“Harusnya penjaga gawang itu tidak perlu menanggapi ocehan atau teriakan penonton atau supporter. Pemain itu konsentrasi pada pertandingan dan tidak mengurusi teriakan apapun dari penonton. Kalau ocehan atau teriakan penonton ditanggapi pemain, yha ujung-ujungnya pasti ribut,” kata sejumlah penonton menyikapi penjaga gawang CRT yang menanggapi teriakan supporter.
Hingga pertandingan babak kedua berakhir, masing-masing tim belum berhasil kebobolan dan skor tetap 0-0. Akhirnya, untuk mencari pemenang yang akan masuk dalam perempat final harus dilakukan dengan adu pinalti. Masing-masing tim dengan lima algojonya melakukan tendangan pinalti dan sama-sama satu penendang gagal melakukan eksekusi tendangan. Sehingga, masing-masing tim hanya berhasil menjebloskan bola ke gawang empat kali, skor tetap 4-4.
Wasit kemudian menambah penendang dalam adu pinalti ini untuk mencari pemenangnya. Empat penendang dari tim JRBC akhirnya berhasil menjebol gawang CRT, dan dari CRT hanya tiga penendang yang berhasil menjebol gawang JRBC. Dengan gagalnya satu penendang dari CRT itu, akhirnya skor akhir 8-7 untuk kemenangan JRBC Mlilir. Dengan kemenangan ini, JRBC akan menghadapi tim SSW Wonokerto (Bancak, Kab Semarang), Kamis (6/9) mendatang.
“Yang mungkin menarik adalah pertandingan Rabu (5/9), karena terjadi “Derby Tuntang”, karena akan mempertemukan tim Angkasa Muda (Kesongo, Tuntang) melawan Ganesha (Sraten, Tuntang). Kedua tim ini sama-sama mempunyai supporter fanatik. Seperti juga pada pertandingan perempat final pada Kamis (6/9) mendatang, antara tim SSW Wonokerto (Bancak) melawan JRBC (Mlilir), kedua tim ini juga sama-sama mempunyai supporter fanatik,” terang Agus Pras (49) dan Budiono (36), kedua penonton asal Tuntang, Kabupaten Semarang. (Heru)
