Iklan

Iklan

,

Iklan

Polemik Kata "Pancasila" Yang Dihilangkan Dalam Nama Alun Alun Salatiga, Siapa Yang Menghilangkan Kata Itu & Alasannya Apa ?

Redaksi
Selasa, 07 Januari 2020, 19:39 WIB Last Updated 2020-01-07T12:39:37Z
Djizno, Ketua Dewan Kesenian Salatiga (DKS).
SALATIGA, harian7.com - Buntut kata Pancasila yang hilang dalam nama Alun Alun Salatiga, tetap memicu berbagai pendapat dan komentar masyarakat Salatiga. Bukan hanya itu, penempatan ketiga patung Pahlawan Salatiga yang dinilainya sangat kecil dan tidak menonjol juga menuai kritikan.

Ketua Dewan Kesenian Salatiga (DKS) Djizno menyatakan, bahwa harusnya sebelum menentukan dan memutuskan membuat nama Alun Alun Salatiga itu, lebih dulu mengorek ke belakang bahwa sejak dulu kala lapangan tersebut sudah terkenal dengan nama Lapangan Pancasila. Bagaimanapun juga kata Pancasila selalu melekat.

"Harus diingat bahwa kata Pancasila itu sangat keramat bahkan menasional. Menurut saya, kata Pancasila harus dikembalikan dan menjadi Lapangan Pancasila. Atau, paling tidak pelaksana pembangunan harus lebih dulu mengetahui arti dari kata "alun-alun" terlebih dulu. Jangan asal menentukan nama, yang akhirnya menuai polemik seperti sekarang ini," jelas Djizno kepada harian7.com,  Selasa (7/1/2020).

Ditambahkan, bahwa dengan hilangnya kata Pancasila akan sangat mempengaruhi Salatiga. Pasalnya selama ini Kota Salatiga sudah dikenal jika masyarakatnya "Pancasilais", hal ini dengan mendapat penghargaan Kota Tertoleran. Ini sangat berkait erat. Harapannya, segera diganti menjadi nama Lapangan Pancasila dan sebutan ini sudah sangat melekat dan merakyat di masyarakat Salatiga.

Selain itu, tokoh seni di Salatiga ini juga menyayangkan dengan Patung Tiga Pahlawan Nasional asal Salatiga yang terpasang itu. Justru, bukan menonjolkan Tugu Pahlaean Salatiga tetapi yang ditonjolkan adalah ornamennya atau asesoris pendukungnya. Bahkan, nama ketiga pahlawan itu tidak kelihatan.
PY Parito, tokoh masyarakat Salatiga.
Sementara, Petrus Yustinus Parito (71) warga Tegalrejo Salatiga menyatakan, bahwa jika memang benar kata Pancasila akan dihilangkan dari nama Lapangan Pancasila itu, maka lengkap sudah jika Kota Salatiga itu memang benar-benar "aneh".

"Sejak dahulu kala, nama Lapangan Pancasila itu telah terkenal dan membahana mendunia. Dan dengan adanya pembangunan atau revitalisasi lapangan tersebut dengan nilai Rp 17 miliar, mengapa dengan "entengnya" kata Pancasila dihilangkan. Siapa yang mempunyai ide menghilangkan kata Pancasila itu ?. Sebutan "Lapangan Pancasila" itu sudah patent dan melekat," terang PY Parito.

Menurutnya, masyarakat Salatiga wajib mempertanyakan penghilangan kata Pancasila itu, alasannya apa dana punya tujuan apa berani menghilangkan kata Pancasila. Kalau pun menggunakan nama Alun Alun Salatiga juga sangat aneh. Harusnya kepala daerah (Walikota dan Wakil Walikota Salatiga) segera tanggap akan polemik ini.

"Kalau menurut saya, ini "keanehan" terbaru Kota Salatiga. Keanehan yang lain yang sebelumnya muncul diantaranya, pembangunan pasar-pasar yang sampai sekarang terbengkelai. Seperti Pasar Jetis, Pasar "Sapi" Rejosari, Pasar Raya, GOR Kridanggo, eks Terminal Soka dan lainnya, semua itu hanyalah menyisakan permasalahan dan entah kapan akan berubah?," tandasnya. (Heru Santoso).

Iklan