Iklan

Iklan

,

Iklan

Impian Punya Rumah Sendiri Akhirnya Tercapai Meski Hanya Terbuat Dari Anyaman Bambu, Riyati: Trimakasih Atas Kepedulian Masyarakat

Redaksi
Senin, 13 Juli 2020, 00:20 WIB Last Updated 2020-07-12T17:20:33Z
Riyati didampingi putranya.

Laporan: M.Nur

SALATIGA,harian7.com - Riyati (48) seorang janda Warga Dusun Wora Wari Desa Genting Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang, tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya karena saat ini sudah memiliki rumah sendiri, meski hanya terbuat dari anyaman bambu. Walau bangunan rumah tersebut hanya berukuran tak besar,  namun banginya cukup untuk tempat berteduh dan beristirahat.


Saat ditemui wartawan baru baru ini, nampak raut wajah Riyati mengisaratkan rasa bahagianya sembari tersenyum di rumah bambunya. Dia  mempersilahkan wartawan untuk masuk rumah dan duduk di amben, atau balai-balai papan yang diletakkan di sudut ruang tengah rumahnya.


Meski amben yang tampak begitu sempit karena diperuntukan untuk duduk tamu sekaligus untuk dijadikan tempat perabot rumah tangga seperti panci, nampan dan piring. Untuk menyambung hidup dia dan seorang anaknya, setiap pagi dirinya membuka lapak bubur sayur.

"Saya menjual bubur baru dua bulan ini, berawal dari lebaran kemarin dapat beras fitrah banyak sekali. Jadi ada pikiran, memanfaatkan beras buat jualan. Lumayan untungnya sekitar 15 ribu per hari,"beber Riyati mengawali perbincanganya.


Diungkapkanya, lapak bubur tempat ia mengais rejeki hanya berupa meja kecil yang diletakkan di depan rumah tetangganya, di sebelah rumahnya. "Karena rumah saya belum ada serambi jadi nunut jualan di serambi rumah sebelah,"tuturnya.


Dalam perbincanganya, dengan bangga dan penuh rasa syukur Riyati  menyebut 'rumah saya' karena memang rumah yang ditempatinya ini merupakan kebahagiaan  barunya. Dia tidak membayangkan bisa punya rumah sendiri. "Karena semuanya seperti tidak mungkin, seperti tidak ada jalan keluar,"ungkap perempuan tangguh ini sembari menghelai nafas.


Bagaimana tidak merasa bangga, dengan hanya berprofesi  sebagai pekerja serabutan selama bertahun-tahun hasilnya tentu masih jauh dari cukup untuk membangun sebuah rumah. Namun dengan adanya kebaikan masyarakat sekitar kini ia memiliki rumah sendiri.


Selama bertahun - tahun, wanita paruh baya ini bekerja apapun demi bertahan hidup ia dan buah hatinya. Ia terkadang dulunya bekerja sebagai pembantu rumah tangga, tukang pijat , jual bakso bahkan pernah bekerja sampai tukang bangunan.


"Yang penting halal saya rela bekerja apapun. Meski tak pernah mengeluh, namun saya memiliki satu kendala yakni berat badan. Sehingga saat bekerja membuatnya tidak mudah bergerak gesit. Bahkan kerap dikeluarkan  dari pekerjaan karena kegendutan," bebernya.


Impian untuk mempunyai rumah sendiri sebenarnya sudah lama, namun hasil dari bekerja buruh tidak cukup untuk bangun rumah, karena hanya pas pasan untuk makan saja.

"Bertahun-tahun saya hidup numpang di rumah saudara. Pasti ada nggak enaknya dan gampang ada masalah. Sampai pada waktu saya diminta keluar dari rumah saudara saya. Saya bingung mau berteduh dimana. Untung tetangga disini baik-baik. Mereka membantu saya," ucap Riyati dengan nada lirih saat mengutarakan kisah perjalanan hidup yang pahit.


Berulang saat hatinya mengalami kegundahan tak jarang ia sering mencurahkan isi hatinya kepada tokoh warga setempat. Tanpa disangka kini curahan hati akhirnya ditanggapi para warga dengan ide  gemilang. Warga yang sudah berdiskusi akhirnya memutuskan akan membangunkan rumah untuk Riyati.

Menanggapi curahan hati Riyati, seorang tokoh masyarakat sekitar, dia adalah Jumadi (40) merasa iba dan berinisiatif untuk membangun rumah.

"Kasihan kalau diusir, mau tinggal dimana?"ujar Jumadi.


Diungkapkan Jumadi, bermula dari rasa simpati itulah warga bergegas mewujudkan ide pembuatan rumah tersebut. Beruntung Riyati masih punya tanah warisan dari orang tuanya sehingga rumah bisa didirikan diatas sendiri. "Tidak apa-apa nanti tidak punya lahan,yang penting punya rumah,"kata Jumadi menirukan ucapan Riyati. 


Dijelaskanya, pembangunan rumah Riyati dari tekad seorang warga yang datang pertama kali untuk menyumbangkan kayu. Disusul aparat dan tokoh Dusun bergerak menarik iuran seluruh warga.


"Setiap  Kepala Keluarga wajib setor 25 ribu.Kalau lebih ya tidak apa-apa. Juga ada dana desa 1.5 juta untuk modal pertama,"jelas Jumadi lagi.


Terkumpulah dana kurang lebih satu juta rupiah dari 40 KK yang diminta iuran. Dana itu langsung digunakan untuk pembangunan dasar.Namun niat baik jika kurang modal tetap  menyesakkan.

"Baru tahap dasar, uang sudah habis  ya terpaksa kami muter keliling dusun lagi narik iuran lagi,"kata Sutrisno, tokoh warga yang juga tukang bangunan yang berperan aktif dalam pembangunan rumah Riyati.

Usai iuran terkumpul, pembangunan dilanjutkan.Namun lagi-lagi macet  karena dana habis. "Solusinya utang uang tahlilan bapak-bapak, 700 ribu. Kalau kayu, atap ada saudaranya yang menyumbang,"jelas Sutrisno

Begitulah, rumah Riyati dibangun diatas kepedulian banyak pihak. Rumah anyaman bambu  senilai 4 juta rupiah ini sekarang sudah berdiri kokoh dan menjadi istananya bersama sang putra.

Riyati sangat berterima kasih sudah dibuatkan rumah oleh warga. Adapun kekurangan yang masih ada, dia maklumi. "Namanya juga sudah dibantu. Sudah matur nuwun. Harapannya besok bisa bikin kamar sendiri buat anak lanang. Nanti disekat triplek saja. Sama meja belajar, biar anak senang," ungkapnya penuh harap.

Selain kamar tidur terpisah untuk putranya, Riyati berharap bisa membuat kamar mandi sendiri. " Sementara masih numpang di rumah sebelah sama kadang ke kali."

Sementara untuk melanjutkan kehidupan, Riyati mantap meneruskan jualan buburnya. "Sama nanti ingin punya warung kecil-kecilan juga," kata Riyati lagi.(*)

Iklan