Iklan

Iklan

,

Iklan

Begitu Ada Bencana, Setiap Keluarga Harus Punya "Tas Doraemon"

Redaksi
Jumat, 06 November 2020, 23:01 WIB Last Updated 2020-11-06T16:01:35Z
Dari.kiri : Ketua Pusat Studi Bencana Unnes Semarang,Rahma Hayati, Kepala BPBD Kota Semarang,Rudianto, Ketua DPRD Kota Ssmarang,Kadarlusman.(poto: M.Taufiq/Harian7.com)


Laporan: M Taufiq | Kontributor Semarang


SEMARANG,harian7.com - Kementerian Dalam Negeri telah meminta seluruh pemerintah daerah untuk bersiaga menghadapi banjir dan longsor akibat cuaca buruk yang diprediksi terjadi hingga awal Tahun 2021. Curah hujan tinggi diramalkan tak normal akibat fenomena La Nina. Tahun lalu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Jawa Tengah mencatat adanya 2.179 kasus bencana alam sepanjang Tahun 2019 yang mengibatkan 35 korban meninggal dunia serta kerugian hingga miliaran rupiah. Untuk itu, Kondisi cuaca dan perubahan di lapangan harus diantisipasi BPBD sejak dini, dan informasi tersebut juga harus disampaikan kepada masyarakat.


Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BMKG mencatatat sejumlah daerah berpotensi tinggi banjir selama musim hujan kali ini, tidak terkecuali Kota Semarang, yang diperkirakan akan benar-benar terdampak La Nina di bulan Januari 2021, bersama dengan daerah lain seperti Brebes, Cilacap, Demak, Grobogan, Jepara, Kendal, Tegal. 


Dampak La Nina sendiri berupa bencana hidrometeorologi banjir, banjir bandang, longsor, angin kencang, dan puting beliung yang berpotensi mengancam sektor pertanian, perhubungan (transportasi), Infrastruktur, Kesehatan, dan keselamatan masyarakat. Dengan demikian, perlu mitigasi sejak dini, sosialisasi kepada masyarakat, dan eksekusi dari stakeholder baik dari segi non fisik maupun infrastruktur fisik.


Ketua DPRD Kota Semarang, Kadarlusman mengatakan banyak masyarakat yang belum paham mengenai antisipasi bencana pada saat pandemi covid 19 ini sehingga kami mendorong dan meminta pada dinas dalam.hal ini BPBD Kota Semarang untuk selalu intens bersosialisasi ke masyarakat tentang bagaimana caranya untuk mengatasi dimana pada saat pandemi ini ewaktu waktu ada musibah bencana harus bagaimana," jelasnya.


Menurutnya masyarakat pada saat menangani banjir mereka juga bingung,cara penanganannya seperti apa. 

Kami mendorong BPBD untuk segera melakukan sosialisasi seperti bagaimana menolongnya supaya langsung sigap.


Pemkot Semarang sudah melakukan koordinasi tidak dengan BPBD kota Semarang saja tapi dengan pusat juga tetapi untuk diluar dua sungai yaitu Sungai Banjirkanal Baratdan Sungai Banjirkanal Timur, semarang masih eksis diantarnya penanganan sungai plumbon  juga masih intens," terangnya, saat.menjadi nara sumber pada Prime topic Dialog Bersama Parlemwn Kota Semarang dengan tema " Siaga La Lina Saat Pandemi " yang disiarkan langsung MNC Trijaya FM di ruang Bahana Hotel Noormans jalan Teuku Umar no 27 Jatingaleh Semarang, jumat (6/11/2020).

Prime Topic  Dialog Bersama Parlemen Kota Semarang di Hotel Noormans.(poto: M.Taufiq/Harian7.com).


Sementara itu Kepala BPBD Kota Semarang, Rudianto,MT mengungkapkan datangnya curah hujjan dibulan ini sudah berdampak seperti di Srondol wetan longsor,tidak.kalah hebatnya di  Kecamatan candisari juga terjadi longsor, mengenai laporan dari warga kebanyakan bencana yang dikaitkan dengan dana bantuan sosial,  sesuai perwal no 39 tahun 2017 memang ada dana bansos yang dikelola oleh BPKAD," jelasnya.


 " Soal keselamatan mereka itu bukan dananya yang diinginkan tetapi karena memang  disamping mereka mendapatkan musibah terus bagaimana tindak lanjutnya.


Pemerintah kota semarang sudah memikirkannya. Masyarakat sudah memahami dan dari kita sudah memberikan sosialisasi sosialisasi  ke kelurahan keluraha , sosialisasi ke Sekolah sekolah dan juga sosialisasi ke perusahaan perusahaan yang ada," papar Rudianto


langkah yang sudah dilakukan BPBD dengan melakukan sosialisasi memberikan ilmunya ke masyarakat mungkin ada delay kadang kadang  belum sampai pada masyarakat tingkat bawah," pungkasnya.


Pada kesempatan sama, Ketua Pusat Studi Bencana, Unnes Semarang  Rahma Hayati memaparkan bahwa kami setiap tahun terus mengawal dengan penelitian penelitian yang berkaitan dengan kebencanaan, kebetulan tahun ini juga ada penelitian kebencanaan," katanya.


Kita pengen tahu tentang kapasitas daerah dalam menghadapi bencana yang ada dikota semarang itu juga sedang kami lakukan.


Selain dari penelitian, kami dari pusat studi bencana juga membawa mahasiswa dari sabang sampai merauke khususnya dari jurusan geografi kita awali dengan pengenalan lingkungan geografi (PLG)," terang Rahma.


Rahma menambahkan bahwa Bencana dikota semarang, khususnya lagi bencana  yang kaitannya dengan hidrometeorologi kita tidak bisa melokalisir hanya di kota semarang saja. Kita harus melihat dari sisi hulunya, sehingga kita dalam kegiatan PLG bagi semua mahasiswa geografi itu kita kenalkan bagaimana hulunya kota semarang kemudian sampai kebawah seperti apa. ini yang perlu diketahui," pungkasnya.


Sementara pemerhati lingkungan dan sosial,Sigit menyarankan karena memasuki musim hujan, curah hujan cukup tinggi ditahun ini sehingga datangnya bencana seperti banjir dan tanah longsor di kota semarang sudah mulai terlihat dan menimpa dibeberapa wilayah seperti di kelurahan lempongsari, srondol kulon dan kecamatan candisari.


Saya memberikan masukan dan saran dalam mengantisapasi bencana salah satu setiap keluarga harus punya tas doraemon, artinya tas dimana untuk untuk menyimpan serta menyelamatkan seperti arsip akte kelahiran dan ijazah keluarga baik milik bapak ibu serta putra putrinya serta surat surat penting dan surat  berharga lainnya paling tidak begitu ada bencana tas doraemon bisa terselamatkan terlebih dahulu dan juga  jiwa keluarga tentunya ," pintanya.(*)

Iklan