norma, etika moral (akhlaq) menuju keteraturan yang indah dan untuk dapat mewujudkan hal tersebut maka diperlukan cara yang disebut dengan kesenian, dimana  makna sempitnya adalah cara untuk mengeksplorasi kreatifitas dalam kebebasan yang universal, dengan demikian ajaran Islam adalah bagian dari kesenian itu sendiri karena faktanya Islam telah mewujudkan peradaban dunia yang dalam praktiknya telah melahirkan kreatifitas yang tertumpu dengan apa yang disebut dengan keindahan.


Islam dan kesenian memiliki pertautan yang sinergis karena ajaran Islam memiliki unsur  ritual dan emosi, dimana ritual (rohani) merupakan transformasi simbolis dari ungkapan perasaan (empiris) sebagai buah dari artikulasi yang terwujud secara kompleks.


Spriritual dan kreatifitas berseni adalah makanan batin, sehingga sesibuk aktifitas keduniawian seseorang maka tetap membutuhkan aktifitas lain bagi pemenuhan makanan batin baik dalam bentuk spiritual ibadat maupun kreatifitas karya seni, hal ini terjadi karena manusia secara alamiah membutuhkan proses pengembangkan jiwa dalam rangka mencari makna yang mendalam tentang kehidupan yang berarti manusia tetap akan terus berusaha guna memperoleh kepuasan spiritual melalui bentuk seni yang bersifat visual maupun aural. 


Manifestasi indah dalam fragmen kebudayaan Islam dapat tercermin dalam peradaban Islam yang sudah terwujud pada masa Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiah di Baghdad, Dinasti Otoman (Turki), Dinasti Mughal di India atau Dinasti Samudra Pasai, Demak, Pajang hingga Mataram Islam (di Nusantara) yang dapat disimpulkan jika peradaban Islam sangat bertautan dengan karya seni dalam bidang sastra, seni rupa, kaligrafi, arstitektur, teater maupun musik yang kesemuanya memiliki nilai estetika luar biasa indahnya (monumental) yang beberapa hal masih dapat dinikmati hingga saat ini sebagai bagian dari cara mereguk nafas keindahan dalam jejak jejak keluhuran ajaran Islam.


Kesenian Islam di Nusantara dapat ditemukan pula dalam fragmen pesantren yang ada di Nusantara yang disana dapat dijumpai adanya hubungan yang sangat harmonis antara indah dan seni, hal ini karena pesantren memiliki karakteristik yang sangat apresiatif dan akomodatif terhadap kebudayaan lokal (local wisdown) yang secara historis penyebaran Islam di Indonesia yang dilakukan oleh para wali menggunakan pendekatan (akulturasi) budaya.


Metode  dakwah Islamiyah melalui budaya sampai sekarang masih dieksistensikan oleh lembaga pesantren dan santri, hal inilah yang selanjutnya dapat menjadi ciri pembeda antara model Islam-Arab dengan Islam - Nusantara, karena memang genealogi keilmuan dari pesantren telah menjadi pemantik terbangunnya kesatuan Nusantara yang harus sedapat mungkin dipertahankan sampai kapanpun.


Lembaga Pesantren - santri merupakan sebuah sub kultur yang tidak melulu bersifat asketis (pertapaan), tapi juga sebagai sarana untuk menuntut ilmu sekaligus mengembangkan kreatifitas yang diorientasikan untuk kepentingan ummat guna mewujudkan berperadaban yang berkeindahan. Pesantren pada era kini juga merasa bertanggung jawab untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang dilengkapi pula dengan pengembangan ragam kesenian untuk kepentingan dakwah Islamiyah karena pendidikan yang diajarkan di pesantren bukan melulu untuk kepentingan materi dan keagungan duniawi, melainkan juga ditanamkan pelajaran tentang kewajiban sebagai mahluk yang harus memiliki ketertundukan kepada Allah SWT,  untuk itu tak mengherankan jika pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam telah mampu mewarnai kehidupan masyarakat dengan membentuk jiwa-jiwa intelektual yang religius dan berahlaq.


Islam dan seni adalah perpaduan yang harmonis yang tercermin dalam karya seni Islam, hal ini bisa terjadi karena karya seni Islam telah mencerminkan nilai-nilai religius yang nampaknya tidak terjadi dikotomi dalam perspektif sekuler karena karya yang religius tersebut pada hakikatnya adalah unsur hukum Illahiyah yang berkaronim estetik, untuk itu tak mengherankan jika pesantren (santri) mampu tampil secara kreatif mendialogkan secara bernas sesuatu yang abstrak nun rumit tentang ajaran agama kepada masyarakat melalui karya seni yang berakulturasi dengan budaya lokal dengan cara memodifikasi hingga tercipta budaya baru yang lebih relegius namun tetap diterima oleh masyarakat setempat, hal inilah salah satu kunci keberhasilan dakwah Islamiyah selama ini.


Dengan berkesenian maka kehidupan jauh akan lebih dinamis karena berkesenian merupakan dimensi  kerinduan yang akan memasuki rentang panjang kehidupan yang disana kita akan merengkuh kekuatan yang menjadi bekal dari titik tolak kehidupan selanjutnya.


Pada hakekatnya berkesenian adalah mengangkat derajat kemanusiaan sebab kesenian adalah humanisme yang bersifat universal, berkesenian adalah olah rasa untuk mengekspresikan cipta rasa yang terkandung nilai nilai asketis dan estetik.


Dalam kesenian Islam juga sangat populer dengan kesenian berupa olah dan pola kata atau yang populer dengan sastra, ekspresi relegius - pengalaman spiritual yang maha luas akan sangat rumit dijelaskan selain dengan karya sastra, karenanya tak mengherankan jika dalam peradaban Islam maka terus melahirkan sastrawan - pujangga yang legendaris dan karya karyanya adalah oase yang mujarab bagi dahaga kehidupan.


Dalam tradisi kesenian Islam (Pesantren) maka selain populer sastra maka juga ada istilah lain yang lebih populer tapi tetap sebagai bagian dari sastra, misalnya 'hizib - mantra - doa" yang selalu diajarkan dalam geneologi hubungan guru dan murid secara kontinyu hingga mats rantai itu terus tersambung menjadi kesatuan sanad.


Dalam kehidupan kita sehari hari disadari atau tidak kita sudah terbiasa dengan mantra hingga menjadi semacam budaya demikian karena mantra dan masyarakat adalah bagian tidak terpisahkan hingga menjadi kearifan lokal dimana mantra, jampi-jampi, kidung, sanepo, sholawatan, thilawatil dan syair pada kenyataanya adalah menyoal tentang kesalinghubungan antara alam semesta (makrokosmos) dan alam kesadaran manusia (mikrokosmos), karena itu tidak ada sesuatu benda dan kejadian di jagat raya ini yang bisa berdiri sendiri, semuanya saling membutuhkan dan saling mempengaruhi hingga keselarasan alam dan manusia adalah syarat utama terjadinya harmoni semesta.


Jika demikian mari ekspresikan gagasanmu melalui karya dalam tajuk keindahan agar terjadi keselarasan hidup dengan Tuhan dengan alam semesta, agar Indonesia tidak terkuras energinya karena saling caci maki dan silang pendapat antara telur dan ayam mana yang paling dulu.


................................................................................

Wallahualam Bissawab


Semoga bermanfaat.

........................................


* Terinspirasi pada karya karya para santri yang diramu dengan berbagai sumber referensi bacaan.


**. Penulis adalah alumni pesantren kilat sehari hari tinggal di desa.

Iklan