Iklan

Iklan

,

Iklan

 


Ganjar Pranowo : Dulu Kampung Kumuh Sekarang Jadi Kampung “Nyeni”

Redaksi
Jumat, 04 Januari 2019, 00:07 WIB Last Updated 2019-01-03T17:08:19Z
SALATIGA, harian7.com – Warga Pancuran, Kelurahan Kutowinangun Lor, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, Kamis (3/1/2019) siang, menyambut dengan gembira kedatangan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo untuk melihat langsung aneka lukisan pada tembok rumah milik warga.

Bahkan, Ganjar Pranowo menyatakan senang dengan perubahan di Kampung Pancuran ini. Dulunya terkenal dengan kampung kumuh namun sekarang ini menjadi kampung yang bersih. Dengan adanya lukisan mural di tembok rumah milik warga ini, nampak wilayah Pancuran semakin asri dan ‘nyeni’.

“Terus terang, saya suka melihat kampung disini. Jika dulu terkenal dengan kampung preman, namun sekarang ini lain dari lain. Dan, kesan kampung preman sudah hilang. Bahkan, kini menjadi kampung yang menarik untuk dikunjungi,” terang Ganjar Pranowo sambil keliling melihat-lihat aneka lukisan di tembok.

Baca Juga:
Diduga Sebarkan Identitas Anak ke Media, Komnas Anak Jateng Adukan Warga Semarang ke Polda Jateng


Menurutnya, apabila Kota Semarang mempunyai ‘Kampung Pelangi’, Kota Salatiga punya ‘Kampung Seni’ di Pancuran ini. Harapannya, warga Pancuran merawat kampungnya ini agar tetap bersih dan asri serta tetap enak untuk dikunjungi. Dikataan juga, bahwa penataan Kampung Pancuran ini bisa dijadikan model penanganan kampung-kampung kumuh di Jawa Tengah.

“Harapan saya, Pemkab/Pemkot di Jateng ini dapat saling bertukar dan belajar tentang penanganan seperti Pancuran ini. Yang terpenting adalah masyarakat semakin sadar akan pentingnya hidup sehat, bersih dan bahagia,” ujarnya.

Pada kunjungannya ini, Ganjar Pranowo menyempatkan juga melukis mural. Lalu, melakuka peninjauan pembangunan Pancuran Zero Point dan sholat di Langgar Nyai Kopek. Bersama warga Pancuran, ikut menyambut Gubernur Jateng dan rombongan adalah Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Kota Salatiga, Daryadi berserta Kepala OPD terkait di lingkungan Pemkot Salatiga.

Sementara, Ketua RW 04 Pancuran, Budi Sutrisno menyatakan, bahwa memang benar jika banyak orang dulu menyebut Pancuran itu dengan sebutan ‘kampung preman’ atau ‘kampung bromocorah’. Bahkan, saat itu orang dari luar Pancuran mau masuk Pancuran banyak yang takut.

“Sekarang ini, dengan kreasi seni dari para warga, yang salah satunya dengan melukis pada tembok warga, akhirnya kesan menakutkan hilang. Kini, banyak yang mengatakan jika Pancuran sekarang ini sudah berubah. Lukisan yang dibuat aneka macam, diantaranya lukisan pahlawan nasional Indonesia,” kata Budi.

Sejumlah warga Pancuran juga mengakui jika beberapa tahun lalu, memang kampung Pancuran ini dikenal dengan kampung preman bahkan kampung yang tidak lepas dari masalah kriminal. Pasalnya, hampir tiap hari selalu saja muncul masalah di kampung ini. Namun, kini hal itu telah hilang dan Pancuran kini sudah berubah jauh.

“Selain melukis tembok dengan aneka lukisan, warga juga giat membersihkan aliran sungai yang melintas di tengah kampung Pancuran ini. Bahkan, kalau ingin tahu bahwa munculnya ‘drumblek’ di Salatiga itu juga berawal dari warga Pancuran ini. Yang jelas, sekarang Pancuran itu menjadi kampung yang ramah dan tidak lagi menakutkan,” tandas Pak No (56) dan beberapa warga kepada harian7.com. (Heru Santoso)

Iklan