Iklan

Iklan

,

Iklan

Merti Dusun Warga Plakaran Gelar Wayang Kulit, Wabup Semarang : Ajak Generasi Muda Lestarikan Seni dan Budaya

Redaksi
Senin, 06 Agustus 2018, 04:14 WIB Last Updated 2018-08-06T01:23:59Z
Ungaran,harian7.com - Masyarakat Dusun Plakaran, Desa Karanganyar , Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang menggelar acara pagelaran wayang kulit dengan dalang Ki Gondo Wartoyo dari Boyolali dengan mengangkat lakon Banjaran Gatot Kaca, Minggu (5/8/2018) malam.

Acara ini di gelar sebagai wujud syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan limpahannya sehingga masyarakat dusun bisa dalam keadaan sehat dengan hasilbumi yang melimpah.

Dalam acara merti dusun dihadiri Wakil Bupati Semarang Ngesti Nugraha SH, Kapolsek Tuntang AKP K.Susanto, Forkompincam Tuntang, LSM ICI Jawa Tengah , LAPK Sidak, ADM Kebun Getas dan ADM Kampoeng Kopi Banaran atau yang mewakili serta tamu undangan lainya.
Wakil Bupati Semarang Ngesti Nugraha SH (Baju Merah) di dampingi Kapolsek Tuntang AKP K.Susanto (Jaket hitam) saat menghadiri acara merti dusun.

Menurut keterangan Mashuri (53) warga setempat kepada harian7.com mengatakan, Kegiatan ringgitan atau wayangan digelar setiap dua tahun sekali dan malam ini di meriahkan dengan Dalang Ki Gondo Wartoyo dari Boyolali.

"Kegiatan ini sudah menjadi budaya sejak dari leluhur dan kita sebagai masyarakat harus melestarikan,"katanya.

Lanjut Mashuri, acara pagelaran wayang kulit ini digelar dengan sumber dana swadaya dan dari para donatur.

Sebelumnya acara merti dusun ini kemarin pada hari Sabtu (4/8/2018) di adakan bersih kali Mojo, Cangkring, Kali Asinan dan Sumur kawak peninggalan Nyi Gito Kerti yang sekarang makamnya di Gunung Lateng Desa Setempat. Selain itu juga di adakan bersih makam yakni Makam Srambi dan Makam Kalongan.

"Harapan saya sebagai orang jawa dan generasi penerus, tentunya sangat mendukung dan bagaimanapun harus tetap di lestarikan,"terang Mashuri.

Kepala Desa Karanganyar, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Kustini mengatakan, acara Merti Dusun Diawali dengan acara serangkaian kegiatan bersih kali dan bersih makam.

"Malam ini sebagai puncak acara. Merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat dusun Plakaran  yang setiap dua tahun bisa menyelenggarakan acara tersebut,"ungkap Kustini saat di konfirmasi harian7.com.

Atas terselenggaranya kegiatan ini Kustini mengucapkan terimakasih kepada masyarakat dan para pihak terkusus para donatur sehingga acara ini dapat terselenggara dengan lancar.

"Atas terselenggaranya acara ini kami ucapkan trimakasih kepada panitia dan para donatur serta masyarakat, sehingga acara dapat terlaksana,"terangnya.

Kapolsek Tuntang AKP K.Susanto yang juga turut hadir dalam acara ini saat di konfirmasi harian7.com mengatakan, untuk pengaman acara ini pihaknya menerjunkan empat personil dan dibantu anggota TNI dari Koramil serta Linmas."Malam ini yang pam 4 personil dari Polsek Tuntang,"katanya.

Terpisah, Wakil Bupati Semarang Ngesti Nugraha SH saat ditemui harian7.com di sela-sela acara mengatakan, ia berharap setiap masyarakat dusun atau desa dapat melestarikan budaya tradisi merti dusun dengan berbagai macam keseniannya, termasuk wayang kulit. Selain agar tidak hilang dan diklaim negara lain, budaya luhur seperti wayang kulit juga menyimpan berbagai pesan dan ajaran moral bagi masyarakat.

“Secara pribadi maupun mewakili pemerintah, saya menyambut baik acara ini. Karena acara merti dusun dan pagelaran wayang kulit ini merupakan kebudayaan luhur yang kita miliki. Acara semacam ini juga sangat positif, karena dapat membangun karakter masyarakat khusus generasi muda dan sebagai ajang silaturahmi sesama warga,” katanya.

Lanjut Ngesti Nugraha, kegiatan merti dusun ini menjadi sebuah tradisi dan sudah berjalan sejak lama di wilayah Kabupaten Semarang. Dengan digelarnya kesenian wayang kulit ini perlu di lestarikan, karena wayang kulit bisa menjadi media sarana penyampaian baik sosialisasi progam pemerintahan maupun bidang ke agaman serta bidang yang lain.

"Harapan kita dengan diadakan kesenian pagelaran wayang kulit ini nantinya bisa langgeng,"ungkapnya.

Masih kata Ngesti Nugraha,  dengan adanya kelompok-kelompok kesenian di Kabupaten Semarang, saat ini pemerintah daerah Kabupaten Semarang mulai tahun 2017  ada anggaran  bantuan sarana prasarana kesenian. Harapan kita dengan adanya bantuan semoga bermanfaat untuk generasi muda dalam melestarikan budaya yang ada serta menciptakan iklim yang kondusif.

"Kesenian yang ada di Kabupaten Semarang ada berbagai macam, selain wayang kulit juga ada Kuda Lumping, Rebana, Drumblek yang mayoritas anggotanya anak-anak muda. Jadi dengan adanya bantuan diharapkan para generasi muda ini bisa melestarikan budaya dan kesenian peninggalan nenek moyang,"terang Ngesti Nugraha.

Tahun 2017 lalu Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang memberikan bantuan kepada 1000 kelompok kesenian. Sedangkan tahun 2018 ini kita rencanakan ada bantuan juga bagi kelompok kesenian yang belum dapat.

"Tahun ini kita rencanakan bantuan kepada kelompok kesenian yang belum dapat. Untuk jumlah kelompok kesenian sendiri saat ini di perkirakan ada sekitar 300 kelompok,"pungkasnya.

Dalam pagelaran wayang yang berlangsung, Ki Gondo Wartoyo mengisahkan lakon Banjaran Gatot Kaca yang mempunyai makna yakni, Banjaran mempunyai arti urut-urutan/kronologis atau bisa disebut juga perjalanan hidup seorang tokoh dalam wayang. Karena dalam kisah pewayangan hampir semua kesatria Pandawa ada lakon banjarannya, dengan ditambah seorang kesatria Kurawa yang meskipun di pihak Kurawa, banyak hal yang bisa kita teladan dari kehidupannya dan kesatria itu adalah Karna. Jadi banjaran Gathotkaca cerita singkatnya merupakan kisah penggambaran perjalanan kehidupan Gathotkaca mulai dari menjelang kelahiran, lahir, masa kecil, masa muda (Gathotkaca dari bayi langsung mlumpat jadi gede gara-gara dicemplungkan ke Kawah Chandradimuka) , sampai dia berhasil menikah dengan dewi Pergiwa yang dicintainya dan hingga gugur di perang Bharatayudha karena pusaka senjata kuntha yang dimiliki raden Karna. (M.Nur/Shodiq)

Iklan