Iklan

Iklan

,

Iklan

GAMELAN SEBAGAI BUDAYA DAN IDENTITAS

Redaksi
Rabu, 02 September 2020, 16:32 WIB Last Updated 2020-09-02T09:32:05Z
Sofian Mohammad


Catatan kecil menuju pelestarian budaya lokal

Oleh : Sofyan Mohammad
Editor: Bang Nur

OPINI,harian7.com - Dalam mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Batara Guru pada 167 Saka (atau 230 M), dewa yang memerintah sebagai raja seluruh Jawa dari sebuah istana di Wukir Mahendra Giri di Medang Kamulan (sekarang Gunung Lawu). Batara Guru menciptakan gong sebagai sinyal untuk memanggil para dewa.


Gamelan sebagai salah satu warisan budaya yang adhi luhung maka harus dilestarikan mengingat gamelan memiliki nilai filosofi dan nilai estetika yang luar biasa indahnya. Budaya merupakan warisan dari generasi terdahulu pada generasi muda saat ini. Oleh karena itu pentingnya budaya untuk dilestarikan agar tetap eksis.


Secara filosofis gamelan Jawa merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Hal demikian disebabkan filsafat hidup masyarakat Jawa berkaitan dengan seni budayanya yang berupa gamelan Jawa serta berhubungan erat dengan perkembangan religi yang dianutnya.

Pada masyarakat jawa gamelan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Gamelan memiliki keagungan tersendiri, buktinya bahwa dunia pun mengakui gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Gamelan merupakan alat musik yang luwes, karena dapat berfungsi juga bagi pendidikan.

Gamelan merupakan alat musik warisan tradisi Nusantara yang berbeda di setiap daerah atau wilayah di Indonesia. Gamelan memiliki tangga nada (laras) yang berbeda dengan alat musik barat. Dalam hal pembuatan terdapat filosofi tertentu, seperti saat membuat gamelan, empu (pengrajin) gamelan harus melakukan ritual yakni puasa seharian penuh, memakai pakaian berwarna putih dan dibuat pada hari tertentu.

Ada  kepercayaan jika tidak berpuasa maka badan mudah berkeringat. Jika keringat jatuh ke besi tempaan maka gamelan yang dihasilkan tidak sempurna. Sedangkan menggunakan pakaian putih merupakan simbol bahwa dalam membuat gamelan harus dengan pikiran dan raga yang suci dan bersih. Terakhir, waktu tidak bertentangan dengan kepercayaan masyarakat kejawen misalnya bulan suro, kliwon ataupun lainnya.

Hal ini yang kurang dipahami oleh mayoritas generasi muda yang kini lebih akrab dengan musik barat. Penyebaran musik barat begitu mudah menjangkit generasi muda melalui internet atau lebih tepatnya media sosial. Padahal secara filosofi musik gamelan lebih menarik dan menjadi ikon musik Indonesia yang perlu dikenalkan di tingkat global.

Gamelan sebagai musik tradisional merupakan ciri khas bangsa yang harusnya dilindungi bahkan dilestarikan. Musik tradisional sendiri bagi kehidupan merupakan suatu esensi tersendiri yang membuat kita sebagai bangsa Indonesia bangga karena di negeri sendiri mempunyai musik tersendiri yang tidak kalah bagusnya dengan musik luar.

Orang luar negeri yang datang ke Indonesia mempelajari musik tradisional Indonesia contohnya gamelan datang dengan semangat untuk mencuri karya musik tersebut dan dikembangkan menjadi milik sendiri. Maka jika tidak dijaga musik tradisional tersebut perlahan–lahan akan hilang dari negeri kita bahkan dirampas.

Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah berbagai benua dan telah memunculkan paduan musik baru jazz-gamelan, melahirkan institusi sebagai ruang belajar dan ekspresi musik gamelan, hingga menghasilkan pemusik gamelan ternama.

Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set alat musik serupa drum yang disebut kendang, rebab dan celempung, gambang, gong dan seruling bambu. Komponen utama yang menyusun alat-alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan, misalnya gong berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.

Gamelan Jawa adalah musik dengan nada pentatonis. Satu permainan gamelan komplit terdiri dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog. Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 (C- D E+ G A) dengan perbedaan interval kecil. Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 (C+ D E- F# G# A B) dengan perbedaan interval yang besar. Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yaitu terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.

Bertolak dari catatan ringan ini bagaimana selanjutnya kita sebagai warga negara yang memiliki rekam jejak sejarah dan peradaban yang tidak kalah dengan bangsa bangsa lain di dunia maka pertanyaanya bagaimana persepsi mu tentang gamelan..? Bagaimana pendapatmu untuk melestarikan warisan budaya ini..?

* Tulisan ringan terinspirasi dari bunyi gamelan.
Disari dari berbagai sumber bacaan dan pustaka

** Pemerhati budaya dan sejarah sehari hari tinggal di Desa

Iklan