Iklan

Iklan

,

Iklan

 


Perangi Sampah, Puskesmas Bawen & Komunitas Ijo Lumut Adakan Workshop Daur Ulang Sampah

Jumat, 30 Oktober 2020, 13:00 WIB Last Updated 2020-10-30T06:00:56Z

SEMARANG, Harian7.com - Sampah plastik saat ini sudah mencapai taraf yang mengkhawatirkan. Rata-rata orang di Indonesia menggunakan 1-10 kantong plastik sekali pakai setiap harinya. Dengan jumlah tersebut Indonesia telah menghasilkan sampah plastik sekitar 700/orang setiap tahunnya. Dan dari jumlah tersebut hanya 5% nya saja yang bisa didaur ulang, sedang sisanya dibuang ke TPA.

Dalam rangka memerangi sampah plastik, Puskesmas Bawen bekerja sama dengan komunitas Ijo Lumut Salatiga mengadakan workshop pengelolaan sampah plastik dan sampah organik di Lingk. Kerban Kelurahan Harjosari Kec. Bawen Kab. Semarang, Kamis (29/10/20).

Dani Tri Wahyu Utami, staff Puskesmas Keliling (Kesling) Bawen menuturkan bahwa workshop kali ini merupakan salah satu program Kesling Puskesmas Bawen dalam rangka pemanfaatan limbah rumah tangga serta pengurangan limbah plastik.

"Untuk menyukseskan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) kami sudah melakukan workshop ini di 9 wilayah di ruang lingkup Puskesmas Bawen. Yaitu di desa Samban, Poncoruso, Lemah Ireng, Kandangan, Polosiri, Doplang, Asinan, Kel. Bawen dan Kel. Harjosari," ungkapnya kepada harian7.com.

Workshop diawali dengan sesi pengolahan limbah plastik menjadi berbagai bentuk kerajinan tangan dan hiasa yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Menurut Kristanto Irawan dari komunitas Ijo Lumut, sampah plastik bisa digolongkan menjadi 2 jenis. Yang pertama adalah plastik yang agak tebal dengan alumunium foil di dalamnya sedang yang satu lagi adalah jenis plastik yang tipis, seperti kantong kresek.

"Untuk plastik yang lebih tebal seperti pembungkus kopi, minyak, makanan hewan, bisa diolah menjadi tas, dompet, kantong belanja, tempat minum dan lain-lain. Sedangkan plastik kresek bisa dijadikan aneka jenis bunga, sepatu, dompet, dan lain-lain," ungkap Kristanto.

Dalam mengolah plastik jenis kresek, Kristanto menggunakan metode setrika. Jadi bagian bawah kresek dipotong untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Setelah itu letakkan kresek yang tebal/trashbag lalu letakkan beberapa kresek diatasnya ( sesuai selera ) selanjutnya tutup dengan kertas minyak atau kertas koran. Tahap selanjutnya setrika seluruh permukaan hingga plastik menyatu. Setelah itu balik dan setrika lagi. Kuncinya adalah selalu meletakkan kertas minyak atau koran diatas permukaan yang mau disetrika agar plastik tidak lengket di setrika. Setelah lembaran plastik selesai disetrika tinggal bentuk/gunting sesuai motif yang diinginkan.

Sementara itu di sesi kedua ada workshop tentang pembuatan eco garbage enzyme dengan memanfaatkan sisa sayur atau kulit buah.

"Dengan membuat dan memakai eco enzyme ini kita sudah berpartisipasi menjaga kondisi tanah dan lingkungan dengan mengurangi sampah dapur yang menghasilkan gas methane yang bisa menyebabkan pemanasan global, selain itu, kita pun sudah ikut andil dalam mengurangi polusi akibat penggunaan bahan kimia," papar Dwi Sasongko dari komunitas Ijo Lumut.

Lebih lanjut Dwi menjelaskan bahwa pembuatan eco enzyme ini sangat mudah. Hanya menggunakan air, molase ( tetes tebu )/ gula jawa/ gula aren, sisa sayuran/kulit buah mentah dan tidak busuk serta botol plastik/jerigen dengan komposisi 60% air, 25-30% molase.

"Dalam pembuatan eco enzyme kulit buah/sayuran harus dipotong kecil-kecil tujuannya untuk mempercepat proses fermentasi. Setelah itu campur semua bahan dalam wadah lalu ditutup rapat dan biarkan selama 3 bulan. Setelah itu saring ke dalam wadah baru dan eco enzyme pun siap digunakan. Dalam penggunaannya cukup ambil 10ml dan larutkan ke dalam 300ml air. Eco enzyme ini banyak manfaatnya salah satunya bisa digunakan sebagai obat kumur bahkan bisa digunakan sebagai pengganti sabun mandi maupun shampo," pungkas Dwi. (Fe)

Iklan