Iklan

Iklan

,

Iklan

Hindari Keliru Dalam Memaknai “New Normal”, Ini Kata Atikoh

Redaksi
Sabtu, 13 Juni 2020, 13:34 WIB Last Updated 2020-06-13T06:34:08Z
Atikoh Ganjar Pranowo.
SEMARANG,harian7.com - Menjelang masa new normal, kasus infeksi virus Corona (Covid-19) di sejumlah tempat justru meningkat, termasuk, di Jawa Tengah, di mana pada Rabu (10/6/2020) terjadi lonjakan kasus positif hingga 135 orang. Mengapa hal itu bisa terjadi.

Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo tak menampik peningkatan kasus Covid tersebut. Menurutnya, selain karena rapid test maupun swab test yang diperbanyak hampir di semua wilayah, juga karena sebagian masyarakat mulai abai dengan protokol kesehatan pencegahan Covid-19,  terutama penerapan physical distancing. Apalagi dengan budaya warga yang selalu mengedepankan silaturahmi.

Dia mencontohkan, saat beberapa kali berkeliling mendampingi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, masih ditemukan msyarakat yang tak mengenakan masker maupun bergerombol. Bahkan, begitu tahu yang datang adalah gubernur, mereka reflek berebut hendak bersalaman.

“Saya kesannya galak karena jadi berteriak ayo jaga jarak, jangan dekat-dekat, pakai masker. Dan kalau ke rumah orang disuguhi minum, mohon maaf kalau saya terpaksa menolak, karena lebih safe kalau bawa sendiri,” ungkapnya saat Webinar Ikatan Perawat Maternitas Provinsi Jawa Tengah, dari Rumah Dinas Gubernur (Puri Gedeh), Sabtu (13/6/2020).

Atikoh menangkap, terminologi new normal ditangkap keliru oleh masyarakat. Mereka seolah-olah menggarisbawahi kata normal, yang juga ada dalam bahasa Indonesia, sehingga menganggap kondisi sudah normal seperti dulu. Padahal, mestinya diartikan persiapan kenormalan baru atau kebiasaan baru.

“Kalau new normal yang diingat normalnya, normal sebelum pandemi. Maka perlu edukasi di masyarakat. Kalau perlu istilahnya diganti, persiapan kebiasaan baru. Sehingga, jangan sampai salah persepsi sehingga mengakibatkan lonjakan kasus baru,” sorotnya.

Diakui, perempuan rentan terinfeksi Covid-19 karena perannya sebagai individu, dalam keluarga, dan masyarakat. Apalagi jika mereka memiliki anak balita maupun usia sekolah yang perlu pendampingan selama di rumah, ditambah jika si ibu juga mesti bekerja. Tingkat stresnya akan lebih tinggi.

Namun, perempuan juga memiliki peran penting dalam mengedukasi masyarakat, untuk bersama mencegah penyebaran virus tersebut. Tentunya, protokol kesehatan pencegahan Covid-19 mesti dikuasai. Tim Penggerak PKK pun memiliki kader hingga dasa wisma maupun di Posyandu, yang siap mengedukasi warga, tidak hanya seputar pandemi virus Corona, tapi juga terus mengingatkan pencegahan angka kematian ibu dan bayi, stunting, hingga menjaga ketahanan pangan keluarga melalui pemanfaatan pekarangan.

“Jangan sampai hanya fokus Covid atau AKI, tapi SDM (sumberdaya manusia) dilupakan. Dengan Jogo Tonggo, semua bisa bersinergi. Kader PKK, bidan, perawat, dan sebagainya,” jelas Atikoh.

Ditambahkan, program Jogo Tonggo di Jawa Tengah yang mengedepankan peran aktif masyarakat untuk lebih peduli kepada tetangganya, digulirkan untuk mengatasi berbagai persoalan, khususnya selama pandemi. Bentuknya beragam, mulai dari membuka dapur umum, catelan bahan pangan yang bisa diambil mereka yang membutuhkan, maupun gerakan belanja di warung tetangga. Namun, gerakan tersebut mesti berlanjut dan menjadi kebiasaan, meskipun nantinya pandemi Covid sudah berlalu.(Andi/rls/hms)

Iklan