Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo. |
“Tentu sangat bergantung pada (proses)
input data. Misal data provinsi diinput jam dua siang (pukul 14.00), kabupaten
jam empat sore (pukul 16.00). Kedua admin sangat menentukan. Kemudian mereka
memasukan data di sistem yang berbeda, misal kita pakai corona.jatengprov.go.id,
sementara itu pusat dan daerah beda lagi,” ucap Yulianto, Jumat (24/4/2020) kemarin
sore.
Baca juga:
Ia menyebut, telah meminta izin
dengan pemerintah pusat untuk melakukan bridging data. Hal itu dilakukan
untuk meminimalisasi celah (gap) data. Pasalnya, input data antarwilayah
masih menggunakan sistem informasi (laman) yang berbeda-beda, yang
mengakibatkan adanya kesenjangan data.
Yulianto memberi gambaran, di Jateng
sendiri data terkait corona tidak hanya dimiliki oleh Pemprov. Masing-masing
kabupaten/ kota memiliki. Belum lagi, ratusan rumah sakit yang dijadikan
rujukan.
“Ada 13 rumah sakit lini pertama, 45
RS lini kedua dan 144 RS lini ketiga, memunyai admin masing-masing, input
datanya pun berbeda-beda (waktu). Oleh karena itu kita akan mem-bridging
dari satu sistem ke sistem lain. Perbedaannya lebih ke situ, tidak ada maksud
menyembunyikan. Namun hingga kini perbedaan data itu semakin tipis,” ujarnya.
Hingga Sabtu (25/4/2020) pukul 10.52
jumlah pasien positif Covid-19 di Jateng mencapai 586 orang. Dari jumlah
tersebut, sebanyak 452 orang dirawat, 70 orang dinyatakan sembuh dan 64 orang
meninggal dunia.
Puncak Wabah Covid-19
Ditambahkan, Mei hingga Juni
mendatang diprediksi sebagai puncak wabah Covid-19. Oleh karenanya, Pemprov
Jateng berupaya untuk menekan pertumbuhan kasus positif dan menyiagakan rumah
sakit rujukan untuk menyediakan ruang perawatan, peralatan medis, jumlah
petugas dan relawan maupun ruang isolasi.
Selain itu, pemerintah desa atau
kelurahan diminta berpartisipasi aktif melakukan deteksi dan upaya isolasi.
Terkait dana bidang kesehatan, pihaknya juga telah melakukan re-focusing
dana sekitar setengah triliun rupiah, guna mengatasi pandemi ini.
“Kami (Dinkes) bersama Dinas
Perhubungan, petugas keamanan serta dinas terkait, melakukan penjagaan di tujuh
pos kesehatan di perbatasan, untuk melakukan screening orang dari luar
kota yang datang ke Jateng. Meski ada larangan mudik, namun yang terpaksa akan
diberi status sesuai level kesehatan, apakah ODP, OTG atau PDP bahkan positif,”
tuturnya.(Tia/rls/Diskominfo Jateng)
Yulianto menyebut, tak semua pemudik
akan dirawat di rumah sakit. Mereka yang kedapatan memiliki gejala penyakit dan
memburuk diharuskan dirawat di rumah sakit. Sedangkan, mereka yang tidak
menunjukan gejala sakit, tetap diharuskan melakukan isolasi mandiri.
Menururnya, sediaan alat pelindung
diri (APD) mencukupi untuk maksimal lima hari ke depan. Namun, pasokan
pelindung diri petugas kesehatan semakin membaik.
“Kita persiapkan sambil jalan, tidak
bisa sakdek saknyet (tiba-tiba),” urainya.(Tia/rls/Diskominfo Jateng)