Iklan

Iklan

,

Iklan

 


Kementrian Kelautan Dan Perikanan RI Canangkan Kampung Sidat

Jumat, 23 November 2018, 12:21 WIB Last Updated 2018-11-23T05:21:51Z
Cilacap, Harian7.com – Guna menjaga dan melestarikan populasi sidat serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Kaliwungu, Cilacap, Badan Riset dan SDM Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI mencanangkan Kampung Sidat.

Pencanangan Kampung Sidat di Desa Kali Wungu, Kecamatan Kedungreja, Cilacap, dilakukan Kepala Badan Riset dan SDM Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Syarif Wijaya, bersama Food and Agriculture Organization (FAO) Perwakilan Indonesia dan Pemkab Cilacap, Kamis (22/11/2018) dihadiri Perwakilan FAO Indonesia Dr. Ageng Heriyanto, pejabat KKP, Sekda Cilacap, Drs. Farid Maruf, MM, Kepala Dinas Perikanan Cilacap, Ir. Sujito, M.Si, Forkopimda Cilacap dan Sukabumi, Lembaga Penyalur Modal Usaha Kelautan dan Perikanan, serta nelayan dan pelaku usaha perikanan.

Pencanangan tersebut ditandai dengan panen, penyebaran benih, dan pelepasan indukan sidat oleh Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia KKP RI, Syarif Wijaya, didampingi Ageng Heryanto dari Food and Agriculture Organization (FAO) Indonesia, Sekda Cilacap Farid Ma’ruf di sungai Cibeureum, Desa Kali Wungu.

Kepala Badan Riset dan SDM Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Syarif Wijaya mengatakan, Desa Kaliwungu ditetapkan sebagai kampung sidat, karena potensi lingkungannya menghasilkan sidat untuk kebutuhan ekspor dan domestik.

“Yang terpenting adalah memberikan edukasi kepada nelayan dan pembudidaya untuk mengambil dan mengelola ikan sidat dengan cara baik dan benar agar usianya lebih lama,” katanya.

Oleh sebab itu, menurutnya KKP RI melakukan kerjasama dengan FAO dan Pemkab Cilacap mengajak para pembudidaya dan nelayan tidak sekedar hanya mengambil sidat dari alam tetapi mulai membudidayakan.

“Kita besarkan sidatnya, saat ukuran mencapai 250 gram bisa dipanen dan diekspor. Seperempat dari budidaya ditebar ke alam, agar sidat mempunyai kesempatan untuk berkembang biak kembali,” ungkapnya.

Lebih lanjut Syarif menjelaskan, saat ini KKP RI kerjasama dengan Korea dan Jepang melakukan penelitian untuk pemijahan sidat agar bisa membudidaya hasil pemijahan sidat secara buatan, sehingga akan menghasilkan budidaya sidat yang lebih melimpah.

Sementara, Perwakilan FAO Indonesia Dr. Ageng Heriyanto mengatakan sidat merupakan komoditas yang tidak hanya memiliki nilai ekonomis tinggi, tetapi juga perlu di konservasi mengenai sumber daya yang ada di Cilacap.

“FAO menyadari bahwa sumber daya atau konservasi sumber daya itu tidak akan berjalan, jika nelayan yang berada di tingkat yang paling dekat dengan situasi atau akibat dari sidat itu tidak mendapat keuntungan,” tandasnya.

Oleh karena itu, jelas Ageng FAO bekerjasama dengan KKP untuk mengkombinasikan antara konservasi sumber daya dan keuntungan bagi nelayan.

“Hari ini adalah bukti bahwa kita melakukan 2 hal tersebut. Pertama kita melakukan konservasi dengan melepaskan beberapa indukan yang ada, kedua mendorong kelompok pembudidaya untuk melakukan budidaya yang berkelanjutan,” katanya.

Dia menambahkan, 4 tahun kedepan kami harus melaporkan bahwa Indonesia telah melakukan langkah yang benar untuk usaha konservasi sidat ini yang diminati oleh banyak orang.
FAO sangat mengapresiasi kerjasama yang erat di tingkat nasional baik dengan KKP dan ditingkat lokal dengan Pemkab Cilacap dan nelayan serta pembudidaya sidat Desa Kali Wungu.

“Ini yang harus kita promosikan ke tingkat dunia, bahwa Indonesia telah melakukan upaya yang berkelanjutan. Ini yang kami harapan dari acara hari ini,” imbuhnya.

Sekda Cilacap, Drs. Farid Maruf, MM, berpesan kepada kelompok sidat untuk lebih serius mengembangkannya, dari 50 anggota bisa berkembang menjadi lebih banyak pembudidaya sidat.

Secara ekonomi, menurutnya budidaya sidat sangat potensial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena sidat ini akan di ekspor ke jepang dan harganya 150 ribu perkilonya.

“Ini bisnis yang mengiurkan, namun bisnis yang benar dan tetap melestarikan ekosistem yang ada. Jangan sampai populasi sidat ini musnah, sehingga tetap harus menjaga dengan konservasi sumber daya sesuai arahan dari KKP dan FAO,” tandasnya.

Terpisah, salah satu penggagas Koperasi Minat Sidat Bersatu Desa Kaliwungu, Rudi Sutomo mengapresiasi perhatian yang diberikan baik oleh Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat.

Saat ini sudah sudah terbentuk kelompok dan koperasi untuk pemberdayaan masyarakat dalam budidaya sidat. Koperasi ini menjadi wadah bagi pembudidaya sidat.

“Harapan kami setelah kegiatan ini usai, Pemerintah tetap membimbing dan membina baik di bidang tekhnis, administratif maupun permodalan demi kemajuan budidaya sidat,” pungkasnya. (Rusmono)

Iklan