Anggota Polsek Bringin saat membersihkan lumpur pasca banjir menerjang wilayah Desa Kalikurma.(Foto: Shodiq - harian7.com) |
Pantauan harian7.com di lokasi terdampak banjir , endapan- endapan lumpur dan sampah masih terlihat mengotori rumah - rumah warga. Walaupun sejak Minggu (08/03/2020) malam kemarin, sudah di bersihkan.
Warga saat membersihkan lumpur yang masuk rumah pasca banjir.(Foto: Shodiq-harian7.com) |
Menurut keterangan yang berhasil di himpun harian7.com, Rumah warga yang terdampak banjir kurang lebih 10 rumah berpenghuni dan 2 tidak berpenghuni serta 1 Mushola. Adapun Jumlah warga terdampak 12 KK dan 36 warga.
Menurut Kepala Desa Kalikurmo Mahmudi mengatakan , penyebab banjir di duga sedimentasi tanah dan material organik di dasar sungai Kalikurmo sehingga menyebabkan pendangkalan Sungai. Hal tersebut, berpotensi menyebabkan air meluap kepemukiman warga (banjir -red).
" Kami mewakili Warga Krajan Kalikurmo mengharap kepada instansi terkait untuk menormalisasi Sungai Kalikurmo dengan cara mengeruk endapan lumpur dan membuatkan tanggul penahan air, panjang yang harus di normalisasi cuma 400 meter kok," harapnya.
Sungai penyebab banjir yang menerjang Kalikurmo. |
" Kalau tidak segera di lakukan normalisasi, warga Kami akan terus menerus jadi langganan banjir, setiap kali daerah atas hujan lebat Dusun Krajan pasti banjir, " tambahnya.
Ungkapan senada di ungkapkan salah satu warga terdampak banjir Wahyu (46) , Dia mengamini apa yang di sampaikan Kades Kalikurmo .
" Ya harus segera di keruk kalinya, kalau perlu di bangun tangggul, 3 tahun lalu pernah di keruk tapi tidak maksimal," kata wahyu yang mengalami kerugian ratusan tanaman porang dan 4000 bibit lelenya hilang diterjang banjir.
Sementara itu , Koordinator Relawan Komunitas Peduli Bencana (Rekomina) M Basri menyatakan , bahwa ada beberapa cara untuk mengurangi dampak sedimentasi.
Diantaranya memulihkan fungsi bantaran sungai sebagai daerah resapan yaitu dengan cara membuat Urban farming di lereng sungai untuk meningkatkan kemampuan tanah meresap air.
Selanjutnya , cara lain adalah pembuatan lubang biopori sebagai tempat peresapan air.
"Untuk masalah sedimentasi yang terjadi di sungai, upaya pemerintah yang umum dilakukan adalah pengerukan danau. Hal tersebut sudah sering dilakukan di beberapa sungai," ucapnya.
"Pengerukan sungai bertujuan untuk merevitalisasi fungsi sungai tersebut menjadi sungai resapan dan pengendali banjir. Namun hal tersebut masih kurang efektif karena dampak sedimentasi seperti banjir masih terjadi," jelas Basri.
Upaya yang paling efektif untuk sedimentasi pada sungai adalah membenahi daerah tepi sungai dari hulu sampai muara. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, pembenahan tidak bisa dilakukan hanya di satu titik saja. Reboisasi dan pembuaatan biopori saja sudah efektif jika terjadi kerjasama dan komitmen antara pemerintah daerah dan masyarakat yang baik," pungkasnya. (Shodiq)