Iklan

Iklan

,

Iklan

Ada Gangguan Syaraf di Punggung dan Kepalanya, Dimas Andre Selama 12 Tahun Hanya Tergolek Lemas

Redaksi
Selasa, 03 Desember 2019, 08:53 WIB Last Updated 2019-12-03T02:49:34Z

UNGARAN, harian7.com - Bocah satu ini harusnya kini sudah duduk di Kelas 1 SMP, namun karena ada gangguan syaraf di punggung  dan kepalanya, akhirnya hanya bisa tergolek lemas dan pertumbuhannya pun mengalami gangguan. Dialah, Dimas Andre Kurniawan (12) yang kini berat badannya tidak  lebih dari 10 Kg. Bahkan, dalam kesehariannya Dimas tidak mampu untuk beraktivitas seperti anak-anak seusianya.

Ramelan, ayah kandung Dimas Andre ketika ditemui di rumahnya di Berokan RT 07 RW 06 Kelurahan Bawen, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang menceritakan, bahwa anak lelakinya yang juga anak nomor tiga ini, dilahirkan secara prematur saat usia kandungan istrinya lima bulan.

"Anak saya ini lahir pada saat istri sedang di kamar mandi dan terpeleset jatuh. Dari sini, lalu bayi dalam kandungannya itu harus segera dikeluarkan dan saat dikeluarkan ternyata laki-laki. Kini, usia Dimas Andre 12 tahun," kata Ramelan di rumahnya, Senin (2/12/2019).

Ditambahkan, bahwa sejak dilahirkan sudah dinyatakan ada gangguan saraf di punggung dan kepalanya. Bahkan, tenggorokannya juga sempit sehingga sangat mengganggu terhadap pita suaranya. Sejak itulah hanya bisa pasrah.

"Sejak lahir, Dinas itu sudah dinyatakan ada gangguan syaraf punggungnya dan di kepalanya. Serta tenggorokannya juga sempit. Kami orangtuanya mengetahui ini, hanya bisa pasrah saja dan berdoa," katanya sambil mendekap Dimas.

Baca Juga:


Dalam kesehariannya Ramelan bekerja secara serabutan. Semua ini demi memenuhi kebutuhan hidup serta mencari biaya untuk pengobatan Dimas. Pengobatan yang sudah dilakukan berbagai cara, dari yang tradisionil hingga cara medis.

"Saya berupaya mengobatkan  anak saya ini, mulai cata medis maupun pengobatan tradisionil ataupun alternatif. Dan ini telah berlangsung hingga empat tahun lamanya. Hasilnya, kepala Dimas dapat digerakkan, namun kini terapi itu sementara berhenti karena saya tidak ada biaya lagi," terangnya.

Ramelan yang telah bersusah payah bekerja apa adanya itu, penderitaannya bertambah sejak sang istri meninggal dunia setahun lalu. Isterinya meninghal dunia karena terserang kanker serviks. Dari sini, Ramelan harus konsentrasi menjaga dan merawat Dimas. Pasalnya, Dimas itu enggan diajak orang yang belum dikenalnya. Dan untuk merawat Dimas dibutuhkan tenaga ekstra.  Karena harus dengan perhatian dan perawatan khusus.

"Untuk merawat Dimas itu dibutuhkan tenaga yang ekstra dan perhatian khusus. Sejak saya tidak kerja, pemasukannya tidak ada. Bahkan, untuk membayar biaya sekolah kakak Dimas, Melati Suryaningrum yang kini sempat  Kelas III SMK di Bawen akhirnya menunggak pembayaran hingga lima bulan. Namun, akhirnya dapat terbayarkan setelah ada relawan yang membantu Melati," ujarnya.

Dimas sendiri jika tidur saat adzan Subuh berkumandang dan bangun rata-ratapukul 11.00 wib - 13.00 wib. Kalau.malam hari saya sendiri kadang ngojek, namun hanya Rp 5.000 - Rp 15.000. Semua ini saya lakukan demi anak-anak dan khususnya buat Melati agar bisa tetap ada uang saku dan mau berangkat sekolah. Sedangkan untuk kebutuhan makan sehari-hari, pasti bisa dan selalu ada. Namun, untuk Dimas makannya harus bubur sachet dan sekali makan dua bungkus. Untuk minum, Dimas maunya minum susu kental," ujar Ramelan lebih lanjut.

"Harapan saya sekarang ini, ingin membuka usaha warungan di depan rumah. Meski hanya jualan makanan kecil dan es untuk melayani warga sekitar. Dari sini, akan ada pendapatan. Selain itu, saya juga sangat berterima kasih kepada siapapu ln yang telah memberikan bantuan kepada Dimas ataupun keluarga saya. Sedikit atau banyak bantuan akan sangat bermanfaat bagi kami," tandasnya. (Heru Santoso)

Iklan