Iklan

Iklan

,

Iklan

Harga Udang Anjlok Drastis, Ratusan Nelayan di Cilacap Datangi KUD Mino Saroyo

Redaksi
Jumat, 24 Agustus 2018, 12:47 WIB Last Updated 2018-08-24T05:50:23Z
Cilacap, Harian7.com - Ratusan nelayan dari tiga rukun, yakni rukun Tegalkatilayu, Kemiren, dan Lengkong, mendatangi KUD Mino Saroyo, Kamis (23/8/2018) siang.

Mereka mengeluhkan harga udang (rebon) yang akhir-akhir ini anjlok hingga Rp 9.000/kg. Beda jauh dengan harga semula yang mencapai Rp 100 ribu/kg.

Ketua KUD Mino Saroyo Untung Jayanto didampingi para pengurus saat menerima mereka mengatakan, forum audiensi ini akan menemukan solusi terbaik biar semua pihak, baik nelayan, pengusaha, dan pedagang menerima dengan baik.

Baca Juga :
Diduga Konsleting Listrik, Rumah Terbakar, Kerugian Mencapai Rp 300 Juta

Mendagri Lantik Syarifuddin Sebagai PJ Gubernur Jateng


Untuk itu, Untung meminta perwakilan kelompok nelayan menyampaikan keluhannya.

Taufik, perwakilan kelompok  nelayan Tegalkatilayu mengungkapkan harga udang (rebon) di TPI Tegalkatilayu Rp 9.000, tetapi dijual di TPI Kemiren mencapai Rp 19 ribu, sehingga ada kesenjangan harga.

"Kami tidak ingin TPI Tegalkatilayu dimonopoli," katanya.

Sementara Samsi, perwakilan kelompok nelayan Kemiren mengatakan, di Cilacap merupakan pendapatan rebon terbesar.

"Namun, kenapa mengambil dari Pangandaran, sedangkan pabriknya ada di Cilacap," ucapnya.

Tasmiardi, perwakilan kelompok nelayan Lengkong, meminta penjelasan kepada pengusaha terkait harga rebon, yang badak berapa dan yang lembutan berapa, biar tidak bingung.

Menanggapi keluhan tersebut, Untung menegaskan bahwa inti dari keinginan para nelayan adalah agar ada harga standar udang.

"Juga agar para nelayan di sini ya jual di sini, dan bagi pengusaha yang ada di sini jangan membeli dari luar Cilacap," ujarnya.

Perwakilan dari Jinggo Berkah Samudera (JBS) menerangkan bahwa JBS selalu memperhatikan nelayan.

"Terus terang, saya tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya pengusaha, ibarat saya makan tapi tidak berak, mati saya," katanya.

Dia menandaskan bahwa di JBS tidak ada harga Rp 10.000. "Apabila ada harga segitu saya akan laporkan ke owner-nya," imbuhnya.

Perwakilan Japaru menambahkan jika dipaksa sesuai dengan JBS agak berat. Sebab, pihaknya masih skala kecil.

"Beda dengan JBS yang skala besar. Namun, apa yang nanti menjadi keputusan, kami ikut," tegasnya.

Saat ini, ungkapnya, untuk rebon sekarang ada tiga jenis, yakni rebon badak, demere, dan ampas. Kenapa sekarang harganya turun, itu karena membludaknya rebon di China.

"Dan, kenapa kita mengambil di Pengandaran, karena kita membutuhkan stok banyak, sedangkan Cilacap hanya mampu sekitar 75 ton. Selain itu, harga di Pangandaran lebih murah," terangnya.

Setelah adanya usulan dari kelompok nelayan dan pengusaha, Untung menginstruksikan para pihak untuk menetapkan harga.

Karena ada tiga pengusaha yang hadir, maka diberikan waktu kepada pengusaha untuk musyawarah guna memperoleh harga yang disepakati nantinya.

Akhirnya pihak pengusaha yang diwakili oleh Aguan menetapkan harga untuk rebon badak Rp 30 ribu, rebon demere Rp 15 ribu, dan rebon ampas Rp 6.000.

Menurut Aguan, apabila nanti setelah disepakati ada harga di bawah yang telah disepakati, maka nelayan bisa menjual langsung ke pengusaha.

Dari hasil tersebut para nelayan masih keberatan dengan harga yang disepakati pengusaha.

Alasannya, harga tersebut bukan merupakan harga lelang yang mestinya dijalankan dengan baik agar harga bisa naik.

"Di sini tidak ada monopoli harga dan pengusaha tidak usah takut dengan penjual kecil," kata nelayan.

Sehingga mereka mengusulkan tawaran yang berbeda dengan pengusaha, yakni udang badak Rp 35 ribu, demere Rp 17 ribu, dan ampas Rp 8.000.

Kesepakatan pun sempat deadlock, sehingga pengusaha kembali mempertimbangkan.

Dan akhirnya disepakati bahwa harga yang ditawarkan pengusaha merupakan harga terendah saat lelang sehingga harga bisa naik.

"Dengan catatan udang dipisah masing-masing dan tidak bercampur dengan sampah dan air," ujar Aguan.

Akhirnya nelayan menyetujui harga yang ditawarkan pengusaha.

Sebelumnya, Rabu (22/8/2018)  hingga Kamis (23/8/2018), para nelayan memblokir jalan keluar nelayan menuju laut dengan menancapkan beberapa batang bambu di jembatan dekat TPI Tegalkatilayu.

"Ini dilakukan karena kami sepakat tak melaut, sebab harga udang terus anjlok," kata Marno, nelayan setempat. (Rusmono)

Iklan