Iklan

Iklan

,

Iklan

Keluhkan Harga Penjualan Hasil Panenya, Petani di Lereng Gunung Merbabu Dirikan "Bendera Setengah Tiang" Di Lahan Pertanianya

Sabtu, 29 Agustus 2020, 12:15 WIB Last Updated 2020-08-29T08:05:36Z
Antonius Bojezta salah satu petani di lereng gunung Merbabu mendirikan bendera setengah tiang dilahan pertanian sebagai ungkapan keprihatinanya mengenai anjloknya harga hasil Pertanian

Penulis : Ady Prasetyo Ka-Biro Kedu


MAGELANG, harian7.com - Para petani di daerah Kabupaten Magelang dan sekitarnya mengeluhkan anjloknya harga penjualan berbagai hasil pertanian seperti sayur mayur. Ini adalah masalah besar bagi para petani yang setiap harinya mengandalkan hasil panen dari lahan pertanianya guna mencukupi kebutuhan hidup diri dan keluarganya.


Sejak awal bulan Agustus tahun ini hasil panen para petani seakan tak ada harganya, sebagai contoh harga komoditas Sayuran yang berhasil dirangkum oleh harian7.com dari para petani maupun pedagang, harga Bakcei Rp. 300, Centul Rp. 250 Sementara Seledri Rp. 1000.


Buncis hanya laku seharga Rp. 750 (Tujuhratuslimapuluh Rupiah), sementara harga Kol / Kobis hanya seharga Rp. 500 (Limaratus Rupiah), yang masih cukup baik hanya harga Wortel dengan harga Rp. 2.000 (Duaribu Rupiah), papar Antonius Bojezta (30) petani sekaligus pedagang sayur asal Dusun Pogalan Bawah Desa Kaponan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang.


Para petani sangat menderita akibat turunya harga hasil panen dari  pertanian kami khususnya sayuran, biasanya harga Tomat berkisar Rp. 3000 (Tigaribu Rupiah), kini hanya laku seharga Rp. 500 (Limaratus Rupiah), Cabai Rawit atau yang lebih dikenal (Lombok Syetan Red:) biasanya sekitar 25.000 (Duapuluhlimaribu Rupiah) hingga seharga Rp. 60.000 (Enampuluhribu Rupiah) namun saat ini hanya laku seharga Rp. 5.000 (Limaribu Rupiah), cabai keriting yang dihari hari sebelumnya masih seharga Rp. 25.000 (Duapuluhlimaribu Rupiah) kini hanya seharga Rp. 7.000 (Tujuhribu Rupiah). Dengan anjloknya harga seperti ini para pedagang juga sangat kesulitan untuk menjual lagi, biasanya bila harga itu baik kami justru lebih mudah untuk menjual lagi, Paparnya, pada Sabtu, (29/08/2020)


Disisi lain, Priyanto (34) petani asal warga Dusun Kenanggan, Desa Kaponan mengaku sangat sedih dan kebingungan menerima kenyataan seperti ini, ia menerawang jauh ke lahan pertanianya yang masih ada sebagian tanaman yang belum dipanenya.


" Jangankan untuk mengembalikan biaya modal penggarapan lahan serta pembelian pupuk, bibit maupun obat-obatan. penjualan dengan harga segitu bila digunakan sebagai biaya pemanenan dan ongkos untuk menjual ke pasar saja tidak cukup, bahkan ada beberapa orang yang tega nekat membabati tanamanya karena merasa kesal dan stres," imbuhnya. 


Selain anjlognya harga, para petani di sekitar lereng gunung merbabu sisi bagian barat tambah menderita karena tanaman cabai maupun tomatnya banyak yang roboh terkena serangan angin besar pada beberapa hari dalam minggu ini. (*)

Iklan