Iklan

,

Iklan

Jeritan Hati Pemandu Karaoke (PK) Setelah Tutupnya Tempat Karaoke di Sarirejo, Rata-rata Kebingungan Cari Kerja

Redaksi
Minggu, 29 Maret 2020, 01:05 WIB Last Updated 2020-03-28T18:07:34Z
Weni dan Tya, usai ngobrol dengan harian7.com di tempat kos.(Foto: Heru Santoso - harian7.com)
SALATIGA, harian7.com – Ditutupnya tempat hiburan malam khususnya tempat-tempat karaoke di Salatiga ini membuat para pemandu karaoke (PK) atau pemandu lagu (LC) mengaku sangat berat. Pasalnya, harusnya menghadapi bulan puasa atau lebaran ini sudah mulai mengumpulkan uang untuk persiapan lebaran bersama keluarganya. Namun, bagaimana lagi kalau harus “istirahat” tidak kerja. Dari penelusuran harian7.com kepada sejumlah pemandu karaoke (PK) ini, mereka meminta namanya disamarkan.

“Awalnya yha kaget om, dengan harus ditutupnya karaoke ini. Ini mau tidak mau, kami para pemandu lagu/pemandu karaoke (PK) harus istirahat tidak kerja. Dan tentunya tidak ada pendapatan. Namun, bagaimana lagi jika ini memang keputusan pemerintah dalam menghadapi penyebaran virus corona ini,” kata Weni (30) dan Tya (26) dua pemandu karaoke (PK) yang biasa memandu lagu di kawasan karaoke Sarirejo RW 09 Salatiga ketika ditemui harian7.com di tempat kos daerah Kemiri, Salatiga, Jumat (27/03/2020) malam.

Ditambahkan dua perempuan yang berasal dari Temanggung ini, bahwa setelah tempat karaoke tutup hingga belum diketahui sampai kapan harus operasional lagi ini, keduanya mengaku bingung. Mau pulang kampung, uang yang dimilikinya sangat terbatas. Mau tinggal di kos, jika tidak ada penghasilan juga semakin bingung. Selain itu, mau kerja lain sudah tidak mungkin lagi.

Namun, keduanya tidak patah semangat dalam mendapatkan uang dengan jalan yang halal. Tetap berusaha kesana-kemari mencari kerja baru. Ternyata, ibu kos ikut membantu memikirkan jalan keluarnya untuk mendapatkan kerja. Dikala bingung, ibu kos sebut saja Bu Aa menawarkan kerjaan di rumah makan yang pemiliknya masih saudara Bu Aa itu. Tawaran itupun langsung diterimanya karena memang kerjaan halal. Keduanya juga mengaku terima kasih akan jalan keluar ini.

“Kami berterima kasih dengan Bu Aa yang membantu mencarikan pekerjaan ini. Semoga saja dapat kerasan di tempat kerja rumah makan ini. Bahkan, pemilik rumah makan ini, masih mengijinkan jika nantinya mau nyambi menjadi pemandu karaoke. Kalau teman saya Tya memang tidak bisa masak namun pinter membuat roti maupun yang snack lain. Yha ini, jalan Tuhan. Karena kami berdua dengan Bu Aa itu sudah seperti anak dengan ibu kandungnya sendiri, jadi sama-sama saling membantu. Dan selama hampir enam bulan tinggal di kos nya, hubungan kami baik-baik,” cerita Weni dan Tya sambil menikmati minuman kopi jahe dengan harian7.com, di teras rumah kos.

Keluhan kedua PK tersebut ternyata juga dirasakan PK-PK yang lain. Jika Weni dan Tya merasa beruntung mendapat pekerjaan baru atas bantuan ibu kos, namun banyak temannya yang lebih bingung. Pasalnya, setelah tidak lagi menjadi PK, ada yang diminta keluar dari tempat kosnya dan ada juga yang tetap tinggal di kos namun bekerja untuk pemilik rumah kos. Ternyata, jeritan hati pemandu karaoke itu setelah tidak lagi kerja aneka ragam. Ada yang pilu, resah, gundah bahkan ceria.

“Saya dan teman saya ini, setelah karaoke di Sarirejo hanya pasrah saja. Mau kerja apa lagi juga bingung. Beruntung, pemilik rumah kos malah menawari jika tidak ingin pulang dapat kerja di rumahnya. Akhirnya pekerjaan itu saya terima. Saya menjadi pembantu rumah tangga dan teman saya kerja sama di rumah anak bapak kos di daerah Ledok, Salatiga. Bagi saya kerjaan pembantu rumah tangga itu mulia dan juga halal. Teryata, bapak kos dan anaknya memang butuh pembantu rumah tangga, saya tidak memasalhkan kerjaan ini. Justru sangat berterima kasih pada bapak kos,” terang Nur (28) dan Rita (31), keduanya berasal dari Boyolali dan Purwodadi yang merupakan teman akrab Weni dan Tya.

Bahkan, Nur dan Rita ini mengaku masih saudara ini, baru sekitar tiga bulan menjadi pemandu karaoke (PK) di Salatiga. Sebelumnya, sempat menjadi PK di Bandungan. Pindah Salatiga juga atas jasa Weni dan tempat kos juga saling berdekatan dengan Weni dan Tya. Selain menjadi PK di daerah Sarirejo, sebelumnya juga sering diminta nyanyi dalam acara-acara rapat ataupun resepsi pernikahan.

“Saya nyanyi tidak hanya menjadi PK saja, namun sering diminta nyanyi solo organt saat ada acara rapat-rapat di hotel maupun dalam acara mantenan. Ya mau gimana lagi, namanya cari uang, yang penting halal dan mengganggu orang lain. Semua ini demi anak saya di kampung. Sekarang ini anak saya sudah kelas 3 SD dan yang merawat orangtua saya. Kalau harus balik kampung, sangat tidak mungkin. Yha ada tawaran kerja lain, apa salahnya saya terima,” urai Rita yang sempat menitikkan air mata karena terharu atas bantuan bapak kos yang ikut memikirkan dirinya dan saudaranya itu untuk mendapatkan kerja.

Dari pantauan harian7.com setelah karaoke di Sarirejo tutup hingga batas waktu yang belum jelas, memang rata-rata para pemandu karaoke (PK) kaget bahkan bingung harus kemana lagi mencari kerja. Kalau yang tidak kos, tidak terlalu bingung karena suami masih kerja. Sedangkan yang janda dan harus kos, penutupan karaoke itu menjadi jalan terjal dalam mendapatkan penghasilan. Apalagi, sebentar lagi lebaran, ini yang menjadi kebingungan rata-rata para pemandu karaoke. (Heru Santoso)

Iklan