Iklan

Iklan

,

Iklan

Nyonya Ganjar Pranowo: Perempuan Harus Lebih Peduli Lingkungan

Redaksi
Jumat, 22 Mei 2020, 00:15 WIB Last Updated 2020-05-21T17:15:24Z
Istri Gubernur Jawa Tengah, Siti Atikoh Ganjar Pranowo.
Editor: Shodiq

SEMARANG,harian7.com – Persoalan lingkungan merupakan masalah bersama yang butuh penanganan semua pihak, termasuk perempuan. Pasalnya, pengelolaan lingkungan merupakan tanggung jawab bersama, demi kebaikan dan kelestariannya.

Istri Gubernur Jawa Tengah, Siti Atikoh Ganjar Pranowo tak henti-hentinya melantangkan semangat, agar perempuan peduli terhadap lingkungan. Sehingga lingkungan bisa lebih terjaga dengan baik.

“Pelopor lingkungan banyak perempuan. Banyak yang bersinggungan mereka,” kata Atikoh di bincang daring siaran langsung di Instagram lewat akun @atikoh.s, dipandu Zuliati akun @pplpbinu, dari Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Nahdlatul Ulama (LPBI NU), tentang Perempuan Bicara Lingkungan, Kamis (21/5/2020) sore.

Dia menjelaskan, persoalan kepedulian lingkungan bisa diawali dari kebiasaan atau habit sehari-hari. Mulai dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar. Tentu penerapannya dengan praktik pada keseharian masing-masing. Sementara, untuk pengelolaan lingkungan secara garis besar membutuhkan sinergi semua kalangan.

“Pengelolaan lingkungan harus ada sinergi baik pemerintah, komunitas, dan lainnya,” tutur Atikoh.

Masyarakat, terang dia, bisa mulai dari memanfaatkan prinsip 4R yakni reduse, reuse, recycle, dan replace.  Reduse berarti  mengurangi dengan melakukan pencegahan bahan-bahan yang dapat menjadi sampah. Seperti membawa kantung plastik atau tas belanja saat berbelanja di minimarket, mal, atau pasar.

“Pakai kemasan thumbler, dicuci, ngirit. Kita terapkan juga ke anak. Bisa diisi air beberapa kali. Bisa hemat kemasan dan air juga,” paparnya.

Ditambahkan, selain reduse, masyarakat juga mesti membiasakan reuse  yaitu menggunakan kembali bahan atau sampah yang terbuang dan tidak terpakai, agar tidak terjadi penumpukan sampah di lingkungan.  Selanjutnya, recycle yaitu mendaur ulang kembali barang atau sampah menjadi bahan atau bentuk lain. Terakhir, replace yaitu mengganti barang-barang yang hanya dapat dipakai sekali, dengan barang yang lebih tahan lama.

Atikoh mengingatkan agar masyarakat hendaknya pro dengan lingkungan. Termasuk di dalamnya mereka bisa memanfaatkan produk yangg eco-friendly.

“Di masa Covid-19 mari bergandengan tangan memelihata lingkungan untuk kemasalahatan,” jelasnya.

Sementara Zuliati menambahkan, di kalangan LPBI NU beberapa kali melakukan kegiatan pemanfaatan sampah menjadi barang bernilai. Dia mencontohkan, baru-baru ini anggota mengolah sampah kertas koran yang dilinting hingga berbentuk seperti hiasan. Agar lebih menjual, hiasan itu dimasukkan ke dalam bingkai kaca.

“Dari lintingan sampah koran, menjadi suvenir. Akhirnya dijual mahal ini,” kata Zuliati sembari memperlihatkan suvenir tersebut.(Rls/Andi/Hms Jtng)

Iklan