UNGARAN, harian7.com - Pameran Cagar Budaya dibuka secara
umum di Museum Pandanaran, Desa Candirejo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten
Semarang, Selasa (22/10/2019). Pembukaan pameran dilakukan oleh Kepala Dinas
Pendidikan Kabupaten Semarang Sukaton dengan didampingi Camat Tuntang Lalu
Muhammad Maladi.
Benda cagar budaya yang dipamerkan di gedung Museum
Pandanaran diantaranya Arca Durga Mahesa Suramardini dengan tinggi 79 cm. Lalu,
Arca Siwa, Ganesha, Durga, gelang, lampu, genta, tempat pakinangan, Arca Nara
Tsima. Selain itu, dipamerkan pula fragmen bata, aneka batuan (batu candi,
kemuncak candi), Yoni, potongan kaki arca, mata uang kuno sebanyak 67 keping,
nandi, artefak motif ukir bunga pada batu andesit serta aneka keris. Bahkan di
pelataran museum dipamerkan ratusan batu kuno yang ditemukan di wilayah
Kabupaten Semarang.
Kabid Kebudayaan Pada Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang,
Adi Prasetyo mengatakan, bahwa pameran ini dibuka selama tiga hari mulai hari
ini Selasa (22/10/2019) hingga Kamis (24/10/2019) mendatang. Dalam pameran ini,
benda-benda cagar budaya yang ditemukan di wilayah Kabupaten Semarang seperti
batu-batuan candi pada abad 8, uang kuno, keris, batu Yoni maupun aneka arca.
"Kita disini akan mengundang anak-anak sekolah mulai
dari SD, SMP hingga SLTA di kabupaten ini untuk melihat benda cagar budaya yang
ditemukan di wilayah Kabupaten Semarang. Benda-benda jelas dilindungi.
Rencananya, pameran seperti ini akan kita gelar secara rutin dengan memgambil
tempat di Museum Pandanaran ini" jelas Adi Prasetyo kepada harian7.com,
Selasa (22/10/2019).
Benda-benda cagar budaya ini ditemukan menyebar di wilayah
Kabupaten Semarang dan harus benar-benar dirawat. Pasalnya, benar cagar budaya
ini tidak bisa dibuat dan merupakan peninggalan jaman dulu bahkan purba kala.
Adi Prasetyo, Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang. |
Sementara, beberapa pengunjung mengaku senang melihat
pameran benda cagar budaya ini. Hanya saja, benda-benda tersebut masih nampak
kurang terawat. Seperti batu-batu candi itu, harusnya dibersihkan lebih dulu
sehingga akan lebih menarik perhatian. Selain itu, penataan atau tata letak
belum maksimal.
"Misalkan saja, batu-batu yang berada di depan itu
lebih ditata kan akan lebih bagus. Kalau begitu, sepertinya barang yang kurang
akan penataan. Selain itu, untuk publikasi pameran ini dinilainya sangat minim.
Harusnya, museum ini benar-benar difungsikan," ujar Bu Mien, salah seorang
pengunjung pameran asal Bawen, Kabupaten Semarang. (Heru Santoso).