Iklan

Iklan

,

Iklan

 


Mahasiswa Sumba di Jawa Menggelar Diskusi, Bertajuk, “Kondisi Mahasiswa Sumba Di Jawa Pada Masa Pandemi Covid-19”

Redaksi
Jumat, 15 Mei 2020, 00:10 WIB Last Updated 2020-05-14T17:35:30Z
Eliaser Wolla Wunga Ketua GAMKI Cabang Salatiga.
Penulis : Eliaser Wolla Wunga Ketua GAMKI Cabang Salatiga.

OPINI,harian7.com - Kamis 14 Mei mahasiswa sumba di pulau Jawa yang tergabung dalam Forum Komunikasi  Mahasiswa Sumba Di Jawa (Forum KMSJ) mengadakan diskusi virtual dengan tema “Kondisi Mahasiswa Sumba Di Jawa Pada Masa Pandemi Covid-19”. Forum ini di inisiasi oleh Eliaser Wolla Wunga mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Forum ini di adakan karena melihat realitas bahwa kurangnya diskusi kritis para mahasiswa Sumba di Jawa dalam masa pandemi covid-19.


Diskusi virtual ini mengundang 6 pembicara yakni Ratu N.B. Wulla, ST (Anggota DPR RI Asal NTT), Kresna Umbu Haingu, S.Ip (Pembina Mahasiswa IKS Semarang), Bene Dalupe S.IP, M.IP (Dosen Universitas 17 Agustus 1945, Jakarta), Masen Umbu L. Sobang (Ketua Umum Perwasus, Salatiga), Umbu Yogi Pratama (Ketua Umum IMSJ), Jerivan R. Njukambani (Ketua Umum IKS Solo). Diskusi ini dimoderatori oleh inisiator Forum KMSJ Eliaser Wolla Wunga. Dalam kesempatan salah satu pembicara Ratu N.B Wulla tidak sempat hadir dan mengikuti diskusi virtual karena susah login. Walaupun tanpa kehadiran salah satu pembicara peserta diskusi tetap bersemangat mengikuti diskusi. Hal ini dibuktikan dengan keterlibatan peserta yang mencapai 48 orang dan mampu bertahan sampai akhir diskusi.

Para pembicara dalam kesempatan ini memaparkan kondisi mahasiswa di kota masing-masing. Pada tempat pertama Umbu Yogi menyampaikan bahwa mahasiswa di jakarta saat ini berjumlah 300 yang terdata di Organisasi IMSJ. Kendala utama mahasiswa menurutnya belum melakukan pembayaran SPP karena ketiadaan dana, ketiadaan kuota internat untuk mengikuti kelas online, beberapa mahasiswa kuliah sambil bekerja namun karena covid-19 para mahasiswa di PHK dan menyebabkan mereka tidak bisa bekerja dan melanjutkan kuliah. Pada tempat yang kedua Jerivan mengatakan bahwa saat ini mahasiswa di Solo dari segi kesehatan cukup baik dan relatif aman, masalah pendidikan juga aman, namun masalah keuangan yang menipis. Berikutnya dia menyampaikan bahwa sudah bertanya dan bersurat kepada pemerintah daerah dengan menjelaskan kondisi namun belum ada respon sejauh ini.

Pada tempat yang ketiga Kresna Umbu menyampaikan bahwa Semarang saat ini masih aman dan stabil. Selain itu menurutnya kondisi covid-19 penting sekali untuk manage diri untuk IKS sudah menyiapkan data-data mahasiswa sumba yang ada di semarang. Selanjutnya dia mengatakan bahwa mahasiswa semarang tidak memikirkan mengenai sembako dan sebagainya karena mendapat bantuan dari pemerintah kota semarang namun yang jadi persoalan adalah tingkat kebosanan mahasiswa yang berada di kos-kosan dengan aktivitas yang terbatas. Pada tempat keempat Masen Sobang menyampaikan kondisi mahasiswa  Sumba di Salatiga tidak jauh berbeda dari Semarang. Apalagi terdapat bantuan rutin dari kampus seperti sembako yang saat ini sudah dibagikan dalam 4 gelombang. Selain bantuan dari kampus, juga mendapat bantuan dari Kesbangpol Semarang dan  Gubernur Jawa Tengah. Persoalannya hanya rasa jenuh berkepanjangan karena tidak dapat berkumpul dan bebas seperti biasanya.

Pada tempat kelima Bene Dalupe menyampaikan bahwa kondisi saat ini memang tingkat kebosanan bertambah namun perlu untuk tetap berpikir aktif dan kritis. Menurutnya yang paling terdampak adalah para mahasiswa yang orang tuanya adalah petani, nelayan, peternak dan sebagainya yang saat ini tidak bisa bekerja. Selanjutnya walaupun dia mengapresiasi langkah yang sudah di ambil pemerintah Sumba Barat Daya yang mendata mahasiswa yang lagi di perantauan untuk mendapatkan bantuan sosial, namun dia mengkritik waktu yang dipakai untuk pendaftaran sampai pengiriman berkas yang sangat singkat. Ketakutan utamanya adalah mahasiswa tidak mampu mengurus ini lebih cepat karena kondisi pembatasan sosial yang ada. Selain itu dia berharap bahwa penyaluran bantuan sosial  tidak menyimpang, dan mengingatkan anak sumba di tanah  rantau untuk saling memperhatikan.

Diskusi yang berlangsung kurang lebih 3 jam ini berlangsung dengan aman dan efektif dengan banyak perspektif yang disampaikan peserta diskusi. Hasil akhir dari diskusi ini menelurkan beberapa gagasan yakni perlu adanya kerjasama organisasi daerah sumba untuk bersama-sama menyurat kepada pemerintah daerah menyampaikan kondisi mahasiswa di Jawa, perlu berkaloborasi untuk  saling tolong menolong dan berkoordinasi.  Selain itu walaupun dalam waktu dekat akan ada pelonggaran PSBB diharapkan kita mampu menahan diri dengan tidak keluar-keluar kecuali ada sesuatu yang penting dan juga mari jangan pulang kampung dulu di masa-masa ini.(*)

Iklan